Namun jika kegiatan mirror selfie portrait dikaitkan dengan sesuatu hal yang narsis. Pemuda tampan bernama Narcissus mungkin dapat dikatakan sebagai pelopornya.
Dalam buku “Pot-pourri Fotografi” karangan Soeprapto Soedjono mengisahkan mitologi Yunani mengenai Narcissus yang memulai perjalanan narsisnya akibat secara tak sengaja melihat refleksi dirinya di permukaan air danau.
Narcissus jatuh cinta pada “sosok” refleksi dirinya dan rela mati tenggelam di danau demi cintanya pada refleksi dirinya.Ilustrasi Karya John William Waterhouse Echo and Narcissus, 1903
Apa yang dilakukan Narcissus dan fenomena yang terjadi saat ini berbanding lurus dengan ungkapan yang dikatakan oleh Barbara & John Upton bahwa “people wanted portraits”, semua orang senang dipotret dan mengagumi dirinya dalam potret. Beberapa di antara kita tak jarang membingkainya dan mengunggahnya di media sosial.
Kita semua sesungguhnya narcissist - pengikut Narcissus yang menyukai representasi wajah atau penampilan diri sebagaimana yang sering dilakukan saat mematut diri secara formal atau sekadar melirik ke arah ‘cermin’ untuk sekilas memperhatikan refleksi diri pada pantulan benda-benda di sekitar.
Fenomena mirror selfie menjadi menarik mengingat fotografi sejenis ini dapat dilakukan oleh semua umur baik laki-laki maupun perempuan. Hanya dibutuhkan kepekaan terhadap cermin untuk melakukan pencitraan yang estetis.
Salah seorang fotografer wanita bernama Vivian Maier juga menjadi pelopor mirror selfie dengan salah satu projectnya yang berjudul (Vivian Maier: SELF-PORTRAITS). Karyanya merupakan potret dirinya pada cermin, kaca, hingga bayangan dirinya yang muncul dari benda-benda lainnya. Dalam karyanya ia tak hanya menjadikan dirinya objek, tapi juga bagian dari momen yang ia potret karena mirror selfie yang ia lakukan selalu pada lokasi dan situasi yang menarik.
Meski jenis fotografi potret dilakukan dengan mirror selfie, aspek-aspek fotografi potret akan tetap diperhatikan. Seperti yang diungkapkan oleh Kathleen Francis dalam buku judul Focal Encyclopedia of Photography, beberapa hal penting dalam fotografi potret yakni, penonjolan kepribadian/personality, penggunaan pencahayaan efektif, latar belakang, dan pose subjek.
Pengambilan gambar dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut dapat merepresentasikan hasil potret lebih tajam dari berbagai sisi baik estetika, sosial, budaya, ideologi, bahkan psikologi.
Fenomena selfie (self portrait), membuat setiap orang ingin menampilkan sisi terbaiknya kepada orang lain. Sehingga kesan yang dimiliki orang lain terhadap dirinya dapat bernilai positif. Hal tersebut akan menciptakan dorongan dari dalam dirinya untuk berbuat dan mencapai sesuatu yang ia inginkan agar dapat memenuhi kebutuhannya.
Hingga pada akhirnya melalui sosial media yang berbentuk seperti ruang demokratis, membuat setiap orang bebas mengutarakan pendapat, melakukan branding diri, hingga menjadi wajah dari brand tertentu. Masyarakat di media sosial atau biasa dikenal sebagai warganet menjadi entitas mengolah citranya sedemikian rupa untuk menampilkan dirinya di media sosial.