Mohon tunggu...
Andi Ardianto
Andi Ardianto Mohon Tunggu... Guru - Guru SD IT Insan Cendekia

Semoga tulisan yang saya hasilkan bisa menjadi amal yang terus mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku Haji Jalur Langit

14 Februari 2024   10:44 Diperbarui: 14 Februari 2024   10:47 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya larut dalam isi tulisan. Membayangkan seolah saya sedang di Masjid Nabawi, bertamu pada tuan rumah Madinah, Rasulullah.

"Tidak ada satu pun orang yang diizinkan datang ke Madinah, kecuali atas izin Rasulullah. Beliau sendiri yang mengeluarkan visa kunjungan itu, dengan batas waktu tertentu, akses tertentu. Orang yang diizinkan datang ke rumah Rasulullah karena beliau berkenan menerima. Karena kedekatan masing-masing dengan Rasulullah. Bisa karena rasa rindunya, bisa karena Tindakan, perilaku, atau perjuangannya yang disukai Rasulullah." Kata Syaikh  Haitsam.

Dada saya bergemuruh membacanya. Air mata yang sejak tadi saya tahan akhirnya berhasil mengalahkan tuannya.

Ya Rabb, izinkan hamba bertamu ke rumah nabiMu.

Sampai bagian ini saya berhenti sejenak. Ada sudut hangat di mata saya. Bagian ini juga membuat saya optimis dan merapal do'a serta menguatkan tekad, memohon agar ada jalur undangan langit untuk memenuhinya.

Tahun 2017 saya sudah mendaftar haji reguler dengan masa tunggu 20 tahun. Jika haji adalah undangan saya berharap mendapat undangan itu, menerobos antrean yang masih menyisakan tiga belas tahun lagi.

Saran saya bacalah buku ini di kamar atau tempat pribadi. Jangan dibaca di tempat umum. Karena begitu banyak bagian di buku ini yang mengandung bawang.

Kalau dibaca di tempat umum takutnya orang akan bingung melihat ada orang yang sedang menyendiri dengan buku malah meneteskan air mata.

Bacalah di tempat tenang dengan penuh penghayatan. Jangan lupa siapkan tisu karena begitu banyak bagian yang membuat air mata menjebol pertahanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun