Batu pasangannya, berada diseberang jalan ditempat yang lebih terbuka, di sempadan jalan. Keberadaannya tersamarkan dengan tumbuhan bunga-bunga disekitarnya dan prasasti pembangunan jalan.
Belum bisa dipastikan fungsi dari kedua patok ini. Sudah sejak dulu berada disini. Pada tahun 2003 sudah pernah dilaksanakan penelitian tentang fungsi dari kedua tugu ini.Â
Pada penelitian tahun tersebut disimpulkan bahwa situs tugu ini merupakan salah satu batas Ibukota Majapahit.
Kemudian pada tahun 2005 dilakukan lagi penelitian yang mempunyai kesimpulan berbeda. Kali ini tugu batu disebut merupakan "cancang" kapal atau pengikat perahu atau kapal yang bersandar.Â
Kesimpulan ini didasarkan ditemukan juga batu serupa di desa sebelahnya, yakni Desa Mentoro, desa kelahiran dari budayawan Emha Ainun Madjid atau dikenal juga dengan Cak Nun.
Menurut tutur kuno yang ada di Desa Mentoro, dulunya memang ada sungai yang melewati wilayah ini.Â
Hasil penelitian tahun 2005 juga mengungkap bahwa tanah di sekitarnya bekas sungai. Ada juga bekas permukiman. (Rangkuti, N. (2005). Jalan Masuk Kota Majapahit: Kajian Situs-Situs Arkeologi di Kecamatan Sumobito, Jombang, Jawa Timur. Berkala Arkeologi, 25(1), 53--68.)
Kedua desa ini sekarang dipisahkan oleh Avur (sudetan) Kali Konto. Yang merupakan buatan dari kompeni sekitar abad 19.