Mohon tunggu...
ALBAHRI
ALBAHRI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sebaik-baik orang yang bermanfaat kepada sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menara Masjid

7 Juni 2018   11:44 Diperbarui: 21 Juni 2018   01:13 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENARA MASJID adalah simbol kejayaan, sekaligus sebagai ikon masjid yang biasanya para pengurus masjid dan jamaahnya berlomba membangunnya dengan biaya ratusan juta. Jika kita perhatikan masjid-masjid, hampir sudah ada menaranya, dan yang belum mempunyai menara, berusaha agar segera terealisasi pembangunan menaranya.

Dengan alasan, untuk keindahan masjid, agar suara panggilan adzan menggema menjauh, sehingga jamaah yang datang semakin banyak, dan sederet alasan-alasan lain.

Dimobilisasilah penggalangan dana untuk menyelesaikan pembangunan menara masjid bagi yang sedang membangun, dan yang belum mempunyai menara, pengurus dan jamaah berfikir agar menara masjid segera terwujud. Dan  pada bulan Ramadhan ini biasanya kas masjid terkumpul banyak, sehingga pengurus masjid dan jamaahnya biasanya berfikir untuk membangun menara masjid setelah Ramadhan selesai.

Sebaiknya Menara masjid, dipikirkan ketika pembangunan fasilitas yang lain sudah selesai, misalnya tempat wudhu sudah bagus, charger hp bagi musafir, security masjid sudah ada, imam masjid disejahterakan, toilet sudah berstandar bandara atau hotel, baik itu keharuman dan kebersihannya, Jika belum bersih dan harum toilet masjid, maka fasilitas dasar mesti dilengkapi dan dibiayai dulu sebelum menara masjid.

Fasilitas penunjang lain seperti meja mushaf Al Qur`an agar jamaah enjoy mengaji di masjid, mendatangkan Ulama untuk ta`lim rutin jamaah, pelatihan bacaan imam masjid agar berstandar sesuai kaidah bacaan Al Qur'an yang benar, atau biayai datangkan hafizh untuk imam tetap, dan yang lainnya.

Menara masjid zaman keemasan Islam seperti  keemasan Islam di Andalusia (Spanyol), keemasan Islam di  Bagdad masa Abbasiyah dengan cerita seribu malamnya,  disana dibangun masjid megah dengan menara masjid yang megah pula, itu adalah simbol kejayaan, negara dalam keadaan makmur, masalah makanan rakyat sudah selesai, lapangan kerja rakyat (ummat) sudah selesai, kaum dhu'afa difasilitasi negara agar hidupnya bisa lebih layak dan berdaya.

Oleh karena kebutuhan dasar ummat sudah selesai, barulah pembangunan menara masjid dibuat, karena menara masjid ini tidak bersentuhan langsung dengan jamaah sekitar masjid, ini adalah simbol kemegahan masjid, simbol kesanggupan jamaahnya membangun menara masjidnya.

Daftar kebutuhan masjid semestinya dilist terlebih dahulu, sebelum dipikirkan menara masjid, apalagi melihat dana masjid setelah Ramadhan, pemasukan lebih banyak dibanding bulan-bulan lainnya.

Apakah tidak terpikirkan jamaah sekitarnya terutama yang rajin shalat berjamaah 5 waktu di masjidnya, yang kesusahan permodalan untuk usaha mereka, masih ada kesusahan soal makanan, masih ada kesusahan biaya sekolah anak-anaknya, masih banyak yang dililit utang jamaahnya, sehingga tanggung jawab sosial Masjid (CSR Masjid) perlu advokasi itu semua jika nilai puasa kita maknai mendalam sebagai wujud kepedulian sesama, sebagai elemen ummat Islam.

Kita sudah beramadhan sebulan, sudah ber-Al Qur'an, Shalat yang banyak,  akan tetapi kepedulian kepada mereka tidak ada, Allah menganggap kita berdusta dengan amalan yang dibanggakan itu. "Tahukah kalian orang yang mendustakan Agama? Itulah yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin, maka celakalah orang yang shalat, yang lalai dari shalatnya, yng berbuat pamer, dan enggan (memberi) bantuan" (Al Maun: 1-7)

Banyak kaum mustadh'afin merelakan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) motornya, serta jaminan lainnya ke lembaga riba, ke rentenir, hanya untuk meminjam uang, yang nantinya mencekik mereka sendiri. Demi kebutuhan usaha kecilnya, biaya anaknya yang sedang kuliah/sekolah, sesungguhnya mereka tidak ingin meminjam tetapi karena sangat mendesak, sehingga dilakukan walau dibenci. Mereka kesusahan kodong, bukankah Rasulullah panutan kita mengingatkan "Kefakiran mendekatkan kepada kekafiran"

Pembangunan fisik masjid seperti menara yang menjulang tinggi hal yang penting, karena ini yang dilihat orang, namun yang tak kalah pentingnya adalah pembangunan ruh jamaah agar Sumber daya manusia di masjid itu terbangun kesadaran kolektifnya, sensitifitasnya terbangun, sehingga senantisa menghadiri panggilan Allah, datang ke masjid rumah Allah tempat semua orang tanpa memandang strata sosial.

Walaupun menara masjid tinggi menjulang ke angkasa, mewah, menelan biaya milyaran, jika lingkungan sekitarnya tidak dibangun ruhnya, tetap saja panggilan adzan dari menara yang tinggi itu tidak mampu menembus hati para jamaah di sekitarnya, untuk menghadiri panggilan Allah tersebut.

Karena bukan persoalan pembangunan fisik yang harus diselesaikan seperti menara Masjid lebih dahulu tetapi ada yang lebih esensi untuk dipikirkan bersama.

Saran Kritik : 081342581111

Twitter: @AlbahriPangkep

IG: @ruhbaru77

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun