Fahri pernah secara langsung mengatakan bahwa tidak apa-apa DPR tidak hadir sidang, karena tujuannya adalah voting, bukan kehadiran. Berbeda dengan buruh pabrik yang hadir untuk menerima gaji. Ucapan tersebut tidak bisa dipelintir atau ngeles lalu mengatakan wartawan salah kutip, sebab dia mengatakannya langsung di televisi.
Fadli pada Februari lalu menyebut pemerintahan sirkus sementara pada bulan Juli menyebut pemerintahan warung kopi, entah Desember nanti pemerintahan apa lagi. Saya jadi teringat istilah pagi tahu sore tempe, hehe.
Sebenarnya masih banyak lagi 'penemuan' baru oleh Fadli dan Fahri yang membuat media dan rakyat oposisi bergairah. Namun ini saja sudah cukup bagi kita untuk menghormati penemuan penemuan luar biasa dari mereka berdua yang selalu disambut meriah di sosial media. Untuk itu setelah merencanakan secara matang, kita patut memberi gelar Prof pada keduanya, Prof Fadli dan Prof Fahri. Gelar ini sangat pantas bagi mereka melihat sepak terjang dan manfaat bagi negeri ini sangat signifikan. Gelar Prof ini adalah gelar limited edition yang hanya bisa dicapai oleh mereka berdua. Di dunia dan akhirat, baru mereka berdua yang mendapatkannya. Tentu saja gelar Prof bukan dalam arti Professor, karena di dunia ini sudah banyak yang mendapatkan dan terlalu mainstream. Gelar Prof buat Fadli dan Fahri adalah profokator. Sebuah pencapaian spektakuler, fenomenal dan luar biasa yang bahkan Firaun dan Hitler pun tidak mampu mencapainya.
Semoga setelah ini Prof Fadli dan Prof Fahri bisa lebih semangat menjadi profokator yang lebih profesional dan mampu menyenangkan para barisan sakit hati terhadap pemerintah dan Jokowi.
Catatan Sangat Tidak Penting:Â istilah DPR Hotel Bintang Lima dan gelar Prof buat Fahri Fadli adalah hasil perencanaan yang matang. Inilah mengapa artikel ini tidak tayang saat itu juga.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H