Berbeda dengan Ning, Lik Slamet nampak sumringah . Ia berkali-kali menyalami para tamu. Di sebelah Lik Slamet berdiri seorang lelaki tinggi, gemuk dan memakai kaca mata. Dialah calon suami Ning. Kutebak umurnya sekitar 35 tahun. Kata Rubiah, namanya Anton. Ia lulusan Fakultas Ekonomi UGM. “Wah, hebat dong, kerja dimana dia sekarang?”, tanya ku pada Rubiah. “Di Perusahaan asing Mas. Dia orang Sleman. Kenalannya Lik Slamet”, ujar Rubiah.
Kurang lebih, 5 menit lagi Ijab Qabul akan dilaksanakan. Kulihat Anton sudah bersiap-siap. Ia memakai baju batik motif sidomukti berlengan panjang. Dari kejauhan, ia memang terlihat ganteng dan gagah saat mengenakan baju itu. Peci di kepalanya seakan menegaskan bahwa ia adalah orang yang lurus dan tidak suka berbuat macam-macam.
Penghulu sudah menata semua dokumen dan berkas-berkas di meja tempat dilaksanakananya Ijab Qabul. Aku hanya bisa menelan air ludah seraya menahan gumpalan air mata agar tidak menetes. Dan inilah saatnya.
“Baik, hadirin sekalian, akad nikah akan segera dimulai, kami mohon kepada kedua mempelai untuk menuju tempat yang sudah ditentukan”, Ujar penghulu. Penghulu menata semua berkas-berkas itu. IA juga mempersilakan Anton duduk dihadapannya.
Setelah semuanya siap, Penghulu menjabat tangan Anton, dan dimulailah ijab qabul.
“Pada hari ini, saya nikahkan saudari Ningsih Rahayu yang perwaliannya…………….”
“Hentikan!!!!!!!.......Hentikan!!!!!!!”, seorang wanita tiba-tiba merangsek ke dalam.
“Hentikan, Anton adalah laki-laki bejat yang suka mempermainkan perempuan, saya adalah korbanynya yang ketiga, Ia menikahi wanita hanya untuk dijadikan pelacur di Batam”, wanita itu menunjuk-nujukkan jari ke arah Anton. Calon suami Ning itu hanya terheran-heran dan mengernyitkan dahi. Lik Slamet Kelabakan.
“Aku punya bukti kalau anton adalah seorang germo”, ujar wanita itu seraya menunjukkan foto-foto Anton saat berada di sebuah Bar di Batam bersama beberapa wanita. Ning menangis. Aku pun bingung, ada apa ini sebenarnya.
“Ia hanya akan menjadikanmu sebagai seorang pelacur”, wanita itu mengajak bicara Ning. Dan tangis Ning pun semakin meledak hebat.
“Bohong………….bohong!!!!........semua itu tidak benar………….!!!!”, Anton berdiri. Mukanya memerah. Ia mendekati wanita itu dan hendak menamparnya. Namun Lik Slamet menahan Anton.
Beberapa pamong desa yang sudah melihat bukti foto itu lantas memegangi Anton. Segerombolan pemuda bahkan ada yang berteriak , “Udah….hajar……hajar!!!!”. Penghulu segera mengendalikan situasi. Ia memanggil beberapa hansip yang memang sudah berjaga-jaga di sekitar Rumah Lik Slamet. “Bawa dan amankan dulu dia di Balai Desa”, perintah Penghulu pada dua aparat Hansip itu. Dan kedua Hansip itu pun membawa Anton ke Balai desa untuk diamankan. Penghulu memandang Lik Slamet yang masih terlihat tidak percaya kalau peristiwa seperti ini akan terjadi.