Kemudahan dan kebebasan ini lah yang mengundang resiko sikap ketidakbertanggungjawaban dalam hubungan. Banyak orang lebih nyaman untuk menghilang secara diam-diam daripada menghadapi konflik yang memerlukan penyelesaian panjang.
Bagi kalian yang pernah mengalami dighosting tidak usah merasa minder. Itu bukanlah sebuah cerminan kekurangan terhadap diri kita. Jangan menyalahkan diri sendiri dan mengatakan bahwa diriku tidak layak untuk dicintai.Â
Ini semua tergantung mindset, cara berpikir kita untuk merefleksikan kenyataan yang terjadi. Dighosting adalah ketidakmampuan dan ketidakpercayaan pelaku yang melakukan ghosting. Jangan pernah takut untuk membuka hati pada hubungan yang lebih baik di masa depan.
Untuk mencegah terjadinya ghosting, pasangan perlu mengedepankan sikap asertif. Sikap ini sangat penting dalam membangun hubungan yang terbuka, jujur, dan menyeimbangkan individu yang saling mencintai.Â
Sikap asertif melibatkan kemampuan seseorang untuk lebih berani dalam mengungkapan pendapatnya tanpa menyinggung perasaan pasangan.
Dengan berkomunikasi secara asertif penting untuk mengatakan maksud dengan jelas dan langsung.Â
Menyampaikan kekhawatiran, keinginan, atau permasalahan dengan terbuka dan tegas yang dapat memungkinkan pasangan lebih peka dan memahami apa yang kita maksud.
Sikap asertif juga dapat menghindarkan penyalahgunaan, penghinaan, atau penghakiman yang dapat merusak hubungan dan berakhir dengan dighosting.Â
Selain itu sikap persuasif terhadap pasangan juga penting untuk diperhatikan. Sikap persuasif membangun komunikasi yang efektif terhadap pasangan.Â
Bersikap persuasif seperti mengungkapan pendapat, kebutuhan, dan keinginan dengan memperhatikan perasaan dan perspektif pasangan akan mempererat hubungan.