*KECERDASAN RAMADHAN*
Oleh : Subhan Alba Bisyri.
Jkt:02 April 2024
Ada banyak dimensi kecerdasan Ramadhan. Satu bulan pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas berbagai aspek . Betapa ruginya bila tidak menunaikan Ibadah  ramadhan dan betapa beruntungnya bila bisa ikut berlomba meraih berbagai keistimewaan Ramadhan sebagai bulan yang sangat berharga.
Kecerdasan spiritual,pisical, emosional, intelektual dan sosial, kali ini dibatasi pembahasan hanya 5 kecerdasan, agar lebih fokus terhadap pokok keutamaan ramadhan.
Spiritual Intelligence. "Ramadhan" memiliki makna yang dalam dan mendalam dalam perspektif spiritual. Mari kita eksplorasi lebih lanjut:
Pertama. Makna Ramadhan.
Kata "Ramadhan" berasal dari bentuk mashdar qiyasi dari kata "ramadha-yarmadhu-ramdhan wa ramadhan," yang secara harfiah berarti "panas terik". Ini mengacu pada intensitas spiritual dan ketekunan yang diperlukan selama bulan ini.
Bulan Ramadhan menjadi sarana untuk menggugurkan dosa-dosa dan memperoleh keberkahan melalui ibadah puasa.
Kedua. Perintah Berpuasa.
QS al-Baqarah ayat 183 menyatakan: "Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu juga telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, semoga kalian menjadi orang-orang yang bertakwa." Allah memanggil "orang-orang yang beriman" untuk menggerakkan rasa ketaatan dan memuliakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mereka.
Ketiga. Makna Filosofis Puasa.
Redaksi Al-Qur'an mengenai perintah puasa menggunakan kalimat pasif: "kutiba 'alaikum al-shiyam". Ini memberikan bobot makna filosofis bahwa berpuasa di bulan Ramadhan diwajibkan sendiri oleh orang-orang yang beriman.
Puasa mengantarkan orang-orang yang beriman menuju idealitas manusia, yaitu menjadi orang yang "bertakwa".
Keempat. Dampak Spiritual Puasa.
Puasa di bulan Ramadhan menekankan peningkatan "kualitas iman" dan "amal saleh"
Melalui puasa, kita memperkuat hubungan ilahiah dan mengembangkan "kecerdasan spiritual".
Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang "membentuk kesalehan spiritual". Harapannya semoga kita semua dapat meraih manfaat spiritual yang mendalam selama bulan suci ini.
*Physical Intelligence  *
Dalam perspektif  fisik, bulan Ramadhan memiliki beberapa aspek menarik yang dapat kita bedah diantaranya:
Pengaruh Fisik dan Kesehatan. Energi. Â Pada minggu pertama puasa, seorang Muslim mungkin merasakan "penurunan energi" karena glukosa sebagai sumber energi menurun. Namun, puasa juga dapat menguatkan mental, mengajarkan "pengendalian diri", dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam hadis nabi Muhammad SAW bersabda, "sumu tasihu" berpuasalah , maka kamu akan sehat. Jadi puasa itu jaminan , fisik makin sehat.
Kesehatan Berpuasa dapat membantu mengurangi kadar glukosa, asam amino, dan TAG dalam darah. Bagi penderita diabetes, berpuasa sangat dianjurkan karena dapat mengatur gula darah dan meningkatkan harapan hidup.
Proses Detoksifikasi pada tubuh merupakan hal paling utama dalam kesehatan. Puasa sebagai alat detoksifikasi dan pemulihan bagi mereka yang kecanduan obat-obatan terlarang.
Ramadhan bukan hanya tentang ketaatan agama, tetapi juga mengandung aspek kesehatan, ilmu pengetahuan, dan sosial. Semoga kita dapat meraih manfaat spiritual dan ilmiah selama bulan suci ini .
*Emosional inteligen*
Dalam perspektif "kecerdasan emosional", bulan "Ramadhan" menawarkan peluang untuk refleksi, pertumbuhan, dan pengembangan diri. Mari kita jelajahi beberapa aspek emosional yang terkait dengan bulan suci ini.
Pertama. Kesadaran Diri (Self-Awareness). Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih memahami diri sendiri. Saat berpuasa, kita merasakan lapar, haus, dan lelah. Ini menjadi momen introspeksi tentang kebutuhan fisik dan spiritual kita.
Pertanyaan seperti "Apa yang membuat saya lapar?" atau "Apa yang sebenarnya saya cari dalam hidup?" dapat membantu kita memahami diri lebih baik.
Kedua. Empati dan Kepedulian (Empathy and Compassion). Berpuasa mengajarkan kita tentang "rasa lapar dan kebutuhan orang lain. Kita lebih peka terhadap penderitaan orang lain dan merasa terhubung dengan mereka.
Momen berbuka puasa bersama keluarga atau memberikan makanan kepada yang membutuhkan memperkuat rasa empati dan kepedulian kita.
Ketiga. Pengendalian Diri (Self-Control).
Menahan diri dari makan dan minum selama berpuasa melibatkan "pengendalian diri" yang kuat. Ini membantu kita mengelola emosi dan keinginan dengan lebih baik.
Ketika kita merasa lapar atau marah, kita belajar untuk mengendalikan reaksi emosional kita.
Keempat. "Rasa Syukur (Gratitude)"
Ramadhan mengajarkan kita untuk bersyukur atas nikmat yang kita miliki. Saat berbuka puasa, kita merasakan betapa berharganya makanan dan minuman. Rasa syukur memperkuat "emosi positif" dan mengurangi stres.
Kelima. Ketaatan dan Keterhubungan dengan Tuhan (Perseverance and Connection with God). Berpuasa selama sebulan penuh memerlukan ketekunan. Ini mengajarkan kita tentang "keterhubungan dengan Tuhan" dan kekuatan spiritual. Saat kita berdoa dan beribadah, kita merasakan kedekatan dengan Yang Maha Kuasa.
Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang "pertumbuhan emosional,kepedulian, dan keterhubungan spiritual". Semoga kita semua dapat meraih manfaat banyak yang mendalam dari bulan suci ini  .
*Intelektual Intelligence*
Ramadhan, memiliki makna yang dalam, dan dalam perspektif intelektual, bulan ini menawarkan peluang untuk membentuk keshalihan spiritual dan sosial. Mari kita telaah beberapa aspek Ramadhan dari sudut pandang intelektual.
Pertama. Makna Ramadhan.
Kata "Ramadhan" berasal dari akar kata "ramadha-yarmadhu-ramdhan wa ramadhan," yang secara harfiah berarti "panas terik". Bulan ini disebut Ramadhan karena menjadi sarana untuk menggugurkan dosa-dosa hamba Allah yang menjalankan ibadah puasa.
Perintah berpuasa di bulan Ramadhan dinyatakan dalam QS al-Baqarah ayat 183: "Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu juga telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, semoga kalian menjadi orang-orang yang bertakwa."
Kedua. Filosofi Perintah Berpuasa. Allah memanggil "orang-orang yang beriman" untuk menggerakkan rasa ketaatan dan mengobarkan spirit keimanan. Redaksi kalimat perintah puasa menggunakan kata pasif: "kutiba 'alaikum al-shiyam." Dalam perspektif ilmu tafsir, kata "al-shiyam" yang menduduki posisi subjek memberikan bobot makna filosofis bahwa berpuasa di bulan Ramadhan seakan-akan diwajibkan sendiri oleh orang-orang yang beriman, karena keberadaan puasa sangat urgen dan diperlukan.
Ketiga. Tujuan Akhir Puasa. Puasa Ramadhan bertujuan untuk mencapai idealitas manusia, yaitu menjadi orang yang bertakwa. Kalimat "la'allakum tattaqun" mengandung harapan yang sangat mungkin terjadi.
Puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan akan mengantarkan orang-orang yang beriman menjadi orang-orang yang bertakwa.
Dalam konteks ini, Ramadhan bukan hanya ajang melatih diri secara spiritual, tetapi juga mencerdaskan emosi dan intelektualitas kita. Semoga Ramadhan membawa berkah bagi kita semua.
*Social Intelligence*
Dalam perspektif sosial, bulan Ramadhan menawarkan peluang untuk membentuk keshalihan spiritual dan sosial. Mari kita telaah beberapa aspek Ramadhan dari sudut pandang sosial:
Pertama. Kesalehan Sosial.
Cinta dan Kasih Sayang. Ramadhan mengajarkan kita untuk mencintai dan peduli terhadap sesama. Ibadah ritual yang kita lakukan harus disertai dengan ibadah sosial. Rajin beribadah di masjid harus diimbangi dengan kepedulian terhadap kaum yang lemah.
Berbagi dan Kepedulian. Selama bulan ini, umat Muslim diajak untuk meningkatkan kepedulian sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan, baik melalui bantuan material maupun moral .
Kedua. Kasus Khusus dalam Ramadhan.
Hubungan Biologis. Misalnya, ketika terjadi kasus pasangan suami istri melakukan hubungan biologis pada siang hari di bulan Ramadhan, kafaratnya adalah memberi makan enam puluh orang miskin. Ini menggarisbawahi pesan moral puasa, yaitu memperhatikan orang-orang yang kelaparan di sekitar kita .
Kedua. Perspektif Sosial dan Spiritual. Toleransi dan Belas Kasihan. Berpuasa dapat meningkatkan jiwa toleransi dan belas kasihan terhadap sesama yang membutuhkan.
Kesatuan Umat Islam. Puasa juga memperlihatkan kesatuan umat Islam dan menunjukkan identitas kita kepada umat lain.
Ketiga. Fenomena Sains dalam Ramadhan. Hilal. Penentuan awal bulan Ramadhan menggunakan hilal (bulan sabit muda pertama yang terlihat setelah konjungsi) yang terkait dengan ilmu astronomi. Revolusi Bulan. Puasa selama satu bulan penuh (29 atau 30 hari) berkaitan dengan revolusi bulan mengelilingi bumi.
Ramadhan bukan hanya ajang melatih diri secara spiritual, tetapi juga mengajarkan kita untuk berbuat baik dan peduli terhadap sesama.
Betapa meruginya orang yang tidak dapat menunaikan berbagai keistimewaan Ramadhan , yang sangat banyak manfaatnya, Spiritual Inteligen, physical intelligence, Intelektual Intelligence, emosional Intelligence dan Social Intelligence, dan masih sangat banyak lagi manfaat Ramadhan.
"Ramadhan hanya untuk orang yang beriman saja . Bagi yang kurang beriman? Pasti berat, pasti mengganggu, pasti menggerutu.
Semoga Ramadhan membawa berkah bagi kita semua. (Subhan Alba Bisyri. Jkt. 02.April 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H