Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gatot Tersangka, PKS Mulai Dewasa, Tapi...

29 Juli 2015   20:47 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:38 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubernur Sumatera Utara resmi dijadikan tersangka korupsi dana bantuan sosial oleh KPK. Berita ini bisa menjadi kabar baik bagi sebagian orang sekaligus kabar buruk bagi yang lainnya. Begitulah yang saya simpulkan setelah membaca ulasan kompasianer Venusgazer tentang respon warga Sumut.

Namun yang lebih menarik bagi saya adalah kedewasaan berpolitik para petinggi PKS. Kita tentu masih ingat dengan reaksi konyol Anis Matta dan Hidayat Nur Wahid saat Luthfi Hasan Ishaq ditangkap KPK, konspirasi zionis untuk menghancurkan Islam, KPK antek Amerika dan seterusnya. Hal ini diperparah dengan drama pertikaian PKS dengan KPK saat hendak menyita mobil. Bahkan PKS sesumbar akan melaporkan KPK ke Bareskrim.

Saat Gatot Pujo Nugroho resmi dijadikan tersangka, tidak ada lagi respon konyol yang mempertontonkan kebodohan petinggi PKS. Melalui juru bicaranya, Mardani, partai mendukung langkah KPK dan tidak banyak komentar. Kader akar rumput pun kompak terdiam dan mencari isu lain untuk diolah di sosial medianya, nanti kita bahas yang ini.

Bagi saya pribadi ini adalah kemajuan bagi PKS. Sebab dengan begini mereka nampak lebih baik dari sebelumnya. Terlepas dari adanya tasyakkuran sosial media yang mengolok-olok Gatot dan PKS, saya rasa itu hanya konsekuensi logis dari sifat berlebihan pkspiyungan saat memberitakan Gatot di masa lampau. Tapi saya yakin kasus Gatot ini akan segera tertutupi dengan kasus-kasus lainnya. Mininal tidak akan sefantastis Lutfi yang berhasil melekatkan antara PKS dan sapi.

Saat ini, hal yang membuat netizen muak adalah mengapa harus mengkorupsi bansos? Dana yang sangat jelas diperuntukkan untuk rakyat miskin. Apalagi adanya istri muda, kita tentu jadi teringat dengan Darin Mumtazah. Bedanya Gatot langsung mengakui, tidak seperti Luthfi yang mengaku di injuri time. Sekali lagi ini menampakkan kedewasaan politisi PKS. Selain itu adalah tulisan lama dari pkspiyungan yang jika kita membacanya sekarang, rasanya bikin mual, yaitu tulisan yang menceritakan Gatot sedang i'tikaf namun tidak diliput media karena tidak masuk got (maksudnya menyindir Jokowi) dan tidak perlu pengumuman i'tikaf paket full atau paket kilat seperti umroh (sekali lagi menyindir Jokowi).

Birahi Masih Jadi Titik Lemah PKS

Tantangan menjadi pejabat adalah uang dan perempuan. Tentu bukan kisah baru jika banyak pejabat yang menikah lagi, baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Secara hukum agama dan negara, menikah lebih dari satu bagi lelaki adalah sah dan legal. Namun menjadi cukup fatal jika istri muda juga terlibat atau menjadi bagian dari kasus korupsi.

Berbeda dengan koruptor dari partai lainnya, sebut aja Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum ataupun Nazarudin, semuanya murni kasus korupsi. Tidak ada selir atau perempuan titik-titik seperti yang menimpa Luthfi Hasan Ishaq, Fatonah, dan kini Gatot.

Sekali lagi tidak masalah menikah muda dengan siswi SMA sekalipun seperti yang dilakukan oleh Luthfi. Bahkan membooking perempuan for sex juga sudah bukan cerita biasa bagi semua kalangan masyarakat. Namun menjadi salah ketika si istri muda atau pelacurnya menjadi bagian dari cerita kasus korupsi. Hal ini menunjukkan bahwa birahi masih menjadi titik lemah politisi PKS.

Berlebihan Mengumbar Ibadah dan Digunakan 'Menyerang' Pejabat atau Politisi Lain

Jika kita membaca tulisan lama yang saya capture dari web pkspiyungan, nampak jelas bahwa ada cerita yang sangat berlebihan. Karena soal ibadah semacam i'tikaf seharusnya hanya antara hamba dan Tuhannya, biarlah jadi privacy, tak perlu sosialisasi. Berbeda dengan umroh yang secara adat memang biasanya (harus) diketahui oleh masyarakat sekitar, entah untuk kepentingan doa bersama atau hanya sebagai informasi warga.

Dalam postingan berjudul "laki-laki yang tertidur ini namanya Gatot Pujo Nugroho" dilengkapi gambar Gatot sedang tidur di atas penyangga Al-qur'an. Luar biasa. Terlepas apakah ini pencitraan atau tidak, sepengetahuan Gatot atau tidak, bagi saya memang sudah berlebihan karena digunakan untuk 'menyerang' media nasional (tidak diliput media) dan Jokowi (masuk got dan umroh).

Kini cerita ibadah i'tikaf dan kalimat menyerang pada Jokowi (yang kini menjadi Presiden RI) harus rela dijadikan tertawaan. PKS harus belajar dari kejadian ini agar tidak lagi memaksakan faktor ibadah untuk mendapat simpati publik. Jika masih terus menggunakan cara seperti itu, maka mereka harus siap ditertawakan lebih kencang dibanding politisi partai lain jika ada politisinya terjerat kasus korupsi.

PKS harus menawarkan, atau mengeluarkan sisi profesional ketimbang faktor syarie seperti hafalan Al-quran dan ibadah lainnya. Karena jelas sangat memuakkan jika Gatot yang digambarkan taat ibadah itu harus terlibat kasus korupsi dana bantuan sosial. Bagaimana bisa orang taat ibadah mencekek rakyat miskin? Apa sudah tidak ada lagi orang kaya yang bisa dipalak? Taat ibadah macam apa!

Semoga setelah ini PKS belajar dari kasus ini dan menjadi lebih dewasa dalam berpolitik. Salah itu biasa, manusia banyak lemahnya, tapi PKS harus sadar bahwa yang mereka lakukan selama ini secara tidak langsung membuat orang (baik muslim dan non muslim) tidak suka, muak, membenci hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Dan hal yang seperti ini sudah dihitung sebagai dosa di sisi hukum Islam. Buruknya, kesalahan ini adalah kesalahan berjamaah yang harus ditanggung oleh semua keluarga besar PKS, terutama para petingginya.

Strategi Pengalihan Isu

Ini juga menarik, sebuah pemandangan baru dari kader PKS akar rumput atau cyber army. Saat Gatot dijadikan tersangka, muncullah berita bahwa Presiden Jokowi yang datang berkunjung ke Singapore tidak disambut dengan bendera merah putih, dibilang tidak dianggap dan sebagainya, ya kita tahu lah alur yang mereka anut selama ini bagaimana. Selain itu ada juga yang ketinggalan kereta karena masih mengurusi pimpinan Obor Rakyat. Mereka seolah-olah tidak tau Gatot menjadi tersangka. Menarik. Setidaknya kini mereka harus belajar lagi soal politik, terutama kader jelatanya.

Semoga istri pertama Gatot dan anak-anaknya kuat menghadapi sanksi sosial serta cobaan ini. Sedikit simpati saya haturkan untuk mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun