Mohon tunggu...
alay rose
alay rose Mohon Tunggu... -

rakyat jelata yang berharap menemukan mutiara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kekeliruan dalam Memahami Statistik

12 Juli 2012   15:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:01 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tidak hanya dosen, bahkan pejabat tinggi di negeri ini pun masih keliru membaca data statistik, berikut uraiannya :

Surya Paloh, ketika meresmikan DPW Nasdem di daerah bersama Sri Sultan, beliau berpidato :"mereka memberikan saya data statistik, saya tidak percaya statistik, makan tuh statistik,, statistik hanya rekayasa mereka...blaa...bla..bla.."

Megawati Soekarno Putri, ketika diwawancarai mengenai Cagub Jokowi pada sore tadi di MetroTV :"iya,, waktu saya kuliah dulu, saya sempat memahami statistik, dan statistik itu kan masih bisa dimanipulasi datanya,, jadi saya... bla..bla...."

Dosen Penguji I waktu sidang skripsi :"pada skripsi ini tertulis : "pengaruh X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0.1989 atau 19.89%, sehingga faktor-faktor lain diluar kedua variabel sebesar 80.11%" yang 80.11% itu apa saja ?? kok gak ditulis ??"

Dosen Penguji II waktu sidang skripsi :"judul skripsi ini tentang pengaruh, lalu kenapa anda menampilkan sebuah korelasi, ??"

ya iyaLah pak,, gak mungkin kita terpengaruh oleh seseorang tanpa ada hubungan dengan orang tersebut,,,

hmm, pertanyaan yg aneh yaahh,,

Berdasarkan dari pertanyaan maupun pernyataan semua tokoh di atas, aku menyimpulkan bahwa :"mayoritas orang Indonesia keliru memahami sebuah statistik, karena statistik yang mereka fahami bukan statistik melainkan persentase, yaitu menjumlahkan semua item dalam 100%"

Rumus Persentase yaitu : P = f/N x100%,

F = Frekuensi, dan

N = Responden


Sedangkan Statistik itu memiliki dua syarat mutlak, yaitu : Data harus memiliki Validitas dan Reliabilitas.

Tentang Validitas pun, tak sedikit Dosen dan Mahasiswa yang keliru pula pada hal ini, mereka beranggapan bahwa data itu harus Valid semua, yang pada akhirnya, instrumen atau angket penelitian diralat semua. Bukankah itu sebuah kebohongan ??

aku menyelesaikan masalah valid dan tidak valid itu seperti berikut :

misal 3 variabel dengan pola : X1, X2, Y.

instrumen dengan angket 15 item pertanyaan tertutup,

lalu, didapatkan hasil angket sebagai berikut :


  • variabel X1 = 10 item valid, 5 item tidak valid,
  • variabel X2 = 11 item valid, 4 item tidak valid,
  • variabel Y = 10 item valid, 5 item tidak valid,


Maka, penyelesaiannya adalah : salah satu item yang valid pada X2 tidak dihitung, guna mencapai persamaan kuota (jumlah item) yang diperoleh. Jadi, dari masing-masing variabel di atas, kita telah mendapatkan 10 item yang valid. Dan untuk tahap berikut, 10 item yang valid ini kita uji untuk menentukan reliabilitas dari data kita yang sekarang.

Beberapa peneliti menganggap, bahwa reliabilitas itu dapat diterima, bila di atas >60% dan ada yang menentukan di atas >70%. Hal ini tergantung dari mazhab statistik yang Anda anut. Mau yang mana ??

Dan kemudian data ini diolah sesuai dengan judul penelitian dan metode yang Anda pilih. Akankah menggunakan koefisien korelasi berganda atau koefisien korelasi parsial ? itu tergantung dari sifat dan jenis data yang Anda peroleh.

Jadi, mulai sekarang, jangan sampai keliru lagi yaahh...??

sekian dari kak alay rose,

أخيار الزهدي

catatan lain : https://www.facebook.com/notes/mpu-alay-rose-berkata/kekeliruan-dosen-dan-mahasiswa-dalam-memahami-statistik/10151211464815817

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun