Dari kebab inilah kemudian muncul warung mee, serta akademi gratis selama 3 hari untuk mengajarkan detail memulai usaha. Paten, kontrak karyawan, investor dan sebagainya. Meskipun tidak sempat dijelaskan dan ditanyakan, namun saya memprediksi bahwa Nilam dan suaminya sepertinya tidak ingin pengalamanan mereka terulang pada orang lain. Bahwa pengusaha harus punya pondasi dan juga diarahkan agar mereka tau jalan yang harus dituju tanpa meraba-raba lagi. Salut.
Kini kebab Turki babarafi sudah buka cabang di banyak negara seperti Malaysia, Filipina, Brunei dan seterusnya. Mereka pun melakukan penyesuaian dengan negara setempat dan terus berinovasi.
2010 kebab babarafi hampir bangkrut. Nilam bisa senyam-senyum "ya sudah lah. Lanjut." Tapi tim usahanya stress memikirkan masa depan. Hehe. Beruntung tahun 2011 semuanya beranjak pulih.
Setelah presentasi produknya, ada sesi tanya jawab. Mbak Avy yang mencari-cari korban agar ada yang mau bertanya dan langsung nembak "mungkin perwakilan dari Madura" melirik ke arah saya. Jleb. Haha. Ya sudah saya ngangguk saja.
 [caption caption="dokumen pribadi"]
[caption caption="dokumen pribadi"]
Awalnya saya pikir tanya ditempat, tapi disuruh berdiri dan naik ke panggung.
"Duduk apa berdiri nih mbak?" Saya tanya karena di atas panggung ada 3 kursi.
"Terserah enaknya"
Ya sudah terlanjur basah, saya duduk dengan manisnya di sebelah Mbak Nilam lalu memprekkan gaya Najwa Shihab yang bertanya dengan tatapan tajam. Hal ini berhasil membuat saya keasyikan karena ternyata setelah itu 3 orang lainnya hanya bertanya di tempat dan nanti dijawab di Media Center. Panitia juga tidak beri tau waktunya terbatas. Mbak Avy juga tidak mengingatkan, malah mencandai "kok malah nanya, kan diminta bercerita"
"Ya kan tadi ada ceritanya mbak" jawab saya. Dan setelah itu Mbak Nilam menjawab dengan detail, dan menjelaskan beberapa hal yang sebelumnya tidak ada dalam materi presentasinya. Seperti soal izin birokrasi di negara luar yang tidak mudah dan seterusnya.