"Ayo lah berangkat, itu Marry kayaknya" sambil melihat ke salah satu perempuan di barat jalan sedang lambaikan tangan.
"Ya udah duluan, ntar kami salip" jawab Alex kalem. Semua sepakat tertawa karena Alex memang dikenal sering lupa dengan rem kuda besinya.
Tony dan rombongan berangkat menjemput Marry, sementara kami masih duduk-duduk melihat jalan raya. "Kita mau dateng ke nikahan?" Tanya Lucas tiba-tiba.
Peter buru-buru menjawab "ah nggak. Ngapain wong ga diundang kok." Mendapat jawaban seperti itu, Lucas memperhatikan saya dengan tatapan absurd. Ya, saya memang mengenakan kemeja, celana kain dan sepatu. Kontras sekali dengan Peter dan Alex yang mengenakan pakaian petualang.
Lucas tertawa-tawa "jangan becanda rek." Kami sepakat tidak mengomentari dan buru-buru menunggangi kuda besi.
Alex melunasi ucapannya, nanti kita salip. Saat jalan raya dua arah padat merayap, dua kuda besi melaju kencang di tengah-tengah jalan melewati banyak kendaraan. Mobil rombongan Tony pun dengan mudahnya dibalap dengan sekali tarikan gas. Breeem....!!! Istri Tony hanya bisa geleng-geleng kepala di balik kaca jendela.
Kuda besi sudah jauh melaju, namun Alex tiba-tiba memberi kode untuk mengurangi kecepatan. Ada telpon yang sepertinya darurat. Bla bla bla cukup lama sampai Tony dan mobil hitamnya mengklakson tiiit tiiit dengan pedal gas cukup dalam. Kami memang tak punya waktu cukup lama untuk menuju lokasi resepsi pernikahan salah satu teman.
"Ga asyik kalo nyalipnya pas mereka macet" kelakar Alex. Peter, Lucas dan saya kembali sepakat tertawa. Peter memberi kode "siap laksanakan" dengan formasi tangan hormat non formal. Kuda besi kembali melaju kencang, tapi sepertinya mobil hitam dan Tony sudah cukup menjauh.
Alex mengangguk-ngangguk dan sedikit mencekik kuda besinya. Breeemmm....!!! Ya, mobil hitam nampak dari 200 meter dengan kecepatan sempurna. Jalanan yang kosong tentu saja membuat Alex senyam-senyum. Ya ya ya. Memang tak butuh waktu lama untuk sejajar dengan mobil yang membawa Tony. Dua kuda besi berjejer rapi tepat di sebelah kanannya, meski semua tau kami sedang dalam kecepatan maksimal, tapi bagi Alex belum. Seperti ada kesengajaan sedikt delay dengan berjalan sejajar sebelum memacu kuda besi berlari sangat-sangat cepat membelah jalan. Tiiiiiit....!!!
Kilometer 70 kami berhenti. Menghangatkan diri menjelang senja dan bersiap dengan ritual keagamaan.
"Sampe mana mereka ya?" Tanya Peter.
"Jauh...pake mobil mana bisa ngebut"