Mohon tunggu...
ALBAHRI
ALBAHRI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sebaik-baik orang yang bermanfaat kepada sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PANCASILA SEBAGAI PERMADANI BANGSA

9 November 2020   17:04 Diperbarui: 27 April 2021   16:32 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kristalisasi nilai bangsa Indonesia yang dijadikan dasar negara dirumuskan oleh para pendiri bangsa lalu kemudian diberi nama Pancasila (lima sila) adalah kompas bangsa Indonesia merdeka setelah di deklarasikan pada hari Jum’at, 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadhan 1364. 

Perumus Pancasila ketika itu Muhammad yamin, Soepomo, Soekarno hasil rumusan itu lalu dilanjutkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 27 orang diketuai Ir. Soekarno, anggotanya dari berbagai kepulauan di Indonesia serta berbagai etnis, agama, keturunan Tiong Hoa, Arab dan Belanda, bermusyawarah untuk menghasilkan konstitusi negara baru. Sebelum lahir Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, perdebatan sengit, tajam, terjadi diantara mereka mengingat beragamnya pandangan dan ideologi peserta musyawarah.

Bicara Permadani menurut kamus bahasa Indonesia adalah karpet dari bulu domba. Permadani dalam Kitab suci Al Quran beberapa kali disebut ketika Allah berbicara tentang syurga seperti: dan permadani-permadani yang terhampar (Qs. 88: 16) mereka bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera tebal. (Qs. 55: 54) di dalam Al Kitab juga disebutkan seperti: telah kubentangkan permadani di atas tempat tidurku, kain lenan beraneka warna dari Mesir (Amsal 7: 16) Raja Babel hamba-Ku itu supaya ia mendirikan tahtanya di atas batu-batu yang telah kusuruh sembunyikan ini dan membentangkan permadani (Yeremia : 43: 10). 

Dari sumber kitab ini difahami maknanya ketika Tuhan meyebut permadani seakan akan penggambaran istimewa karena itu adalah fasilitas syurga tempat impian semua manusia tempat kenikmatan penuh kenyamanan bagi orang yang tinggal di dalamnya, begitupulan Al Kitab informasikan bahwa permadani itu adalah barang istimewa yang dikaitkan dengan penguasa pada waktu itu yang memiliki tahta.

Bangsa Indonesia yang sangat besar ini, beraneka ragam budaya, sekitar 1340 suku bangsa, kurang lebih 17 ribu pulau, baik besar dan kecil punya nama dan belum punya nama, luar biasa luasnya negeri tercinta ini. Penduduknya sekitar 270 juta data terbaru 2020, dengan kepercayaan yang sangat banyak dan keyakinan agama resmi 5 besar dan ditambah pada zaman Gusdur agama Konghucu sebagai agama yang diakui di Indonesia. Potensi konflik di Indonesia sangat mudah dimantik dengan hal sepele, akan tetapi Pancasila sebagai ideologi pemersatu dari beragam suku, agama, keyakinan, sudah teruji sejak zaman kemerdekaan sampai era reformasi.

Pancasila datang dengan ciri khasnya mengakomodasi semua agama, suku, yang awalnya ada sila pertama yang sepesifik menyebut Islam, lalu kemudian hasil kompromi para pendiri bangsa akhirnya dihapus demi persatuan dan kesatuan bangsa. Pancasila inilah yang bisa membuat semua agama, suku, menerima perbedaan namun tetap saling menghargai. Ini laksana permadani mewah yang digelar lalu mempersilahkan semua anak bangsa naik ke atasnya dan merasakan kehangatan, kenyamanan ketika berada diatasnya.

Zaman kepemimpinan Soekarno, berbagai sistem sudah dicoba namun pada akhirnya kembali ke UUD 1945 yang di dalamnya juga termaktub Pancasila. Komunis sudah diuji coba dan pernah berjaya lewat Partai Komunis Indonesia namun tidak kompatibel dengan bangsa Indonesia yang religius, di berbagai daerah sudah pernah di proklamirkan Negara Islam Indonesia dengan perlawanan, namun tafsiran pengamalan Islam DI-TII kurang mendapat sambutan seluruh rakyat Indonesia, itu terlihat dengan ditumpasnya perlawanan DI-TII dengan mudah di berbagai daerah. Inilah Poto copy peristiwa masa lalu yang bisa menjadi pelajaran berharga untuk generasi berikutnya.

Pada akhirnya, Pancasila jalan tengah untuk semua anak bangsa. Mewakili semua aspirasi etnis dan agama yang dianut bangsa Indonesia, tidak ekstrim kanan dan tidak ekstrim kiri, tetapi permadani luas yang bisa menampung semua pikiran dan cita anak bangsa, empuk untuk semua agama, nyaman untuk semua orang karena isinya adalah anggukan kebenaran dari prilaku membumi anak bangsa yang sudah ratusan tahun dilakoninya di Nusantara ketika nama Indonesia belum ada. 

Pancasila tidak seperti permadani Aladin yang hanya bisa memuat dua orang akan tetapi bisa memuat seluruh elemen bangsa ini karena itulah naiklah semua agar navigasi seimbang lalu kita terbang
bersama menempuh perjalanan 5 besar dunia yang sudah lama terseok-seok oleh badai.

@Ruhbaru77

Albahri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun