Beberapa hari yang lalu sudah beredar video obrolan Pak Jokowi dan Farel yang saat itu sedang gladi. Saya masih menduga kapan Farel akan tampil, ternyata kemarin terjawab, setelah rangkaian Aubade dari Gita Bahana Nusantara.
Yang meleset dari perkiraan saya sebelumnya, Farel akan menyanyi lagu perjuangan atau lagu-lagu resmi lainnya. Ternyata Farel membawakan lagu yang dinyanyikannya bersama Filla Talia, Ojo Dibandingke. Dengan tetap irama "koplo",yang  sangat Indonesia. Tidak dirubah dalam jazz yang "katanya" elegan.Â
Penampilannya sangat "pecah"berhasil menggoyang istana. Sebagian besar ikut berjoget, bahkan nambah satu lagu lagi. Seperti kita lihat di televisi maupun Youtube, undangan ikut bergoyang. Semuanya, minimal duduk sambil mengangguk-ngangguk.
Yang pasti cara jogetnya masih dalam taraf wajar tidak berlebihan. Undangan yang berjoget-pun masih dalam batas joget "resmi", tidak ada yang goyang ngebor, goyang patah-patah atau bahkan naik kekursi.
Penerjemah bahasa isyarat sangat menjiwai. Menikmati perannya menerjemahkan sambil berjoget juga. Sebelumnya, juga sudah menerjemahkan sambil memeragakan baris berbaris. Salut untuk para penterjemah.
Tapi pastinya diantara hadirin yang ada di Istana, yang sangat tersiksa adalah Kolonel Laut Ardike, kakak kelas Ferdy Sambo di Akabri, selaku Komandan Upacara dan para anak buahnya yang sedang berbaris sambil beristirahat. Padahal mereka pastinya juga ingin ikut juga bergoyang.
Kalau soal tenaga barangkali tidak masalah, berdiri seperti itu sudah makanan sehari. Bahkan berdiri lebih lama dari itu mereka kuat. Apalagi sekarang, pasukan berdiri tidak lama, sudah diatur sedemikian rupa agar tidak terlalu lama berdiri.Â
Para pasukan itu juga pasti sudah tahu bakalan berdiri agak lama karena sudah ada gladi sebelumnya. Setiap gladi pasti sudah hampir mirip seperti acara sebenarnya. Perhitungan waktu sudah sama. Untuk kemarin yang membedakan hanya tambahan satu lagu tersebut.
Sebagai manusia biasa yang juga- suka lagu "Koploan" hasrat tersebut pasti ada. Yang bisa dilakukan dalam situasi seperti ini mungkin hanya bisa menggoyangkan jari-jemari mereka yang ada dibalik pinggang.
Untuk para komandan yang membawa pedang, pasti lebih sulit lagi. Mau menggoyangkan jari tapi tangan ada didepan, mungkin yang mereka lakukan menggoyangkan jari kaki, mengikuti irama ketukan.
Pelaksanaan upacara kemarin, pastinya sudah dibahas dengan panjang lebar. Â Pemilihan lagu, penempatan panggung Farel dan lain-lain sudah melalui pertimbangan sangat matang. Panitia pastinya sangat sibuk dan berpikir keras bagaimana mengakomodir berbagai arahan tanpa menyalahi aturan dalam upacara kenegaraan.
Memberi warna baru dalam penyelenggaraan Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi. Tidak hanya Paskibrakaka, dentuman meriam, aubade lagu nasional, pasukan yang berbaris.Â
Tapi ada hal baru dan sangat baru. Sudah dimulai sejak Lima Tahun lalu, ketika Cak Lontong menjadi MC berbarengan dengan upacara yang menggunakan Pakaian Adat.Â
Selanjutnya mari kita tunggu kejutan apa lagi tahun depan, Terakhir kalinya Pak Jokowi menjadi inspektur upacara di Istana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H