Mohon tunggu...
albarian risto gunarto
albarian risto gunarto Mohon Tunggu... Freelancer - saya datang saya lihat saya lalui saya tulis

bapak-bapak yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalan Kaki di Gunung Pundak 1585 Mdpl (Ketika Pikiran Mengontrol Tubuh)

30 Mei 2022   09:40 Diperbarui: 9 Juni 2022   13:58 2053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
berjalan tanpa mencari makna (sumber: dok. Pribadi)

Jalan Kaki Itu Bergerak 

Jalan kaki suatu pekerjaan yang tidak sulit, pada dasarnya semua manusia bisa melakukannya. Jalan kaki memang suatu kegiatan yang monoton, melangkahkan kaki maju kedepan. 

Yang membuat jalan kaki menarik adalah pemandangan yang disepanjang rute yang kita pilih. Setiap rute memiliki landscape yang berbeda. Apakah kita mau berjalan ditotoar dengan pemandangan taman dan gedung-gedung perkotaan. Berjalan di gang-gang sempit dengan suasana perumahan yang padat. 

Berjalan di sepanjang sungai dengan air dan tentunya sampah yang hanyut. Menyusuri jalan desa dengan latar persawahan. Atau memilih jalan yang mendaki menyusuri jalan setapak di dalam hutan. Tidak salah juga jika berjalan didalam Mall dengan kesejukan artifisial. 

Semua itu pilihan dan tergantung dari keinginan masing-masing. Yang jelas jalan kaki adalah kegiatan yang bertumpu pada kekuatan dan kemauan kita sendiri. Tidak secepat dan seletih berlari, namun memberi jaminan untuk mencapai tujuan.

Landscape Pegunungan (sumber: dok. Pribadi)
Landscape Pegunungan (sumber: dok. Pribadi)

Sebuah Perjalanan Di Gunung Pundak 1585 mdpl

Sebuah Tujuan (Sumber: dok. pribadi)
Sebuah Tujuan (Sumber: dok. pribadi)

Berjalan kaki di pegunungan memberi sensasi tersendiri. Bagaimana pikiran menghadapi jalan menanjak, tubuh akan merespon dengan nafas ngos-ngosan. Batu-batu berlumut dan akar pohon seolah seperti kaki pesepak bola yang siap menghadang langkah kita. Semak-semak yang perlu kita sibak karena mereka menyembunyikan jalan. 

Dedaunan di ujung  dahan yang bergoyang bak seirama hembusan angin. Tatapan curiga dari para monyet yang bertengger di pohon mengiringi langkah kita. Teriakan liar dari rusa-rusa di penangkaran menambah suasana semakin riuh. 

Ditambah dengan mendung pekat dan gerimis semakin menguatkan tekanan mental untuk memilih, tetap melanjutkan perjalanan atau pulang. Ikuti pikiranmu maka tubuh perlahan akan mengikuti pilihanmu, nafas akan menjadi normal kembali.

Suasana seperti itulah yang menyergap kami ketika berjalan menyusuri jalan setapak  di Gunung Pundak Claket/Pacet. Gunung yang tidak terlalu tinggi dan cocok untuk siapapun mendakinya. Baik trail runing/berlari, Tiktok/Jalan Kaki - seperti kami- atau berkemah.

hanya berjalan kaki, tidak berlari (sumber: dok. Pribadi)
hanya berjalan kaki, tidak berlari (sumber: dok. Pribadi)

Untuk mencapai gunung ini, kami menyewa elf mengingat rombongan kami -Aspala- berjumlah 15 orang dengan rentang usia 11 tahun  sampai 50 tahun. Selain itu agar anggota Aspala bisa istirahat setelah berjalan kaki, tidak menyetir.

Ada dua jalur untuk masuk di Pos Pendakian Gunung Pundak yang masuk dalam pengelolaan Tahura R. Soerjo. Kami melewati Pemandian air panas Pacet -- karena ini Kawasan wisata, setiap orang membayar Rp 15,000-. Setelah itu elf bergerak naik melalui jalan beton melewati kolam pemandian air panas.

 Ternyata letaknya tidak jauh setelah pemandian -hati-hati karena ada satu tikungan yang sangat curam, jadi kendaraan harus gigi 1-

Setiba di Pos Pendaftaran yang juga merupakan Basecamp. Tersedia berbagai fasilitas mulai dari, masjid tempat parkir yang luas, warung, kamar mandi dan tentunya pos pendaftaran. -kami melakukan daftar ulang saja, karena sebelumnya sudah mendaftar online-

Base Camp/Pos Pendaftaran ke Pos 1

awal perjalanan (Sumber: dok.pribadi)
awal perjalanan (Sumber: dok.pribadi)

Jalan kaki dimulai dari sini. Jalur Basecamp ke Pos 1 tidak sulit. Masih aspal yang lebar dan pohon palem di kiri kanannya. Agak naik di sebelah kanan jalan ada penangkaran rusa. -- jika tidak berniat naik bisa melihat rusa disini, monyet liar juga banyak sekali-. Setelah aspal  baru masuk ke jalan setapak yang terbuat dari paving. 

Disekitar jalan setapak ada gazebo-gazebo untuk istirahat. Lepas paving baru kemudian jalan tanah yang disampingnya terdapat pipa air. 

Tidak lama untuk sampai Pos1 -- yang sudah rubuh-. Disebelahnya ada Tandon air juga disediakan kran, jadi jika botol anda kosong dapat mengisinya disitu.

 Estimasi waktu yang diperlukan untuk mencapai Pos 1 sekira 15 menit. -bisa lebih bisa kurang tergantung tingkat kesantaian anda berjalan-.

Pos 1 Ke Pos 2

(sisa) Pos 1 (sumber: dok. Pribadi)
(sisa) Pos 1 (sumber: dok. Pribadi)

Merupakan jalur menanjak khas kawasan hutan pegunungan. Hati-hati, banyak akar yang menonjol dan bebatuan di sepanjang jalur ini. Jalan cukup menanjak sampai Pos. Pipa air masih menemani kita disini. 

Berbeda dengan Pos 1 yang roboh, di Pos 2 ini ada gubug yang bisa dipakai untuk istirahat duduk dan berteduh. Sekitar 1 jam untuk melalui medan ini.

Pos 2 Ke Pos 3

Pos 2 (sumber: dok. Pribadi)
Pos 2 (sumber: dok. Pribadi)

Merupakan jalur datar, bonus bagi anda. Dan ini pasti diluar ekpektasi jika melihat medan dari Pos 1 ke 2 yang sangat menanjak. Jalannya benar-benar datar tidak perlu tenaga berlebih untuk berjalan disini. 

Jalur ini merupakan hutan bambu dan melewati jembatan. Jika malam hari mungkin suasananya "berbeda". 

Anda juga akan  mendapati sumber air, yang sudah disediakan pipa agar lebih mudah untuk mengambil air.  Lebih kurang 15 menit waktu yang dibutuhkan untuk melewati jalur ini.

Pos 3 Ke Puncak.

Pos 3, Negeri Avatar (sumber: dok. Pribadi)
Pos 3, Negeri Avatar (sumber: dok. Pribadi)

Pos 3 ini berada di hutan yang menjadi batas vegetasi. Suasananya mengingatkan kita pada film Avatar. Dengan pepohonan yang mempunyai sulur dan bebatuan berlumut.  

Lumayan untuk duduk sejenak disini ambil nafas untuk melalui perjalanan selanjutnya. Setelah itu medannya adalah tanjakan ekstrim dan sudah masuk ke vegetasi ilalang. 

Begitu melewati hutan ini anda akan disuguhkan sebuah savana yang tinggi, dan dibelakangnya tampak merekah Puncak Gunung Welirang. Tenang tujuan anda bukan disitu, anda akan belok kanan menanjak beberapa saat dan melewati ilalang.

sesaat sebelum puncak (sumber: dok. Pribadi)
sesaat sebelum puncak (sumber: dok. Pribadi)
Karena tanjakan dan medan yang licin maka sedikit butuh konsentrasi lebih untuk melewatinya. Ujung dari jalur ini adalah puncak Gunung Pundak 1585 Mdpl, yang ditandai dengan Plakat dan tiang bendera.

Puncak Gunung Pundak 1585 Mdpl

aspala-di-puncak-629420d3ce96e5365b1a8852.jpeg
aspala-di-puncak-629420d3ce96e5365b1a8852.jpeg
Puncak gunung ini berupa dataran yang luas bersebelahan dengan Puncak Puthuk Siwur -- walaupun berdekatan tidak ada akses ke masing-masing-. Pemandangan disini cukup indah. 

Namun sayang, kedatangan kami pagi itu disambut gerimis dan mendung tebal -sejak basecamp, kami sudah kehujanan-.  Sehingga puncak Welirang tidak nampak karena tertutup awan mendung.

 Puncak-puncak di Gugusan Pegunungan Anjasmoro kelihatan sambung menyambung dari sebelah barat hingga di sebelah Timur akan tampak Gunung Penangungan.

Perjalanan Turun

bawa turun sampahmu (sumber: dok. Pribadi)
bawa turun sampahmu (sumber: dok. Pribadi)

Perjalanan turun tentunya melewati jalur yang sama dengan kita naik. Tidak banyak hambatan namun jika kondisi hujan atau setelah hujan -seperti kami saat itu-  jalur menjadi lebih kicin dari biasanya. 

Tetap waspada karena banyak akar dan batu yang siap menjadi sandungan jika kita terlena. Dengan adanya gravitasi perjalanan turun bisa lebih cepat, +/-  1 Jam sudah sampai di basecamp kembali. Tapi Jika ingin berlama-lama- menikmati perjalanan, tidak dilarang.

beristirahatlah ketika ingin istirahat (sumber: dok. Pribadi)
beristirahatlah ketika ingin istirahat (sumber: dok. Pribadi)

Berjalan kaki di Gunung Pundak -kurang lebih 3 Jam PP-  sangat cocok bagi kita yang ingin bergerak, keluar dari rutinitas yang membuat kita immobilitas.

Kuatkan Niat, Biarkan Pikiran Kita Mengontrol Tubuh Kita

Ini tentang perjalanan dengan berjalan kaki. Bukan jalan kaki yang berolahraga, karena kita tidak berkompetisi. Pikiran mengontrol tubuh sehingga persiapan dan perencanaan tetap diperlukan. Berapa banyak air minum dan makanan yang harus kita bawa. Sepatu atau sandal yang nyaman.

Semuanya harus dipersiapkan, bawalah apa yang sekira akan dibutuhkan. Karena berjalan di alam sulit ditebak kondisinya.

Tidak perlu berpikir rumit jika berjalan kaki, cukup niat dan kemauan untuk mencapai sebuah puncak yang menjadi tujuan. Cukup dengan itu, maka kita akan dibukakan jalan yang tidak terduga, entah itu berupa teman-teman yang se-ide dan mempunyai keinginan yang sama. Waktu yang tiba-tiba luang dan masih banyak lagi.

 Jika ingin berjalan, berjalanlah, tanpa perlu mencari makna dari berjalan kaki.

berjalan tanpa mencari makna (sumber: dok. Pribadi)
berjalan tanpa mencari makna (sumber: dok. Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun