Jika kita ingat-ingat, mengapa harus ada Perpu Pilkada? Bukankah karena Partai Demokrat yang mendominasi itu menyatakan menolak? Jadi kalau sekarang ini sama seperti saat pilkada berarti Demokrat setuju dengan dana aspirasi dan ingin mengerjai (resiko politik) Presiden Republik Indonesia saat ini, Joko Widodo. Bedanya koalisi partai pemerintah saat ini adalah minoritas di DPR RI yang membuat resiko politiknya menjadi sangat besar, sementara saat si mantan menjabat dia membentuk koalisi seseksi dirinya.
Sebenarnya hubungan saya dengan sang mantan sudah selesai. Keputusan ini pun sudah final dan mengikat. Tapi mungkin memang serba-serbi kehidupan, taqdir mantan memang untuk bikin gara-gara. Namun sebagai rakyat jelata saya hanya bisa menonton sinetron politik berjudul "Jeratan Mantan" ini. Sambil berharap ada pariwara atau pesan-pesan dari  DPR yang sebelumnya dengan semangat 45 sempat meributkan prestasi penurunan harga ongkos naik haji. Saya sangat menunggu bagaimana kemasan pariwara DPR soal dana aspirasi ini, semoga saja seindah dan sejujur penurunan ONH yang katanya semua itu hasil kerja keras DPR.Â
Untuk Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo, semoga diberi kekuatan untuk memimpin negara surga ini dan bisa happy ending dengan berhasil keluar dari jeratan para mantan. Untuk teman-teman rakyat Indonesia yang budiman, mari kita tahan diri untuk tidak emosi. Ingat, ujian terberat memang datang saat sang mantan menyeringai. Apalagi ini bulan ramadhan, iblis memang diikat, tapi mantan tidak. Catat. Ehem.
Sebagai penutup dan penyempurna, maka izinkan saya meLANJUTKAN lirik lagu Anggun yang menjadi soundtrack tulisan ini.
Â
Ku tak ingin lagi, menunggu menanti
Harapan tuk hidupkan cinta yang telah mati
Ku tak ingin coba, hanya tuk kecewa
Lelah ku tersenyum lelah ku bersandiwara
Â
Alan Budiman
Pakar Mantan
