Selain ibu muda tersebut, ada juga beberapa orang TKI yang sempat menempati rumah kami dengan kasus yang sama. Selama itu berlangsung banyak suara sumbang yang kadang menyulut emosi. Tapi mungkin memang ada benarnya apa kata mereka: Kerjaan yang ga ada gunanya! Buang-buang waktu! Bukannya untung malah tekor!
Dari segi materi, kami memang tidak mendapat apa-apa. Tapi mungkin inilah jejak sejarah yang bisa kami lakukan sebagai warga negara Indonesia. Terserah orang mau bilang apa, yang jelas hanya ini yang saya bisa bagikan kepada sesama.
Dengan hadirnya pemerintah yang baru, besar harapan kami agar Jokowi sebagai presiden mampu menuntaskan masalah ini hingga ke akarnya. Untuk itu semua cerita yang kami lalui, dari permasalahan sampai solusi sengaja saya tuliskan dalam bentuk novel.
Memang sebelumnya naskah tersebut sudah ditolak oleh 1 penerbit, namun kemudian saya ajukan lagi ke penerbit yang lain. Entah apakah segmentasi pasar penerbit sebelumnya tidak cocok, atau memang tulisan saya yang tidak bagus. Yang pasti, saya akan berusaha agar buku tersebut bisa segera terbit. Meski mungkin tidak akan seefektif blusukan Jokowi, setidaknya sudah cukup memberi gambaran secara umum permasalahan yang ada.
Pada akhir tulisan ini saya ingin mengajak satu aksi nyata yang sangat bisa kita lakukan untuk membantu saudara pahlawan devisa kita. Yaitu diam. Para TKI itu sudah banyak memikul beban, jadi tolong jangan dikomentari negatif. Jika tidak mampu memberi mereka pekerjaan di sini, mohon jangan ada lagi pembakaran bendera Malaysia dan komentar negatif lainnya. Karena apa yang kita lakukan di sini, akan berimbas pada mereka di sana. Kalaupun mau bersuara, suarakan kekesalanmu pada pemerintah di negeri ini, bukan pada negara lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H