Mohon tunggu...
ALBAHRI
ALBAHRI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sebaik-baik orang yang bermanfaat kepada sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setop Menyumbang Masjid

31 Juli 2018   10:36 Diperbarui: 31 Juli 2018   14:13 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita menyaksikan pembangunan mesjid dimana-mana dilakukan oleh masyarakat muslim, sehingga jumlah mesjid setiap Desa atau Kelurahan sudah sangat mumpuni.

Hal ini terjadi, karena kebutuhan spiritual ummat Islam untuk beribadah dengan nyaman, agar jamaah tidak jauh dari tempat tinggal komunitas muslim, dan biasa juga karena berbeda mazhab sehingga berlomba-lomba masyarakat muslim membangun mesjid.

Disamping itu blow up para muballig di mimbar-mimbar dengan mengutip nash-nash dari Nabi, salah satunya, Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim "Dari Ubaidillah telah mendengar Utsman Bin Affan, Rasulullah bersabda: siapa yang membangun mesjid karena mengharap ridha dan pahala dari Allah, maka Allah akan membangunkan untuknya yang seperti itu di Syurga" dari hadits inilah yang memotivasi kaum muslimin menyumbang pembangunan mesjid, kita juga menyaksikan bantuan dana dari Timur Tengah begitu cepat ketika lembaga atau person mengajukan proposal pembangunan mesjid. Ummat juga antusias menginfakkan harta mereka ketika mendapatkan pembangunan mesjid yang masih terbengkalai, entah itu di tengah jalan, list donator, atau mengirim proposal ke saudagar Bugis dan Makassar yang berdomisili diluar daerah Sulawesi Selatan.

Jika kembali kepada Al Qur`an sebagai sumber pedoman utama ummat Islam, maka tidak ada satupun secara khusus ayat yang merekomendasikan menyumbang mesjid, bahkan kita hanya menjumpai Mesjid yang diperintahkan Rasul untuk menghancurkannya, dikarenakan dibangun bukan berlandaskan Taqwa tetapi hanya untuk memecah belah kaum muslimin (lihat Surat At Taubah: 107)

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, "Kami hanya menghendaki kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya).

Jumlah mesjid di Sulawesi Selatan 25.411 (Data Tahun 2014) masuk dalam urutan ke-9 Provinsi jumlah terbanyak mesjidnya, sangat jauh berbeda dengan jumlah Desa/Kelurahan 2955, jika kita melihat dan memahami secara mendalam fiqhi waqi' dan aulawiyat (realitas dan prioritas) maka untuk sekarang ini mesjid tidak perlu lagi pembangunan baru cukup pemeliharaan dan memakmurkannya dan terutama sekali membiayai pejuangnya dan penyuluhnya untuk memahamkan masyarakat Islam agar mencintai mesjid, infaq masyarakat sekitar sudah cukup. Mengapa mesjid tidak terlalu dibutuhkan lagi? Karena sudah sangat banyak, mesjid tumbuh jamur seperti di musim hujan, apakah ada mesjid ketika shalat lima waktu dipenuhi jamaah? Tidak ada satupun mesjid full dengan jamaah. Karenanya mesjid perlu dibatasi jumlahnya agar persatuan ummat Nampak ketika jamaah digelar. Kaum muslimin seyogyanya mengalihkan perhatiannya untuk menginfakkan hartanya untuk hal-hal yang lebih utama.

Di dalam Al Qur'an banyak dijumpai anjuran untuk berinfak fisabilillah (menyumbangkan harta di jalan Allah) seperti di dalam Surat Al Baqarah: 195

...

"Berinfaklah di jalan Allah"

Di Surat Yasin: 47

...

"infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu"

dan yang ingin kami garis bawahi seruan berinfak di dalam Surat Muhammad: 38

"Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk menginfakkan hartamu di jalan Allah....".

Surat Muhammad ini juga diberi nama lain Surat  Al Qital (Perang) karena isinya sebagian besar tentang peperangan antara kaum kafir dan kaum muslimin. Jika dicermati surat ini penghujungnya menyerukan untuk berinfak  fiisabilillah yang dimaksudkan adalah meyumbangkan harta untuk menegakkan yang hak agar kebatilan dan kekufuran padam sehingga cahaya Allah yang terang benderang, perjuangan ini tentu membutuhkan dana yang besar.

Sejarah mencatat, para sahabat Nabi menyumbangkan hartanya di jalan Allah untuk kepentingan perjuangan Islam (memenangkan yang hak) disitulah mereka menginfakkan harta yang dicintainya. _Sitti Khadijah_ janda kaya yang habis hartanya untuk perjuangan Islam, _Abu Bakar Ash-shiddiq_ datang dengan seluruh hartanya pada dua kali peristiwa yakni hijrah dan perang Tabuk, Umar bin Khattab menyumbangkan hartanya separuh dari yang dimilikinya, Utsman Bin Affan pernah membeli sumur dengan harga yang sangat mahal dari Yahudi, pernah juga infak 300 ekor unta lengkap dengan perlengkapannya ditambah lagi perbekalan pejuang Islam, Abdurrahman bin Auf berinfak 40.000 dinar  500 ekor kuda dan 500 ekor unta, inilah contoh teladan para sahabat menyumbangkan hartanya untuk Islam dalam rangka menegakkan kebenaran, tidak pernah dijumpai para sahabat berlomba-lomba menyumbang untuk pembangunan mesjid, artinya jika sekarang ummat pada senang menyumbang mesjid itu adalah bid'ah  atau hal baru yang baik yang sudah membudaya.

Jika ummat muak dengan korupsi yang terjadi dimana-mana, terutama pejabat Negara eksekutif, legislatif dan yudikatif, maka 2019 ajang untuk berinfak untuk para pejuang kebenaran, karena tipe manusia di dunia ini dari dulu sampai kini hanya 2 saja, pro kebenaran atau pro kebatilan. Jika orang yang akan mewakili kalian memakai uang sendiri, seperti Bupati, Gubernur, Presiden yang akan mendistribusikan kebaikan, mereka berjuang sendiri dengan dana yang sangat besar atau dari donator yang punya kepentingan pribadi, maka tunggulah korupsi dimana-mana, karena agenda utama setelah terpilih adalah pengembalian modal. Ummat seharusnya membiayai perjuangan mereka yang sudah diketahui rekam jejaknya pro ummat. Jikalau di Timur Tengah jihad utama adalah perang maka di Indonesia jihad utamanya mendudukkan pemimpin yang bertakwa (Al Furqan: 74)

Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

Ini hanya bisa jika ummat bahu membahu menyumbang demi perjuangan ini, bukan lagi meyumbang mesjid yang sudah sangat banyak ini.

Wahai para saudagar Bugis dan Makassar di seluruh dunia! berhentilah, berhentilah, berhentilah.....  menyumbang mesjid, 2019 menantimu untuk menginfakkan harta kalian untuk perjuangan ummat yang lebih besar, agar tidak seperti yang pernah terjadi di Andalusia spanyol, Filipina, penguasanya yang hancurkan mesjid kalian.

OPINI TRIBUN TIMUR

OLEH penulis yang sama

Saran dan masukan:

081342581111

IG: @ruhbaru77

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun