Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hati-hati dengan Bis Malam Jember

24 April 2014   23:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 15222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lebih suka melakukan perjalanan malam hari, baik bis, kereta maupun pesawat. Suasananya lebih santai dan kalau menggunakan bis, biasanya lebih cepat karena jarang kendaraan.

Pada 22 April 2014 yang merupakan hari ulang tahun yang ke 24 bagi saya, rupanya ada kado istimewa yang cukup wah akibat dari lebih sukanya saya melakukan perjalanan pada malam hari. Saya berada di terminal tawangalun jam 1 malam, setelah beberapa menit menunggu akhirnya saya mendapat tumpangan Bis Kemenangan (kalau ga salah). Semula tak ada yang aneh kecuali sang Kenek belum juga menarik ongkos dari penumpang. Karena cukup lama, saya tiba-tiba ngantuk. Padahal sebelumnya sangat segar bugar.

Beberapa menit mata terpejam, saya terbangun karena bis berbelok cukup tajam dan melihat tas yang berada di pelukan saya sebelumnya terbuka. Ada satu orang jaket hitam duduk di kursi depan sebelah kiri tersenyum ke arah saya. Kemudian ada lagi satu orang berdiri tepat di sebelahnya juga berjaket hitam, sambil menunjuk ke arah dompet yang terjatuh ke bawah. "Dompetnya jatuh" ujarnya.

Sampai di sini fikiran saya mulai kacau, yang terfikir pertama kali bukan isi dompet, tapi Samsung Tab yang juga saya masukkan ke dalam tas. Tapi setelah meraba tas bagian tengah, ternyata masih ada. Saya cukup lega dan mengambil dompet yang seolah terjatuh di sebelah kiri saya. Padahal saya ingat betul tadi sudah menutup tas dengan baik. Sebelum melihat isi dompet, saya sudah yakin kalau isi dalam dompet itu sudah ga ada. Dan setelah saya periksa, benar ternyata uang pecahan 10, 5 dan 1 ringgit masing-masing 2 lembar -yang merupakan duit sisa dari Malaysia- sudah ga ada. Fix, mereka ini pencopet.

Saya melihat ke arah belakang ada orang yang meletakkan kepalanya di kursi yang saya duduki, seperti sedang memperhatikan. Saya makin ga nyaman. Setelah toleh kanan kiri memperhatikan sekitar, bisa disimpulkan Bis yang saya tumpangi dari arah Jember menuju Surabaya 'dibajak' oleh sekelompok copet beranggotakan 6 orang dengan badan tinggi besar dan semuanya mengenakan jaket hitam.

Dengan tanpa rasa bersalah satu orang sedang mencoba untuk mencopet penumpang di depan saya. Karena terus-terusan saya lihat, kemudian temanya dari arah belakang berdiri menghalangi pandangan saya. Dalam keadaan seperti itu, selain karena uang yang mereka ambil dari saya tidak terlalu banyak, juga karena jumlah mereka lumayan banyak dan berbadan tegap besar. Karena saya ga bawa senjata emergency khas orang madura, saya memilih diam sambil memeluk lebih erat tas yang saya bawa.

Saat itulah ada 3 orang yang mondar-mandir bertanya saya mau ke mana? Orang pertama saya acuhkan. Kemudian orang kedua yang mukanya lebih berantakan dengan logat balinya, juga saya acuhkan. Antara kesal dan takut. Sampailah di orang ketiga akhirnya saya jawab mau ke Surabaya. Kemudian orang itu bertanya lagi "sendirian?" Wah fikiran saya berputar lebih kencang dan sembari berfikir bagaiman kalau nantinya ini berakhir buruk.

Saat orang kedua bertanya saya mau ke mana? Sebenarnya saya mulai curiga bahwa orang-orang ini sedang mengincar tas saya. Apalagi pertanyaan "sendirian?" Jelas mengarah kepada perampokan berencana. Alasan logisnya adalah mereka gak menemukan rupiah di dompet saya, karena kebetulan saya menyimpan rupiah untuk ongkos di kantong kemeja yang tertutup rapat. Mungkin karena melihat isi dompet, kartunya lumayan aneh -BNI, BCA, Mandiri (indo), Maybank, Touch N Go (Malay) dan EZ Link (Singapore)- mereka mengira saya membawa barang berharga. Entahlah, tapi saya yakin saat itu mereka sedang mengicar saya.

Karena keadaan semakin ga kondusif, penumpang di kursi sebelah kiri saya bereaksi dengan menendang kaki salah satu pencopet yang berdiri melihat ke arah saya dari depan.

"Saya tau kelompok kalian" kata bapak yang mungkin umurnya sudah 40an. Setelah itu bapak tadi bertanya ke saya "berapa duit yang hilang?"

Sambil melihat ke arahnya saya jawab "32 ringgit pak" setelah mendengar jawaban itu, sontak bapak tadi menyuruh sekelompok copet itu untuk mengembalikanya. Namun rupanya copet yang duduk di belakang saya merasa ga terima dan bertanya "bapak siapa?" Dengan nada meremehkan.

Mendengar itu, bapak tadi meninggikan suaranya " saya?....polisi!!" Jawabnya tegas. Semua terdiam dan tanpa fikir panjang copet yang berada di belakang saya langsung mengembalikan uang yang mereka ambil. Salah seorang copet yang saya fikir mungkin ketuanya langsung memberi sinyal maaf dengan posisi tangan seperti sedang menyetop. Dan mereka semua langsung keluar dari bis.

Setelah itu saya ngobrol dengan bapak polisi yang ga mengenakan seragam itu. Rupanya bis dari atau ke arah jember di atas jam 12 malam memang biasa dibajak. Saat saya tanya kenapa ga menyuruh mengembalikan semua yang mereka copet, beliau bilang itu 'etika' menjaga diri dalam radius sekian. Dan ga mungkin beliau menjadi pahlawan dan menyuruh mereka mengembalikan semua hasil jarahanya.

"apa mereka punya back up? (Kongkalikong dengan aparat setempat)" tanya saya setelahnya.

"oh ga ada, cuma kelompok itu termasuk 'sulit' dibubarkan. Ya hidup ini kalo semuanya baik, kan ga seru juga?" Mendengar jawaban itu, saya tersenyum membenarkan.

Namun yang unik adalah saat saya bertanya apakah pencopet tadi bawa senjata? Beliau jawab "nggak lah, mereka itu cuma mencopet, bukan perampok. Jadikan pembelajaran aja, setiap bis malam dari dan ke arah jember biasanya dibajak pencopet"

Saya baru tau soal ini, tapi gimana caranya biar ga dicopet? Ya jangan tidur dan diam di tempat. Karena pencopet itu hanya mengincar yang tertidur. Yang mengherankan adalah kenapa sopir dan kenek bis membiarkan mereka masuk? Jawabnya adalah karena kalau nggak, kelompok copet tadi akan mengingat nama bis dan melempari semua bis yang seperusahaan dengan mereka. Parah.

Karena saat itu saya mencoba memfoto kenek dan bapak polisi yang melindungi saya, beliau melarang agar ga melanjutkanya. Cukup jadikan pelajaran bersama, begitu pesanya. Jadi bagi yang berencana melalukan perjalanan malam dengan bis, usahakan sangat berwaspada dan ga tidur. Mungkin saat ini saya hanya tau Jember, karena menurut pengalaman, bis arah Jogja, Semarang, Kediri, Lumajang dan Madura sepengetahuan saya aman-aman saja. Tapi ga ada salahnya waspada, teringat kata bang napi "kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan"

Berhubung cerita 'trial' nya sudah saya post di FB dan rupanya ada haters yang ga percaya karena ceritanya seperti novel fiksi katanya, maka akan saya tutup dengan ini: saya ga pernah memaksa orang untuk mempercayai setiap tulisan, niat dari setiap tulisan adalah untuk berbagi dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun