Mohon tunggu...
Alan Mahmum Ramadhani
Alan Mahmum Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Seorang Mahasiswa yang berstudy di UIN SUNAN KALIJAGA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensitas Kritik Hadits Sepanjang Masa? Suatu Metode Upaya Kehati-hatian akan Kemurnian Hadits

27 Desember 2021   18:24 Diperbarui: 27 Desember 2021   18:26 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hadits merupakan sumber essensial bagi umat Islam,

Imam al-Awz'i menyatakan bahwa Al-Qur'an membutuhkan lebih banyak as-Sunnah (hadits), daripada as-Sunnah membutuhkan Al-Qur'an itu sendiri. Artinya, makna yang terkandung dalam al-Qur'an tidak akan pernah bisa dipahami dengan baik. dan bijaksana tanpa dikaitkan dengan sunnah Rasul SAW. pertama.

Hal senada diungkapkan Yahya bin Abi Katsir. Yahya menyatakan bahwa sunnah menjadi hakim bagi al-Kitab---al-Qur'an. (bin Ali al-Syaukani, 2000, hlm 189) Hadis sebagai sumber keyakinan Islam dapat dianalisis melalui dua sudut pandang. Pertama, hadis dapat dilihat dari segi struktural. Dalam posisi ini, hadis menjadi sumber hukum kedua setelah al-Qur'an dalam dimensi teologi, dimensi syariah, dimensi moralitas dan banyak lagi. Kedua, hadis dapat dilihat dari sudut pandang fungsional. Dari sudut pandang ini, hadits memiliki kedudukan sebagai penjelas dari setiap ayat dalam al-Qur'an yang lebih bersifat umum, sehingga perlu penafsiran yang lebih mendalam. (M Syuhudi Ismail, 1992, hlm. 1)

Sebagai Insan yang Katanya Alana Izara "manusia tidak bisa terhindar dari kesalahan". Banyak sekali diluar/di media sana yang kadang sering ketika mengutip sumber dari sebuah hadits salah matn, yang dikutip adalah hadits yang lemah atau terputus sanadnya, bahkan ditakutkan mengutip hadits mungkar atau hadits maudu. sehingga dalam kajian seorang ahli hadits untuk menentukan hadits tersebut perlu metode kritik hadits untuk menjaga kemurnian Hadits.

Untuk membahas hal tersebut tentulah terlebih dahulu bagaimana dasar dan awal mula kritik hadits, dan gambaran serta tokoh kritik hadits, kajian penting untuk kritik hadits

Catatan dan Hadits

Catatan sejarah dan hadits merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Penulis memberikan pernyataan ini karena hadits berisi kumpulan catatan kehidupan Nabi (SAW) di masa lalu.

Berdasarkan pernyataan tersebut, diperlukan suatu kaidah untuk menguji nilai kebenaran suatu hadits sebelum dijadikan sebagai salah satu landasan hukum Islam. Metode yang dimaksud untuk selanjutnya disebut Metode Penelitian Hadits. Oleh karena itu, metode penelitian hadis merupakan alat untuk mengkaji berita tertentu untuk membuktikan bahwa informasi yang dimaksud benar-benar berasal dari Rasulullah (SAW).(Rahman, 2016, hlm. 151) Melalui penggunaan metode ini diharapkan untuk selalu dihadapkan pada nilai otentisitas dan kebenaran hadits.

Catatan kehidupan selalu dijadikan acuan bagi penerapan hukum Islam saat ini dan yang akan datang. Pernyataan tersebut senada dengan kalimat yang diutarakan Nabia Abbott, "Tradisi dan sejarah Islam adalah kembar, pemikiran tidak identik, disiplin. (Afwadzy, 2017, hlm. 55)

Tafsir Kritik Hadis

Kritik dalam sastra bahasa Arab disebut naqd. (Jufriyadi Sholeh, 2016b, hlm. 74) Penggunaan naqd dalam sastra bahasa Arab memiliki makna "naqada al kalam wa naqada al syi'r". Arti dari ungkapan tersebut adalah "dia sudah mengkritik bahasa dan puisi". Selain itu, frasa, frasa lain tentang naqd adalah "naqada al darahim". "Naqada al darahim" memiliki arti "ia memisahkan uang baik dan uang buruk".

Meskipun kata naqd mengandung makna "kritik", (Heri Afrizal, 2016, hlm. 195) beberapa ahli hadits tidak terlalu mempopulerkan kata ini sebagai kata yang mewakili makna kritik. Mereka lebih suka menamakan kajian yang memiliki kerjasama kritik hadis dengan al Jarh wa al Ta'dil. Al Jarh wa al Ta'dil memiliki makna sebagai ilmu yang menunjukkan ketidakabsahan dan keadilan sebuah hadits.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa kritik atau kritik memiliki makna sebagai cara yang menghubungkan seseorang melalui sebuah cerita yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tentunya metode keterhubungan itu didasarkan pada aturan dan ketentuan yang harus dipenuhi. Tujuannya tentu agar kebenaran dapat dipercaya. Kesimpulannya, kritik hadis merupakan rangkaian upaya sadar yang dilakukan oleh para ahli hadis untuk mencapai kesahihan derajat atau mencapai nilai kebenaran hadits yang artinya berita yang benar-benar mengacu kepada Rasul SAW.

Sejarah Kritis Hadits

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun