Mohon tunggu...
albarian risto gunarto
albarian risto gunarto Mohon Tunggu... Freelancer - saya datang saya lihat saya lalui saya tulis

bapak-bapak yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selembar Kertas yang Menyebabkan Seseorang Jatuh Miskin (Undangan Hajatan)

10 Maret 2023   14:49 Diperbarui: 10 Maret 2023   15:03 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibeberapa tempat malah dengan vulgar dipertontonkan apa yang telah diberikan seseorang, dengan dibuka amplopnya kemudian dibaca dengan pengeras suara.

Seorang teman ngopi di warung pernah bercerita, dia sampai "misuhi" kepada salah seorang undangan yang memberikan sumbangan yang sangat besar dan diluar jumlah kebiasaan. Dia melakukan itu (misuhi)  karena ketakutannya tidak bisa mengembalikan investasi dari orang tersebut.

Dan benar saja orang tersebut beberapa bulan kemudian ganti punya hajat mantu. Otomatis teman ngopi saya ini blingsatan untuk mencari pinjaman sejumlah uang yang pernah dia terima. -- selama mendengarkan cerita ini, saya tidak tertawa karena takut dosa --

Tradisi ini sebenarnya sebuah jeratan yang mirip lingkaran setan. Yang punya hajat meng-ada-adakan dana untuk menyelenggarakan acara tentunya berhutang sana-sini. Berharap menuai hasil investasinya. Para downline-nya (yang pernah disumbang) berhutang untuk mengembalikan dana/ barang yang pernah diterimanya, minimal sama atau ditambah dividen. Untuk sumbangan berupa uang biasanya juga mengikuti laju inflasi, tentunya nilai Rp 100.000 dua puluh atau sepuluh tahun yang lalu berbeda dengan sekarang, jadi harus menyesuaikan.

Pada akhirnya, baik yang punya hajat dan undangannya sama-sama mempunyai hutang. Hal ini berpengaruh ke kehidupan selanjutnya. Beban pengeluaran bertambah untuk membayar hutang.

Akibatnya jelas, bantuan dari pemerintah yang seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar tersedot untuk kebutuhan lainnya. Alhasil angka kemiskinan kembali naik.

Namun ini tidak terjadi terus menerus, hanya bulan tertentu saja yang dianggap sebagai bulan baik melaksanakan hajatan. Pemerintah harus tetap optimis bahwa target penurunan kemiskinan akan tetap tercapai.

Kalau perlu berlakukan lagi PPKM agar tidak banyak orang yang hajatan.

Karena Tidak Ada Makan Soto Gratis.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun