Mohon tunggu...
alay rose
alay rose Mohon Tunggu... -

rakyat jelata yang berharap menemukan mutiara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayah, Anak dan Amarah

2 Desember 2010   13:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:05 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Zaman dahulu kala, di negeri seribu satu malam kurang dua jam terdapat sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang ayah dan seorang anak lelakinya yang pemarah, setiap satu jam sekali pasti anak itu marah dan memukul bahkan sering berkelahi dengan orang lain, walau tanpa sebab. Jika diumpamakan dalam ilmu kedokteran, penyakit Pemarah si anak sudah akut. Mungkin juga Stadium 4.

Sebagai Single Parent sang ayah tak dapat membagi waktu antara pekerjaannya sebagai pengrajin besi dengan mendidik anaknya sebagai orang tua, apalagi semenjak sang ibu meninggal dunia.

Pada suatu hari, ketika sang Ayah sedang tidak bekerja, tiba-tiba dia melihat anaknya pulang babak belur seusai berkelahi. Sang Ayah merasa mungkin saatnya memberi pelajaran bagi sang Anak.

" wahai anakku,, belahan jiwa permata hati ayahanda,,

"bila setiap kali engkau marah, coba tahan, dan kau tancapkan sebuah paku di pagar pekarangan rumah setiap engkau marah dan hitunglah..." ucap sang ayah.

Pada hari esok, sang Anak melaksanakan perintah sang Ayah tersebut, setiap ia marah, ia menancapkan paku di pagar pekarangan rumah, begitu seterusnya. Pada hari pertama pun nampak sekali terlihat sekitar puluhan paku tertancap di pagar, hingga keesokan dan hari-hari berikutnya sang Anak nampak mulai berkurang menancapkan paku di pagar, sekitar 5 buah paku perhari.

Setelah sang Anak tidak lagi menancapkan paku dan mulai dapat sabar, maka melaporlah ia pada ayahnya,

" ayahanda,, aku sudah dapat mengendalikan amarahku.." ucap sang Anak dengan bangga.

Sang Ayah pun menyahut,

" baiklah Anakku, Ayah bangga padamu...  sekarang cobalah untuk berbuat baik.. setiap kali engkau berbuat baik, cabutlah sebuah paku dari pagar pekarangan rumah.."

Sang Anak pun mulai mengerjakan perintah sang Ayah, setiap ia berbuat baik, ia mencabut sebuah paku dari pagar, begitu seterusnya hingga tidak ada paku yang tersisa.

Setelah paku di pagar telah habis dicabut, melaporlah sang Anak pada sang Ayah.

" Ayahanda,, aku telah bersabar dan telah berbuat baik,, paku-paku yang dipagar telah habis tercabut semua.."

Sang Ayah pun menjawab, "mari kita lihat pagar itu anakku..."

Setelah tiba di depan pagar pekarangan rumah sang Ayah berkata :

" Lihatlah anakku, kau telah mencabut paku namun tidak dapat menghapus bekasnya..  begitu juga dengan kita, setiap manusia dapat menghapus dosa dengan berbuat baik namun belum tentu bekasnya dapat dihilangkan.. semoga ini menjadi arti dan hikmah bagimu, anakku.."

--seperti yang diceritakan dalam hikayat kitab-kitab kuning--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun