Saya kira saya akan menjumpai sebuah puncak, ternyata Puthuk Gragal merupakan sebuah tempat terbuka dengan bebatuan disekitar tempat tersebut. Jika tidak berkabut, melihat ke arah utara kita bisa melihat pemandangan Kabupaten Mojokerto dan tentunya Gunung Penanggungan. Jika memandang kearah sebaliknya akan terlihat Bukit Iwak Asin (yang masih satu lokasi dengan puthuk gragal), Puncak even (nantinya jalur ini akan diteruskan kesana). Yang paling belakang dan tertinggi tentunya Gunung Welirang.
Namun sayang, diketinggian tersebut ketika kami datang kabut menyelimuti pemandangan tersebut.
Berada Puthuk gragal ini seolah berada di negeri dongeng. Atau berada di Rinjani. Seluas mata mendang sabana luas yang hijau menyelimuti sekitar kami. Sangat indah. Kesempatan ini tidak kami sia-siakan, tentunya kami menyimpan kenangan dengan berfoto-foto.
Diantara 3 destinasi pegunungan yang bertetangga (Puthuk Gragal, Puthuk Siwur dan Gunung Pundak). Disini jauh lebih indah. Walaupun kabut menyelimuti, tidak mengurangi keindahan sedikitpun. Tidak heran, saya melihat dua pendaki dari Taiwan yang bekerja di Surabaya sedang bersantai diantara bebatuan. Menurut cerita penjaga posko, setiap bulan mereka selalu datang ke tempat ini.
Saatnya Turun
Karena tektoker, maka selesai makan siang dan berfoto-foto untuk bahan konten, kami segera berkemas. Untuk jalur pulang semua rombongan akhirnya sepakat melalui jalur Pos 4 dengan pertimbangan perlu mengisi air untuk bekal turun. Persediaan air yang kami bawa tinggal sedikit.
Selama perjalanan turun sebelum Pos 4 kembali rombongan terpecah menjadi 3 grup. Karena ketika turun, untuk pendaki pemula kaki lebih sakit, terutama di jari-jari. Ini yang dialami pendaki cilik kami.
Menjelang Pos 4 hujan mengguyur sangat deras, ini menambah kesulitan sekaligus mengurangi kecepatan. Jalur menjadi licin yang membuat saya dan si pendaki cilik "nggeblak" karena terpleset. Untungnya sepi, jadi mengurangi rasa malu.