Kondisi inipun dibenarkan dari pantauan saya di forum pelajar Indonesia di Australia. Mereka santai-santai saja tanda tak ada perubahan berarti.
Sampai di sini saya jadi berpikir, si mantan dapat berita dari mana yang menyebutkan terjadi demo di sejumlah kota? Karena menurut Pak Tjip, bahkan majalah dan tabloid pun TIDAK mengangkat berita duo bali nine ini. Saya jadi ingat Anggun C Sasmi yang sempat menghebohkan karena membela terpidana mati narkoba. Dengan lirik lagunya "melambung jauh terbang tinggi bersama mimpi." Jangan-jangan si mantan sedang bermimpi dan berimajinasi? Ehem.
Untuk itu sayapun mematikan pemancar kepo dan duduk menuliskan ini. Tentu saja selanjutnya kita akan masuk pada bahasan analisa-analisaan untuk menyimpulkan sesuatu yang sebenarnya amat sangat tidak penting ini. Baiklah kita mulai.
Kita lanjut pada kalimat selanjutnya agar otak kita bisa sedikit lebih baik dari spongebob. Berikut ini saya kutipkan:
"Ketika menghadapi protes dan gempuran pertanyaan pers, tidak mungkin saya berseberangan dengan negara, pemerintah dan presiden kita. Memang saya tak selalu setuju dengan cara-cara pemerintah menangani hubungan internasional, tetapi kita punya kedaulatan. Sebagaimana Indonesia menghormati kedaulatan negara lain, negara lain juga mesti menghormati kedaulatan dan dan sistem hukum kita"
Jika kita perhatikan sebenarnya tidak ada yang salah. Namun cukup menggelitik karena si mantan nampak galau dengan mengatakan "tidak mungkin saya berseberangan" namun di kalimat selanjutnya "memang saya tak selalu setuju dengan cara-cara pemerintah menangani hubungan internasional." Sudah terasa galaunya? Sebaiknya kalian minum Aqua dulu supaya bisa lebih fokus membaca. Ehem.
Si mantan mengatakan tak selalu setuju dengan cara pemerintah menangani hubungan internasional. Sejauh ini, sejauh perhatian saya pada negeri ini, ada dua moment hubungan internasional Indonesia yang cukup booming, yakni kapal ikan dan hukuman mati narkoba. Lalu manakah yang dimaksud si mantan? Ikan apa narkoba? Mari kita tanyakan pada mantan karena alat pemancar kepo saya tidak dapat menjangkau berita si mantan pernah tidak setuju dengan pemerintah dalam hal menangani hubungan internasional.
Sebenarnya kalau si mantan bicara berputar-putar, labil, tidak jelas maksudnya apa, menggunakan bahasa langit, yang intinya agar masyarakat tidak #rame, bukanlah perkara baru. Tapi di 2015 ini menjadi penting karena kesensiannya (bukan keseksiannya) menjadi berlipat-lipat. Kenangan 'KESUKSESAN' masa lalunya terus diobral sana-sini yang justru semakin membuat kita bahagia. Tentu saja pada kesempatan kali ini pun si mantan menyertakan data tidak valid kesuksesannya di masa yang antah berantah. Berikut saya kutip lagi:
"Selama 10 tahun pimpin Indonesia, saya berusaha keras tingkatkan persahabatan dan kerjasama, sambil atasi masalah yang ada. Hasilnya nyata, Australia dukung penuh kedaulatan dan keutuhan wilayah kita, termasuk Papua. Kerjasama saling menguntungkan dan meningkat."
Mari tepuk tangan prok prok prok ala Pak Tarno. Kira-kira kalimat tersebut jadi apa? Tentu saja jadi absurd. Entah sahabat seperti apa yang menyadap ponsel presiden dan menteri sahabatnya? Beruntung si sahabat ini tau sahabatnya hanyalah politisi jalan tengah yang akan diam saja di tempat tersebut karena takut ditabrak mobil jika bergerak. Jadilah si sahabat semena-mena dengan menyadap dan sebagainya.
Andai saya punya sahabat yang membaca SMS atau lihat-lihat gadget saya tanpa izin, tentu saja bakalan saya marahi. Saya punya harga diri, punya privasi. Bagaimana dengan kalian? Minimal kita pelototin. Tidak hanya memanggil dubesnya. Ini kan jadi mirip Australia yang saat ini memanggil dubesnya di Jakarta? Jadi ketika dua warga negara Australia ditembak mati karena kasus narkoba, dubesnya ditarik. Indonesia di era si mantan, dirinya berikut menteri dan istrinya sendiri disadap, juga cuma memanggil dubesnya? Apa hubungannya Australia dan istri si mantan? Tanyakan saja pada Rhoma.