Mohon tunggu...
ALBAHRI
ALBAHRI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sebaik-baik orang yang bermanfaat kepada sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

I'tikaf dan Problematika Bangsa

10 Juni 2018   10:22 Diperbarui: 10 Juni 2018   11:11 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

10 Terakhir Ramadhan adalah waktu yang utama di bulan Ramadhan, sebagai waktu pamungkas menjelang akhir Ramadhan karena disitu ada berkah seperti awal mulanya turun Al Qur'an "sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. (Ad Dukhan: 3)

Itulah sebabnya kita dianjurkan membaca terus Al Qur'an agar tetap konek dengan kehidupan kita yang mana Kitab ini telah menjelaskan semua permasalahan yang dihadapi manusia beserta solusinya.

....Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di bumi ataupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata. (Yunus: 61)

Tidak ada sesuatupun yang kami alfakan di dalam Al Kitab ... (Al An'am: 32)

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab sebelum Kami mewujudkannya... (Al Hadid: 22)

Ramadhan hanya sekali dalam setahun, sejenak berhenti dari hiruk pikuk dunia, mengembalikan keseimbangan yang mungkin jauh dari nilai-nilai kebenaran Ilahi yang memang kita terlahir fitrah, selama setahun pasti manusia punya khilaf dan kesalahan, itulah sebabnya kita membutuhkan refresh dan defrag hati agar kembali kepada Allah tujuan dan asal kita, dan sarana efektif itu bisa lewat i'tikaf.

Jikalau ada hari paling mulia dari semua hari setahun itu yakni hari Arafah yang diminta juga sejenak berhenti untuk membesarkan, mengesakan dan beristigfar, bertafakkur kepada Allah, maka ada juga malam yang paling mulia dari seluruh malam dalam setahun yakni malam lailatul Qadar, kita memburunya di 10 terakhir Ramadhan, rehat jiwa dan berhenti juga sejenak memohon ampun dan bertafakkur kepada Allah, lewat i'tikaf yang dilakukan.

Anjuran Rasulullah ketika menunggu malam kemulian itu pada i'tikaf kita di masjid adalah memperbanyak membaca doa:

(Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anniii)

Ya Allah, Engkau sungguh-sungguh Maha pengampun, Engkau suka mengampuni, oleh karena itu maka ampunilah aku (HR. Tirmidzi)

Permasalahan yang kita alami sesungguhnya karena kesalahan atau dosa yang diperbuat oleh manusia itu sendiri sehingga menimpa diri ini, menimpa bangsa ini.

Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri... (An Nisa: 79)

Jadi apa yang menimpa bangsa ini karena kesalahan penduduk negeri ini sendiri, oleh karena itu kita mesti banyak beristigfar dan memohon ampun kepada Allah sebagaimana anjuran Rasulullah memperbanyak doa tadi di malam i'tikaf kita.

Memohon ampun kepada Allah lewat sarana i'tikaf yang dilakukan semoga permasalahan bangsa yang dihadapi ini Allah menurunkan berkahnya, sehingga terurai masalah itu menjadi kebaikan untuk semua anak bangsa.

Setiap tahun ratusan ribu mahasiswa selesai yang membutuhkan lapangan pekerjaan, di satu sisi pemerintah mempermudah tenaga kerja asing masuk, oh... rupanya perubahan bahasa di bandara menjadi 3 Bahasa yang dahulunya hanya 2 Inggris dan Indonesia sekarang ditambah 3 bahasa yakni China karena ternyata negeri kita akan diserbu tanaga kerja asing dari China, yang negeri kita ini Sumber Daya Manusianya sangat banyak.

Petani sebagai entitas terbesar di Republik ini, harus menelan pil pahit karena janji pemimpinmu dulu tidak akan impor produk pangan, nyatanya itu hanya janji Hoax.

Kepastian hukum dimana-mana ketidak adilan dijumpai, hukum terbeli oleh pemodal, kerukunan ummat beragama sangat rawan era ini, agama yang dianggap suci dilecehkan dimana-mana oleh rakyat biasa sampai para pejabat pemerintahan yang nyaris tidak tersentuh hukum ketika berteman dengan penguasa, Islam sebagai mayoritas tertuduh penjajah dan tertuduh sebagi teroris, anak-anak ABG yang mencari jatidiri kefitraannya lewat pengajian di sekolahnya dituduh cikal bakal teroris, partai-partai dibuat berpecah, faham sesat yang mendegradasi nilai pancasila tumbuh subur.

Ummat Islam Indonesia sebagai terbesar pertama di dunia, belum bisa menjadi problem solver yang menimpa saudara seiman kita maupun permasalahn kemanusiaan pada umumnya di belahan bumi lain, yang setiap hari terjadi pembunuhan dan dunia hanya diam membisu, dan sebagian rakyat Indonesia membantunya lewat uang receh untuk makan mereka, tetapi untuk mencegah pembunuhan itu belum bisa, dan memang tidak bisa kecuali dengan kekuasaan orang yang bertaqwa kepada Allah. 

Kita memiliki semua SDM dan SDA yang melimpah akan tetapi pencapaian sangat sedikit, untuk membantu negara yang tertindas itu maaf.... kita belum bisa, karena utang kita sudah 5000 Trilyun diatas amanat UU Negara kita.

Kepada semua orang yang ikut andil dalam proses terciptanya pemerintahan yang gaduh ini, birokrat, ASN, pemodal, rakyat yang memilih, insan media, kita perlu beristigfar memohon ampun kepada Allah sebanyak-banyaknya, sehingga Allah turun tangan tangani masalah bangsa ini. Jika ada yang masih buta, tidak melihat permasalahan bangsa ini, datanglah beri'tikaf munpun masih ada waktu tersisa 3 hari lagi, dan memperbanyak doa permaafan yang diajarkan Rasulullah, semoga mata hati kita bisa dibukakan oleh Allah.

Pemimpin kita belum bisa mengatakan kepada menteri-menterinya, uang kita berapa, lalu dijawab uang kita sangat banyak, rakyat kita sejahtera, kelaparan tidak ada, kematian yang sangat tinggi di jalan turun drastis, orang miskin yang sakit terobati secara cuma-cuma tanpa proses yang menyulitkan, lapangan kerja tersedia, rakyat sudah punya rumah semua, tidak ada lagi yang di kolom jembatan,

Jikalau begitu, rakyat kita sejahtera, uang kita banyak tidak punya utang, ayo kita bebaskan negeri yang ditindas oleh tiran penjajah, yang memang amanat UUD kita.

Nah, sekarang apa bisa seperti itu? Kuncinya di malam i'tikaf kita banyak memohon ampun kepada Allah, agar permasalahan bangsa yang kompleks ini, Allah mengirimkan pemimpin yang bertaqwa, sebagaimana semua ibadah ritual kita selama beramadhan untuk melahirkan pribadi taqwa, jika mayoritas bangsa ini sudah bertaqwa maka tidak mustahil Allah kirim pemimpin yang bertaqwa pula yang mencintai Allah, kita juga mencintainya diapun mencintai rakyatnya. Sebagaimana doa yang diajarkan Allah di dalam Al Qur'an: ... dan jadikanlah kami pemimpin orang yang bertaqwa (Al Furqan: 74)

Semoga manfaat, bantu share, semoga yang membacanya terbuka mata hatinya.

AL-BAHRI

#RuhBaru77

IG: @ruhbaru77

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun