Disitu sudah banyak para pendaki yang juga akan naik penanggungan, kebanyakan tektok, ada juga yang Trail Run.
Bukan Hanya Jalan, Tapi Mood dan Mental Juga Naik Turun
Setelah mendaftar dan mengikuti briefing, kami berempat segera berdoa dan kemudian berangkat. Si Nduk moodnya sudah berubah menjadi ceria, setelah didalam mobil melakukan "Tapa Bisu".Â
Dari Pos 1 satu yang juga Base Camp kami menyusuri jalan desa menuju Pos 2 (batas hutan). Rombongan kami yang hanya berempat, pecah jadi 2. Yang depan tentunya si Thole dan Bundanya yang memang ketika mendaki punya kemampuan fisik lebih dibanding kami berdua, yang tertinggal di belakang.
Sampai di Pos 2, yang ada beberapa warung berjajar, mereka berdua menunggu kami. Tapi saya lihat muka Si Thole berubah jadi "mecucu" atau dongkol. Terlebih ketika saya iseng memfotonya, membuat dia makin marah.
Dan yang melakukan "tapa bisu"ganti si Thole sepanjang perjalanan. Ternyata ini berpengaruh pada mentalnya. Sepanjang perjalanan dia banyak mengeluh pusing, capek, minta balik, gak mau menyapa pendaki lain dan hal-hal yang negatif lainnya.
Kondisi berbeda dialami si Nduk yang jadi lebih bersemangat berjalan dan mau menggoda adiknya yang tetiba berubah jadi "pendiam".Â
Saya dan Bundanya sudah paham kondisi mental si Thole tetap meneruskan berjalan, juga tidak membujuk maupun mengajak dia ngobrol. Hanya sesekali berhenti dan menawarkan dia minum.
"Tapa Bisu" si Thole ini berakhir setelah lewat Pos 3, ketika dia bertanya apa masih jauh ke Pos 4 dan saya jawab "setelah belokan" dengan guyon. Dia yang tahu saya hanya menjawab untuk menyenangkan, dia pun mau tersenyum, saat itu suasana menjadi cair. Kami sering ngobrol berempat dan guyon di sepanjang perjalanan menuju Pos 4.