Isu dimulai ketika partai PDI-P mengusung Puan Maharani, sebagai figur utama untuk maju sebagai kontestan politik di 2024. Banyak rumor terkait PDI-P mengapa mengusung Puan yang justru mengalami penurunan elektabilitas belakangan ini.
Beberapa pengamat politik juga menyayangkan hal itu, bahkan masyarakat pun turut bertanya-tanya mengapa tidak Ganjar Pranowo ? sebagai sosok figur yang dikenal baik dan dianggap sebagai sosok yang lebih tepat untuk mewakili partai PDI-P dalam kontestasi semarak politik di 2024.
Menurut pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai bahwa sulit kedepannya bagi PDI-P jika tetap mencalonkan Puan Maharani dalam kontestasi pemilihan presiden (pilpres) 2024. Pasalnya, berbagai survei membuktikan kalau elektabilitas Puan masih berada di bawah kader lain PDI-P yaitu Ganjar Pranowo.
Rio Prayogo, Direktur Eksekutif  PRC, dalam pemaparan hasil survei secara daring, Senin (15/11/21), mengatakan bahwa saat ini hanya 3 orang yang mendominasi survei dengan persentase elektabilitas tertinggi, yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Dengan persentase di atas 10 persen tentu ketiganya dianggap eligible dalam sebuah kontestasi politik. Terlihat bahwa hanya 3 orang tersebut yang dianggap eligible untuk saat ini dengan elektabilitas yang mencapai lebih dari 10 persen, dan salah satu diantaranya adalah Ganjar Pranowo.
Seiring berjalannya waktu, terlihat jika PDI-P tampaknya serius bahwa mereka bersiap untuk mencalonkan Puan dalam kontestasi politik di 2024. Ganjar yang hanya mengikuti arahan partai dan tidak banyak berkomentar pun turut menjadi sorotan bagi partai-partai besar lain yang turut unjuk diri sebagai kontestan politik di 2024. Sebagai sosok figur yang memiliki elektabilitas tinggi tentu Ganjar dapat menjadi kandidat kuat dalam kontestasi politik di 2024. Golkar sebagai partai yang saat ini memang membutuhkan sosok figur yang dapat mendorong elektabilitas Airlangga tentu tidak tinggal diam. Dalam beberapa kesempatan tampil di media, Golkar terlihat terang-terangan membuka ruang bagi Ganjar untuk maju bersama.
Sebagaimana Statement Nurdin Halid, sebagai wakil ketua umum partai Golkar yang sempat menjadi headline, " Nanti kalau Ganjar tidak mendapat tempat di partainya, ada Golkar terbuka. " di kesempatan lain, Nurdin Halid kembali mengatakan, " Partai Golkar adalah partai terbuka, partai yang memiki tagline suara rakyat adalah suara golkar, oleh karenanya ketika terdapat suatu  aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat, maka partai Golkar akan merekam dan memperjuangkan aspirasi itu."
Tentunya statement ini begitu sentimen dan dapat disimpulkan bahwa Golkar benar-benar mencari sosok figur yang dekat dengan rakyat, disenangi oleh rakyat, dan sosok yang mendekati saat ini adalah Ganjar Pranowo. Kendati demikian pengamat politik Ujang Komaruddin menilai, bahwa apa yang disampaikan oleh Nurdin Halid merupakan statement pribadi tidak mewakili partai. Namun ujang menilai bahwa duet pasangan Airlangga-Ganjar bisa saja menjadi duet pasangan yang efektif untuk dipasangkan di pilpres 2024.
Begitu juga dengan Trubus Rahadiansyah, sebagai pengamat kebijakan publik. Ia Menilai bahwa pasangan Airlangga-Ganjar cocok jika dipasangkan dalam pemilihan presiden 2024. Airlangga sebagai sosok pemimpin di pemerintahan dan juga partai begitu juga dengan Ganjar yang terus aktif bergerak dengan kapasitas nya tentu dinilai akan memiliki nilai daya jual yang tinggi untuk saling melengkapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H