Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mental, Krusial Tentukan Skor Akhir World Cup 14

17 Juni 2014   17:32 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:22 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Iran di luar dugaan mampu mengimbangi dominasi Nigeria. Bermain tenang, meski hasilnya hanya 0-0, jelas sudah merupakan kebanggaan bagi mereka. Mental pemain Iran tidak silau dengan nama besar Mikel, Moses, Amoebi dan Emenike dari Nigeria, jika terus bermain seperti pagi tadi, bukan tak mungkin Argentina pun akan kewalahan untuk mencetak 1 gol.

Amerika cukup mengejutkan dengan meladeni Ghana dan berhasil menang 2-1. Selain agresifitas dan skill individu Amerika seperti Dempsey, Ghana juga tak terlihat seperti Ghana yang seharusnya. Mereka kehilangan fokusnya saat Dempsey berhasil ciptakan gol sebelum menit pertama. Kemudian Ghana bermain sangat teburu-buru dengan umpang cepat dan langsung. Asa untuk balik unggul sempat memuncak saat Ghana berhasil ciptakan gol dari skema menyerang yang sangat bagus pada menit 82. Namun mental USA tetap kokoh hingga akhirnya kembali unggul lewat sundulan hasil sepak pojok menjelang pluit panjang dibunyikan.

Dan yang paling lucu adalah Ronaldo yang dibuat frustasi oleh pemain Jerman. Saya sempat berharap Ronaldo dan Nani bisa menjelma seperti Robben dan Van Persie menaklukan tim dengan kualitas merata seperti Jerman. Namun Jerman bermain sangat berbeda, matang, cepat dan umpan akurat. Seakan ga ada bedanya dengan atau tanpa Ronaldo serta Nani di lapangan. Penalti di awal pertandingan jelas menurunkan mental Portugal, namun Ronaldo dan Nani masih bergerak. Portugal sebenarnya sudah menyerah saat gol sundulan Hummels dari sepak pojok membuat skor menjadi 2-0 baru pada menit 30. Malapetaka berlanjut saat Pepe yang memang emosional diganjar kartu merah, maka pertandingan setelahnya menjadi ga menarik. Skor akhir 4-0.

Dari sekian pertandingan, kita benar-benar disuguhi pelajaran betapa pentingnya mental pemain. Mengendalikan emosi yang kita sebut manusiawi. Kurang bagus apa Spanyol kalau hanya untuk meladeni Robben dan Van Persie? Di mana Forlan dan Cavani saat negaranya hanya mampu cetak gol dari titik putih melawan tim sekelas Costa Rica? Respon saat sebuah tim tertinggal, ada yang tetap semangat sampai bisa balik unggul, ada yang kecewa dan terus tertinggal.

Saat mental turun, maka kualitas dan skill individu menjadi tidak berarti lagi untuk bisa membuat perubahan. Ronaldo sang pemain terbaik dunia, Nani yang biasanya sangat cepat merusak pertahanan lawan, mendadak tak terlihat lagi aksinya.

Melihat Australia berlaga sangat percaya diri meladeni tim sekelas Chile dengan nama bintang seperti A.Sanchez, Isla, Vidal, dan Vargas, rasanya pemain Indonesia ga beda jauh dengan mereka. Namun mentalnya harus diakui bagai sumur dan langit, jauh. Selain fisik dan fokus timnas senior memang hanya kuat sampai menit 30, faktor minder dan biasa kalah membuat mental timnas senior ambruk jika sudah tertinggal lebih dulu. Setelah itu buyar dan dijamin ga bisa ciptakan gol. Berbanding terbalik dengan timnas U19 yang ga pernah minder melawan negara segudang prestasi seperti Korsel dan UEA. Apa mungkin karena mereka masih lugu? Dan masih agak kuper dengan info lawan? Atau memang mental mereka jauh lebih baik dari sesepuhnya? Yang jelas timnas U19 punya fisik yang bisa bermain lebih dari 90 menit. Hehe

Buat timnas U19, cepatlah besar dan tetap fokus. Berharap mental, skill dan fisik kalian terus meningkat dan kita ga usah lagi minder menghadapi negara langganan juara piala dunia. Saya ingin sekali melihat merah putih berkibar. Bangga rasanya saat mendengar Indonesia kalahkan Italy di final Milan Championship beberapa tahun lalu. Saat timnas U12 danone nations cup finis di urutan 6 dunia, mengungguli beberapa negara eropa. Pemain kita tak jauh beda bahkan lebih baik, hanya mental dan skill harus terus diperhatikan agar terus menanjak. Atau kita hanya akan bisa berlaga di AFF selamanya.

Salam emansipasi mental, haha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun