Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dana Aspirasi: Mantan Presiden Seusil Mantan Pacar

24 Juni 2015   14:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:04 2833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat siang para mantan, selamat berpuasa semoga tidak dahaga dengan masa lalu yang selalu indah itu.

Saya nyaris ingin melemparkan tablet 7 inch yang sedang saya pegang saat membaca berita disepakatinya dana aspirasi DPR oleh ketok palu sang maha trouble maker Fahri Hamzonk. Beruntung saya teringat dengan sang mantan terindah yang selama 10 tahun terakhir sangat mempesona dengan ganteng maksimalnya. Jadi saya berhenti dan coba membuka akun sosmed FB dan Twitternya, dengan harapan sang mantan benar-benar mengklarifikasi serta menyatakan dengan sangat tegas bahwa pemberitaan di media sama sekali tidak benar, persis seperti soal hutang luar negeri beberapa bulan yang lalu.

Perlahan-lahan saya membaca dengan seksama agar tidak terjadi salah tafsir atau buruk sangka. Dan alhamdulillah sang mantan konsisten dengan citra baik nan sempurna via jalan tengah. Berhubung sang mantan presiden itu untuk yang ke sekian kalinya berjalan di tengah, maka mohon maaf kalau mobil yang saya kendalikan ini secara sengaja akan menabraknya penuh amarah suka duka. Ya suruh siapa jalan di tengah.

Beberapa waktu lalu saat isu dana aspirasi ini mencuat ke publik, mantan SBY dengan gagah maksimal menyatakan bahwa selama 10 tahun beliau selalu menolak dana aspirasi dengan banyak pertimbangan yang sampai sekarang tidak menemukan jawaban yang pas dari pertanyaannya. Berhubung setiap mantan adalah orang yang pernah di hati kita di masa lalu, maka saya pun masih merasakan efek getaran sisa-sisa pesona sang mantan. Saya merasa sangat puas dengan aktifitas kepo-stalking ini.

Namun getaran di hati itu kini selesai. "Kelar semua kelaar....!!." Sang mantan presiden itu kini benar-benar menyebalkan setelah saya mendapati kalimat ini: sikap saya sebagai pimpinan Partai Demokrat terhadap dana aspirasi ini sama dengan ketegasan saya dulu untuk pertahankan Pilkada langsung.

Kalimat tersebut sontak membuat saya teringat momen penuh drama dan air liur saat Fraksi Demokrat menolak Pilkada langsung sementara sang mantan menyuruh mereka menyetujui. Kini episode tersebut seperti terulang kembali, bedanya kini si mantan lebih bisa bersilat liur untuk konsisten mengambil jalan tengah.

Menurut si mantan, Partai Demokrat sama sekali tidak pernah menyatakan setuju. Ehem, padahal Fahri Hamzonk sebagai pimpinan mengetuk palu dengan motivasi "setuju." Di sini saya merasa gagal faham dengan logika kincir angin (baca: penjajah) yang dengan mantap menyatakan tidak ada.

Fraksi Partai Demokrat melapor pada sang mantan sebagai raja penguasa dinasti dengan alasan: Fraksi Partai Demokrat ingin menguji apakah implementasi UU 17/2014 tersebut tetap seperti dulu atau berbeda dan bukan jatah anggaran anggota DPR. Sebatas setuju membahas. Dasar tipu daya mantan. Ini kan seperti saat ada orang melamar si mantan lalu dijawab "setuju untuk mencari tahu atau bahasa tetangganya: ta'aruf." Bukankah itu namanya menerima lamaran? Lalu kamu masih mau bilang "nggak kok, ga ada kata setuju, saya tetap cintanya sama kamu" ??? *tolong lagunya Anggun; lelah ku tersenyum lelah ku bersandiwara.

"Tidak ada satu katapun pernyataan Fraksi Demokrat yang setuju dengan dana aspirasi. Sikap FPD tetap segaris dengan sikap saya" begitu pernyataan sang mantan di akun sosmednya. Luar biasa. Tapi mungkin benar juga, segaris dengan sikap si mantan, seperti garis-garis putus di jalan raya, maklum saja namanya juga jalan di tengah. Ehem. Titttiiiiit jeggeer....!!!

Namun logika kincir angin tetaplah memiliki kelemahan. Dari sekian banyak kalimat saya bisa memutar logika penjajah itu agar berada di posisi terendah. Jadi mari kita nikmati kelucuan si mantan yang sebenarnya selalu sangat menyebalkan.

"Itulah dulu dengan segala resiko politik yang saya hadapi, saya keluarkan Perpu Pilkada langsung."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun