Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kerasnya Sosial Media

20 Juli 2015   18:08 Diperbarui: 20 Juli 2015   18:08 2475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

3. Susahnya Menahan Diri

Terbayang di benak saya bagaimana beratnya admin atau kurator Kompasiana yang berhasil diam dari hiruk pikuk isu. Terlebih Kang Pepih yang sejauh pantauan saya nampak tenang dan tetap sopan apapun bahasannya.

"Saya nggak habis pikir, mereka yang katanya berpendidikan itu kok nggak bisa bedain Jokowi dan kodok? Bahasanya juga jorok banget, ampe ke kotoran manusia disebut." Kira-kira begitu kalimat Kang Pepih saat kami bercerita banyak hal di Palmerah beberapa bulan yang lalu.

Saat menulis ini saya jadi teringat kalimat beliau. Selain itu menjadi tau bagaimana rimbanya riuh sosial media sehingga memancing orang-orang yang katanya berpendidikan menjadi primitif. Berat memang karena sayapun berkali-kali harus menahan diri sekalipun sudah dicaci maki (bedanya dengan Kompasiana adalah soal intensitas, lebih menguji).

Dalam lingkungan dunia maya yang keras inilah saya maklum kalau sebagian orang terbawa arus. Seorang novelis nasional, pimpinan DPR RI, seniman dan bahkan orang yang mendapat gelar ustad juga sesekali termakan berita bohong, emosi, serta melontarkan kata-kata primitif. Luar biasa. Jika mereka saja terbawa arus, maka kita yang bukan siapa-siapa ini lebih berpotensi untuk itu. 

4. Tanggung Jawab dan Hati-Hati

Dalam ruang publik tentulah harus zero mistake, atau minimal tidak menuliskan sesuatu yang fatal. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana tidak nyamannya jika menjadi penulis (Rahmad Agus Koto) dari "kancing jas Jokowi yang memalukan" karena tertutup satu, namun harus menerima kenyataan bahwa memang seperti itulah cara memakai jas yang baik dan benar. Entah bagaimana malunya jika saya di posisi beliau yang miskin informasi dan tidak tau etika mengenakan jas.

Dalam ruang publik seperti sekarang, saya harus memeriksa dan membacanya dua atau tiga kali sebelum membagikannya di facebook. Karena ini menyangkut nama asli saya, Alifurrahman, bukan lagi sebatas Alan Budiman yang dulu tidak dikenal oleh teman-teman offline. Setiap kata menunjukkan kualitas, identitas dan kepribadian.

Dari 4 point ini saya belajar lagi tentang kedewasaan agar tidak terbawa arus seperti yang lain. Bertahan untuk dewasa dan meminta maaf jika salah berpendapat. 

Akhirnya, semoga sosial media yang sedemikian rimba ini tidak mendown grade level yang sudah kita capai.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun