Mohon tunggu...
albarian risto gunarto
albarian risto gunarto Mohon Tunggu... Freelancer - saya datang saya lihat saya lalui saya tulis

bapak-bapak yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Puthuk Gragal, Namanya Menakutkan tapi Pesonanya Luar Biasa

13 Maret 2023   16:14 Diperbarui: 13 Maret 2023   17:20 4556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesona Savana di Puthuk Gragal 1480 mdpl Jadi Buruan Para Pendaki

jalur pendakian Puthuk Gragal (dok.pri)
jalur pendakian Puthuk Gragal (dok.pri)

Radar BMKG Juanda terlihat bersih tanpa bentukan awan ketika kami menunggu antrian untuk laporan di Pos Pendakian Puthuk Gragal. Pun dengan pandangan mata, tidak ada awan mendung bergelanyut di langit. Jam masih menunjukkan 08.15 WIB, pedagang disekitar pos pendakian ini juga masih melakukan persiapan untuk buka di akhir pekan.

Suasana tidak terlalu ramai beberapa rombongan pendaki termasuk rombongan kami (Aspala Jombang), sedang mendaftarkan anggotanya yang akan mendaki salah satu gunung di gugusan Anjasmoro ini.

Kami mengisi waktu dengan bercanda sambil menikmati pemandangan yang dipos pun sudah sangat indah. Disamping jalan, selokan yang seperti rel, memanjang keatas mengikuti arah jalan yang akan kami lalui. Airnya jernih dan sangat deras mengalir, menandakan kalau disini tidak pernah kekurangan air. Tak nampak sampah didalam selokan itu. Inilah keuntungan jika sumber air langsung dari hutan tanpa melewati permukiman, saluran airnya bersih.

Dua orang dari kami yang bertugas mendaftar sudah kembali. Sebelum berangkat, mereka berdua memberikan briefing singkat yang materinya sudah disampaikan oleh para petugas pos. Sambil membagikan peta, menggambarkan bagaimana jalur yang akan dilalui dalam petualangan kali ini.

siap mendaki (dok.pri)
siap mendaki (dok.pri)

Pendakian kali ini kami ber-Dua Belas orang, jumlah genap, tidak menyalahi aturan mendaki yang konon tidak boleh ganjil. Dengan tiga orang baru, dan salah satunya adalah anak kelas 4 SD yang bukan hanya baru pertama mendaki tapi juga pertama kalinya main dihutan.

Dia jadi satu-satunya anak yang ikut pendakian karena seniornya, anak SD kelas 6 tidak bisa ikut karena ada acara di sekolahnya.

Petualangan dimulai

saluran air yang menemani perjalanan awal (dok.pri)
saluran air yang menemani perjalanan awal (dok.pri)

Selesai menjalankan ritual wajib, berdoa dan berfoto, kami segera melangkahkan kaki menapak jalan yang masih landai ini. Di sebelah kanan ada saluran air dan tebing dengan hutan yang masih alami di sebelahnya.

Disebelah kiri merupakan jurang yang dalam dan diseberang sebuah punggungan gunung dengan hutan yang lebat. Suasananya teduh dan segar, diiringi suara aliran air yang ada dari dalam saluran maupun dari dasar jurang yang ternyata adalah sungai berarus deras.

Suara hewan hewan hutan juga menyambut petualangan kali ini. Sepertinya disini merupakan daerah rawan longsor karena di sepanjang jalur tampak sisa-sisa longsoran yang berupa tanah dan batu besar.

sisa longsoran (dok.pri)
sisa longsoran (dok.pri)

Tidak lama berjalan kami sudah bertemu dengan pertigaan yang menuju coban (air terjun), kami tidak mampir karena menurut informasi petugas posko, butuh waktu lama dan kembalinya harus naik lumayan tinggi.

Tidak jauh dari belokan tersebut kita akan disambut dengan jembatan bambu yang berada diatas saluran air. Nampaknya jalan setapak terputus karena longsor jadi dibuatkan jembatan bambu oleh pengelola. Jangan khawatir jembatan bambunya masih sangat kokoh, dibuat dari bambu utuh walaupun kadang membuat kaget karena bambunya ikut berputar ketika dilewati. Tenang saja tidak akan membuat kita tergelincir.

jembatan bambu (dok.pri)
jembatan bambu (dok.pri)

Setelah sedikit berkelok-kelok namun tetap landai kita akan bertemu kembali dengan jembatan bambu yang menyeberangi sebuah dam. Tempat ini sekaligus akhir dari saluran air yang membersamai kita dari posko pendakian.

akhir dari jalur saluran (dok.pri)
akhir dari jalur saluran (dok.pri)

Selepas menyeberangi dam kita akan dihadapkan sebuah tanjakan yang tepat diujungnya merupakan POS 1 Watu Ceper. Pos dengan sebuah gubuk dan peta pendakian serta papan himbauan selama mendaki.

Masuk Hutan

Pos 1, Belum ada tantangan berarti (dok.pri)
Pos 1, Belum ada tantangan berarti (dok.pri)

Selepas pos 1 ini kita akan memasuki hutan, jalan setapak-nya bagus dan di tempat yang agak terjal dibuatkan tangga oleh pengelola. Jalurnya berganti dari landai menjadi mendaki.

Hutannya semakin lebat namun tidak menyeramkan. Selepas meniti anak tangga dari tanah jalur menjadi landai kembali dengan hutan Bambu Petung yang sedang banyak sekali rebungnya. Jika ingin buat sayur lodeh di puncak, bisa mengambil rebung dari sini.

Sambil berjalan di hutan bambu, samar samar terdengar suara air terjun.  Semakin lama suaranya semakin jelas dan disebelah kanan kita tampak air terjun yang deras. Sayangnya kita tidak bisa mendekat kesana, karena memang tidak dibuatkan jalur. Oleh pengelola sengaja di buat mode View Only.  Air terjun ini bisa dinikmati sambil beristirahat di Pos 2.

Jangan Takut Tanjakan

Pos 2, Tanjakan tantangan (dok.pri)
Pos 2, Tanjakan tantangan (dok.pri)

Ketika duduk santai di Pos 2 terpampang sebuah peta, memberikan dua pilihan. Belok kekiri ikut jalur yang landai atau lurus naik jalur shortcut yang lebih menantang. Jalur cepat tersebut terpampang didepan mata, berlabel tanjakan Opo. Tanjakan 70 derajat dengan tali tambang di tengahnya sebagai pegangan.

Insting kami menuntun untuk ikut ke jalur yang menantang tersebut. Walaupun cukup curam namun masih masuk akal, tidak membuat kita harus berjalan merayap. Anak SD yang betul-betul pemula juga lewat jalur tersebut. Bisa dilalui dengan mudah. Sebenarnya jalur seperti ini juga ada di Watu Jengger, bukit yang juga berada di gugusan Anjasmoro. Namun disini terkesan lebih ikonik, karena menjadi trade mark dari pendakian Puthuk Gragal.

kami memilih jalur cepat (dok pri)
kami memilih jalur cepat (dok pri)

Selepas tanjakan ini, tidak jauh kita sudah ketemu dengan Pos 3 Hutan Genjret. Pos yang hampir sama dengan Pos 1, dengan gubuknya. Tempat melepas lelah setelah melalui tanjakan.

Persimpangan Keraguan

Pos 3, tempat melepas lelah ( dok.pri)
Pos 3, tempat melepas lelah ( dok.pri)

Dari Pos 3 kita akan disuguhi dengan  mirip Tanjakan Opo, tanjakan yang curam namun tidak sepanjang yang tadi. Tidak ada tali yang membantu naik, hanya ada patok bekas tambatan tali. Karena tanjakan yang semakin curam, membuat rombongan kami kembali terpecah. Setelah sebelumnya para trail runner berlari duluan.

Sebagai penyapu saya berada dibelakang, bersama anak SD yang baru pertama kali mendaki ini.  Jalur yang semakin menanjak dan tertinggal rombongan membuat mentalnya agak down. Jadi harus terus diberi motivasi agar tidak mogok ditengah jalan.

Setelah tanjakan kami tiba dipersimpangan, yang kekiri merupakan jalur shortcut lagi, langsung ke Puthuk Gragal dan Bukit Iwak asin. Sedangkan yang kekanan merupakan jalur yang sedikit memutar melewati Pos 4 dan basecamp, langgar(musholla), toilet dan sumber air.

Pilih kiri atau kanan (dok.pri)
Pilih kiri atau kanan (dok.pri)

Di persimpangan ini kami sedikit bingung, apakah kekanan atau kekiri. Karena rombongan kami yang didepan tidak terlihat. Untungnya dibelakang kami bertemu dengan rombongan anak muda dari sidoarjo yang salah satunya pernah mendaki disini 7 kali. Ternyata dia juga bingung, karena ini adalah jalur baru. Akhirnya kami sepakat untuk mengambil ke arah kiri.

Tidak salah sebenarnya mengambil arah kiri ini, terutama untuk pendaki pengalaman. Karena hanya akan sedikit melewati hutan kemudian langsung ketemu dengan jalur ilalang. Berupa tanjakan panjang sampai di Puthuk Gragal. Favorit pendaki pokoknya. Tapi tidak untuk anak SD kelas 4 yang baru pertama kali mendaki ini.

Jalur yang berupa tanjakan panjang dan tanpa ada Pos lagi membuat mentalnya semakin down. Hampir saja mogok ditengah jalan. Untungnya masih ada sisa semangat dan ketika dimotivasi masih mau bergerak maju, walaupun sangat pelan. Semangatnya semakin terlecut ketika melihat bendera merah putih dikejauhan.

Ini kejutan lagi bendera yang kami lihat bukan Puthuk Gragal tapi semacam puncak bayangan. Alhamdulillah akhirnya kami berhasil melewati ini semua, biarpun harus molor sekitar 30 menit dari waktu normal.

Jalur Kanan

suasana di pos 4, dengan mushola dan toiletnya (dok.pri)
suasana di pos 4, dengan mushola dan toiletnya (dok.pri)

Teman teman kami yang ambil jalur kanan, setelah pertigaan ketemu dengan Pos 4 yang juga merupakan tempat berkemah. Disini  dilarang berkemah di Lokasi puncak Puthuk Gragal, karena rawan angin kencang dan tentunya mudah disambar petir.

Mereka menunggu kami cukup lama ditempat ini. Akhirnya berangkat karena sudah mengira kami mengambil jalur kiri. Setelah Pos 4 mereka menyusuri hutan, melalui tanjakan celeng. Medannya mirip antara Pos 1 hingga Pos 3 dengan jalur campuran antara tanjakan dan landai.

Setelah hutan, sedikit melalui padang ilalang dan langsung ketemu dengan tujuan, Puthuk Gragal.

beda jalur tapi satu tujuan (dok.pri)
beda jalur tapi satu tujuan (dok.pri)

Puncak Puthuk (Bukit) Gragal (Bebatuan)

pemandangannya luar biasa (dok.pri)
pemandangannya luar biasa (dok.pri)

Saya kira saya akan menjumpai sebuah puncak, ternyata Puthuk Gragal merupakan sebuah tempat terbuka dengan bebatuan disekitar tempat tersebut. Jika tidak berkabut, melihat ke arah utara kita bisa melihat pemandangan Kabupaten Mojokerto dan tentunya Gunung Penanggungan. Jika memandang kearah sebaliknya akan terlihat Bukit Iwak Asin (yang masih satu lokasi dengan puthuk gragal), Puncak even (nantinya jalur ini akan diteruskan kesana). Yang paling belakang dan tertinggi tentunya Gunung Welirang.

kenapa namanya iwak asin? (dok.pri)
kenapa namanya iwak asin? (dok.pri)

Namun sayang, diketinggian tersebut ketika kami datang kabut menyelimuti pemandangan tersebut.

Berada Puthuk gragal ini seolah berada di negeri dongeng. Atau berada di Rinjani. Seluas mata mendang sabana luas yang hijau menyelimuti sekitar kami. Sangat indah. Kesempatan ini tidak kami sia-siakan, tentunya kami menyimpan kenangan dengan berfoto-foto.

berkabutpun masih sangat indah (dok.pri)
berkabutpun masih sangat indah (dok.pri)

Diantara 3 destinasi pegunungan yang bertetangga (Puthuk Gragal, Puthuk Siwur dan Gunung Pundak). Disini jauh lebih indah. Walaupun kabut menyelimuti, tidak mengurangi keindahan sedikitpun. Tidak heran, saya melihat dua pendaki dari Taiwan yang bekerja di Surabaya sedang bersantai diantara bebatuan. Menurut cerita penjaga posko, setiap bulan mereka selalu datang ke tempat ini.

Saatnya Turun

lewat jalur yang berbeda (dok.pri)
lewat jalur yang berbeda (dok.pri)

Karena tektoker, maka selesai makan siang dan berfoto-foto untuk bahan konten, kami segera berkemas. Untuk jalur pulang semua rombongan akhirnya sepakat melalui jalur Pos 4 dengan pertimbangan perlu mengisi air untuk bekal turun. Persediaan air yang kami bawa tinggal sedikit.

Selama perjalanan turun sebelum Pos 4 kembali rombongan terpecah menjadi 3 grup. Karena ketika turun, untuk pendaki pemula kaki lebih sakit, terutama di jari-jari. Ini yang dialami pendaki cilik kami.

hujan hanya air, terabas saja (dok.pri)
hujan hanya air, terabas saja (dok.pri)

Menjelang Pos 4 hujan mengguyur sangat deras, ini menambah kesulitan sekaligus mengurangi kecepatan. Jalur menjadi licin yang membuat saya dan si pendaki cilik "nggeblak" karena terpleset. Untungnya sepi, jadi mengurangi rasa malu.

Tantangan terbesar saat turun di waktu hujan ketika melewati Tanjakan Opo sebelum Pos 2. Dengan kondisi setelah hujan, tempat itu menjelma menjadi sebuah prosotan. Kami harus melipir kekanan untuk kemudian melalui jalur landai. Saya mencoba menuruni jalur tersebut, walhasil walaupun sudah berpegangan erat, ternyata daya licinnya luar biasa, saya sampai terpelanting kebawah, untung tidak "ngglundhung".

Selepas menuruni tanjakan ini, sudah aman. Tinggal menyusuri jalan setapak yang landai dan tangga akhirnya sudah sampai di Pos 1. Hujan juga sudah berhenti, namun sisa-sisanya masih nampak. Selepas pos 1 kami rombongan terakhir yang membersamai anak SD meyempatkan bermain air dan mencuci sepatu di dam saluran air.

bermain air di dam (dok.pri)
bermain air di dam (dok.pri)

Bertepatan dengan kumandang Adzan Ashar, rombongan terakhir Aspala goes to Puthuk Gragal sudah finish semua dalam keadaan sehat Walafiat. Sekaligus juga menandai puncak-puncak di gugusan Anjasmoro penanggungan sudah kami jelajahi semua (Puncak Cemoro Sewu Anjasmoro(Jombang), Gunung Pundak, Puthuk Siwur, Puthuk Gragal (Pacet, Mojokerto), Gunung Penaggungan, Gunung Bekel(Trawas Mojokerto) semuanya dilakukan dengan tektok. Kedepannya tetap akan naik gunung itu, mengulang. Keindahan mereka tak pernah habis untuk dijelajahi.

Estimasi dan Review Perjalanan

Patokannya adalah saya sebagai penyapu jadi mungkin lebih lambat dari sebagian besar orang. Namun bisa dijadikan pedoman untuk pendaki pemula.

Parkir untuk Roda 4 bisa parkir dihalaman masjid setelah masuk gang menuju Posko Pendakian di Desa Cembor Pacet. Kendaraan Roda 2 bisa dibawa agak naik lagi, ada sebuah tempat parkir yang cukup luas.

Posko Pendakian (08.30 WIB) -- Pos 1 Watu Ceper (08.52 WIB) -- Pos 2 (09.11WIB) --  Pos 3 (09.26 WIB) - saya dan rombongan ambil jalur kiri saat di pertigaan, langsung Puthuk Gragal (11.05 WIB). Total waktu untuk naik yang dibutuhkan adalah 2 Jam 35 Menit. Rombongan kami yang lewat Pos 4 datang 15 menit lebih cepat. Para Trail Run hanya butuh waktu 1 Jam 15 menit, dengan mampir ke-pos 4 kemudian kembali pertigaan dan mengambil jalur ilalang. Jarak Tempuh berdasarkan aplikasi Relieve 8,7 KM dan mendaki setinggi 895m.

Kami diatas lebih lama dari biasanya, selain sarapan juga berfoto maupun video, kerena tempatnya yang sangat indah.

betah berlama-lama (dok.pri)
betah berlama-lama (dok.pri)

Puthuk Gragal bisa untuk pemula (sudah terbukti) tapi kurang cocok yang pertama kali mendaki, walaupun bisa tapi agak ngoyo. Untuk pertama kali mendaki cobalah dulu Puthuk Siwur atau Gunung Pundak.

Ketika mendaki disini, selepas pos 3, bagi yang punya tenaga lebih dan persediaan air cukup, silakan mengambil jalur kiri di pertigaan, lebih cepat sampai. Jika punya tenaga tapi tidak punya air, bisa mampir dulu ke Pos 4 untuk water loading kemudian kembali ke pertigaan dan menyusuri jalur ilalang. Jika berkemah, ya lebih baik mendirikan tenda di basecamp sekitar posko 4, untuk naiknya silakan pilih jalur sesukanya. Jalur Pos 4 ke Puthuk Gragal cenderung memutar dan agak jauh walaupun lebih landai.

Selamat mendaki, pada dasarnya mendaki gunung hanya perlu niat dan keberanian. Buktinya Anak kelas 4 SD bisa menjalani ini semua.

Jangan lupa bawa turun sampahmu. Jaga kebersihan, jagalah alam maka alam akan menjagamu.

yuk, kita kemana (dok. pri)
yuk, kita kemana (dok. pri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun