Â
Selamat pagi, siang, sore dan malam buat semua teman dan musuh saya yang Budiman, baik itu sebagai Kompasianer terverifikasi, kloningan sampai yang silent reader.
Bagi saya, Kompasiana atau sosial media lainnya itu ibarat sebuah kota atau apartemen. Dimana kita tinggal di dalamnya, saling berinteraksi dan menyaksikan banyak atraksi. Kadang kita bertegur sapa, berkenalan dan sebagainya.
Fanspage di gambar itu seingat saya dibuat pada Januari 2011. Awalnya bernama al-alif.co.cc. Namun karena tidak diurus maka domain tersebut mati dan blog yang saya buat berubah menjadi aliffasyari.blogspot.co.id, tapi nama fanspage ini tidak diubah. Blog itu saya buat pada Agustus 2008, sampai saat ini masih ada dan tidak pernah lagi diupadate setelah saya bergabung dengan Kompasiana.
Setelah bergabung dengan Kompasiana 06 Mei 2011, beberapa saat setelah itu nama fanspage ini saya ubah menjadi Alan Budiman, sesuai nama pena saya di sana. Memasuki tahun 2013 saya sudah mulai berhenti menggunakan fanspage ini, fakum.
31 Agustus 2015 lalu saya sempat ngobrol panjang lebar dengan pendiri Kompasiana, Kang Pepih. Saya menganggapnya pertemuan tersebut sebagai antar teman juga sebagai antara kompasianer dan pimpinan. Kami ngobrol dengan beberapa orang, bergantian sesuai kepentingan, sampai akhirnya tinggal tersisa 2 orang.
Dalam obrolan asik, inspiratif dan berkesan tersebut saya mendapat banyak hal. Nampak seperti masuk ke Gramedia dan saya bebas membawa buku apapun yang saya mau secara gratis. Saya belajar banyak dari tokoh pendiri sosial media pertama dan paling sukses di Indonesa saat ini: Pepih Nugraha. Suka tak suka sejarah akan mencatat itu.
Setelah banyak hal saya tanyakan dan diskusikan, ada satu momen dimana saya sangat teringin sekali memiliki website sendiri yang nantinya akan menampung teman-teman dari komunitas di twitterland. Ide ini awalnya muncul dari ketua komunitas, lalu saya tolak karena tidak mau susah payah bikin website, selama Kompasiana gratis maka saya akan tetap menulis. Namun mendengar cerita Kang Pepih merintis Kompasiana hingga sebesar sekarang, saya jadi sangat tertantang untuk mengikuti jejaknya.
Saya ingat betul saat Kang Pepih menjawab "lanjut Mas, saya dukung."
Saya tentu tidak dalam posisi ingin menyaingi atau menyamai Kompasiana, karena selain itu sangat sulit dicapai, konsep yang saya pikirkan sampai saat ini cukup jauh berbeda. Tapi kalaupun nantinya malah tak beda jauh dengan Kompasiana atau hanya menjadi website pribadi karena saya gagal merangkul komunitas, semuanya saya serahkan pada proses.Â
Selama menjadi warga Kompasiana, saya belum pernah melanggar TOC atau disuspend. Saya mengikuti semua aturan yang ada di sini tanpa pernah merasa terbebani. Bahasa sederhananya saya asik-asik saja di sini. Pada beberapa kesempatan saya memang sempat diadukan ke Polisi, diundang Presiden Jokowi dan sebagainya. Namun saya pikir semua itu hanyalah konsekuensi logis dari setiap tulisan yang saya bagikan.