Penerapan Strategi Tsun ZuÂ
Kenali medan, kenali dirimu, kenali lawanmu maka seribu pertempuran akan kamu menangkan kata Tzun Su dalam bukunya Art Of War. Begitu juga dengan naik gunung, ada baiknya kita mengenali medan yang akan kita lalui, mengenali diri sendiri dan mengenali musuh( yang kita hadapi).
Mengenali Medan
Naik ke Lawu ada beberapa pilihan jalur dengan karakteristik masing-masing. Kita bisa melihat youtube yang menyajikan berbagai review tentang jalur di Lawu. Jalur Cemoro Sewu cocok untuk tektok karena jalur terdekat menuju puncak.
 Sudah hal lumrah, semakin dekat dengan puncak maka jalurnya semakin terjal. Ditambah sepanjang jalur mulai base camp sampai di sendang derajat semuanya berbatu, jadi persiapkan dengan baik.Â
Kecuali jika kita sudah terbiasa seperti warga situ, yang berjualan maupun jadi porter, yang sudah hafal jumlah batu disepanjang jalur tersebut maka sandal jepit tidak menjadi masalah.
Gambaran Jalur Seingat saya:
- Base Camp -- Pos 1 Â Â : Jalurnya dari alias batu yang ditata, naik tapi smooth, relatif landai.
- Pos I -- Pos II        : Jalurnya berbatu, bukan makadam. Sudah menanjak, masih ada  landainya.
- Pos II -- Pos III Â Â Â Â Â Â : Sudah mulai tangga batu, naik dan naik tidak ada landainya.
- Pos III -- Pos IV Â Â Â Â Â Â : Semakin tegak lurus, mendekati Pos 4 di pijakannya di batu-batu.
- Pos IV -- Pos V Â Â Â Â Â Â : Masih tangga sampai plang nama, setelah itu landai sampai Pos V
- Pos V -- Puncak      : Turun kemudian naik, sebagian tatanan batu kemudian jalur tanah.
Istimewanya di Lawu terutama jalur Cemoro Sewu ada beberapa warung di jalur pendakian. Lokasinya antara lain:
- Antara Base Camp dan Pos 1, ketika kami lewat jam 03.30 an Masih tutup, dan turun jam 18.00 sudah tutup. Didepannya ada sepeda motor.
- Pos I, ini sama, ketika naik dan turun sedang tutup
- Pos II, warungnya buka terus.
- Pos V, hanya 1 satu warung tersisa, jangan tertipu google map, kalau anda lihat disana masih banyak warungnya, itu foto lama. Disini kadang buka kadang tutup, penjualnya punya 2 warung.
- Sendang Drajat, pas kami disana sedang buka
- Kawasan Warung Mbok Yem, pasti buka kecuali tutup, terutama warungnya Mbok Yem.
Tanjakan terakhir menuju puncak (dok.pri)
![Tanjakan terakhir menuju puncak (dok.pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2023/06/30/whatsapp-image-2023-06-23-at-14-21-23-649ede39e1a16750b14ba773.jpeg?t=o&v=770)
Mengenali Diri Sendiri
Setelah menetapkan pilihan jalur tinggal memilih metode yang akan kita gunakan. Apakah Tektok seperti kami atau nge-camp. Pilihan ini menentukan, karena menentukan barang yang akan kita bawa.Â
Tektok tentunya tidak memerlukan banyak barang bawaan, apalagi jika tektoknya siang hari. Kita bisa seperti Mbah Bambang yang sangat minimalis sekali. Cukup bawa air minum, untuk makannya beli di warung.
Setelah itu baru berlatih untuk menunjang kebugaran. Latihan ini wajib minimal beberapa minggu sebelumnya sudah rutin berolahraga. Kalau bisa lari untuk menguatkan nafas. Skipping agar betis kita terlatih sehingga tidak kram. Â Atau kalau tidak bisa biasakan jalan kaki karena pada dasarnya mendaki gunung adalah jalan kaki di gunung.
Kenali Musuhmu/ Yang Kita Hadapi
Sebenarnya yang kita hadapi pertama kali adalah diri kita sendiri. Apa motivasi naik gunung. Ini penting agar kita tidak kena mental seperti Si Thole. Ini juga perlu untuk mengukur kekuatan diri kita agar sadar diri. Tapi yang pasti jika mental kita lemah maka fisik kita otomatis melemah.
Tidak usah memaksakan untuk tetap naik jika kondisi tubuh tidak memungkinkan. Sadari kekuatan diri sendiri. Puncak tidak kemana-mana. Tidak bisa sampai puncak pasti ada hikmahnya. Jika tidak mampu langsung ke puncak mulailah dengan beberapa pos dulu baru kemudian ditambah step by step.
Khusus si thole dan ibunya termasuk saya, 2 malam sebelum keberangkatan mereka tidur lewat tengah malam. Jadi jika ingin naik Gunung yang tinggi,paling tidak harus menjaga untuk disiplin tidur sore beberapa hari sebelumnya.
Agak salah strategi, seharusnya kami menginap dahulu di penginapan baru naik paginya, sehingga kondisi bisa fit. Ketika sehabis menempuh perjalanan dari Jombang kemudian langsung naik bukan pilihan bijak. Kurang tidur,mengantuk, tidur di mobil tidak seperti tidur di tempat tidur atau rebahan.
Jika pernah melihat Film The Climb tahun 2017, tentang seorang yang tanpa pengalaman naik gunung tapi bisa sampai di everest karena memiliki motivasi kuat. Yang perlu diingat selain motivasi dia juga punya fisik prima hingga lolos tes kesehatan. Ditunjang peralatan lengkap dan yang penting taat perintah guidenya. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah restu orang tua dan dukungan keluarga.
Tentang MJA
Sudah banyak biro jasa travel yang menawarkan jasanya. Tinggal memilih yang dekat dengan domisili kita.
Sudah hal lumrah saat kita baru turun gunung maka rasanya akan kapok dan tidak mau mengulangi. Tenang itu hanya emosi sesaat, nanti beberapa hari kemudian akan muncul rasa ketagihan. Dan anda akan ingin muncak lagi.
Selamat berlatih, selamat mendaki, siapkan fisik mental dan peralatan.
Tetap bawa turun sampahmu.
Tulisan sebelumnya: https://www.kompasiana.com/albarianristo/649d3c68e1a1675ab106fa62/catatan-kecil-pendakian-lawu-aspala-feat-mja-bagian-ke-8
-TAMAT-
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI