Kejadian berbasis data akan sangat mudah diatasi, karena tercatat.
Kenyataan di Lapangan
Ketidaktepatan sasaran bansos memang sudah lama menjadi kasak kusuk di kalangan masyarakat. Di tingkat terbawah permasalahan ketidaktetapatan sasaran berbeda lagi.
Kalau kita lihat dilapangan saat penyaluran Bansos, akan mudah ditemui orang yang setiap harinya tidak miskin tapi masuk dalam penerima Bansos. Masih usia produktif, punya pekerjaan tetap, pemilik lahan pertanian.
Mereka juga tidak bisa disalahkan secara aturan, karena memang namanya ada di daftar penerima. Walaupun harus repot ketika datang untuk menerima bansos, harus berubah penampilan.
Ada juga yang sengaja memarkirkan motornya yang N-Max jauh dari balai desa, agar kelihatan pantas disebut sebagai penerima bansos.
Diperlukan Obyektivitas, Komitmen dan Keberanian untuk mencoret seseorang dari kepesertaan Bansos. Terutama Pemerintah Desa yang setiap hari tahu tentang kondisi masyarakatnya.
Ini juga bukan hal yang mudah bagi Kades dan Perangkatnya. Kepala desa itu jabatan politis yang memerlukan dukungan langsung untuk mendudukinya. Jika kepala desa mencoret seorang yang dianggap tidak miskin bisa dipastikan dia akan kehilangan dukungan beberapa suara.
Akan tetapi ada juga kades yang berani mencoret seseorang dari Bansos dari data yang diberikan oleh Kemensos. Ini kembali lagi, datanya tidak valid sehingga tidak bisa dijadikan dasar pencoretan.
Bagaimana Selanjutnya?