Kompasiana kembali rame pasca kemenangan KMP di MPR.
Kalimat tersebut berkali-kali saya lihat di kolom komentar beberapa tulisan kompasianer yang hadir hari ini. Tentu sebuah kabar gembira karena mereka yang sempat mendadak fakum menulis, kini kembali bersuara. Setidaknya kita bersyukur akhirnya mereka para pendukung KMP (Koalisi Mabuk Prabowo) kini sedikit bisa bernafas dan tidak terlalu stress akibat kekalahan final dan mengikat dari quick count, KPU sampai MK.
Walau bagaimanapun, yang harus difahami dari pertarungan parlemen bukan lagi pertarungan antar kita -aku dan kamu-. Semua yang terjadi di parlemen adalah pertarungan elit politik, dan kita sebagai rakyat Indonesia hanya menjadi penonton di tribun paling atas. Jadi apapun yang kita lakukan, kita tetaplah penonton yang tidak akan pernah mampu merubah skor pertandingan. Tidak seperti saat pilpres, dimana aku, kamu, dia dan mereka punya hak yang sama dan punya kekuatan untuk mempengaruhi orang-orang di sekitar kita.
Kalaupun ada pendukung prabowo yang bersuka cita atas 'kemenanganya' di UU MD3, DPR, dan MPR ya ucapkan selamat saja, mungkin mereka memang kader partai atau salah satu keluarganya adalah bagian dari politisi KMP. Meski sekali lagi menurut penulis, itu semua adalah pertandingan antar elit politik, bukan pertandingan antar kita.
Bagi saya sebagai pendukung Jokowi dan mungkin banyak teman di luar sana, merasa biasa-biasa saja serta tetap bahagia menunggu detik-detik dilantiknya sang jagoan yang kita banggakan pada 20 Oktober mendatang. Karena apapun yang terjadi di DPR atau MPR dan siapapun yang menjadi ketuanya, tetap saja presiden Indonesia adalah Joko Widodo. Bukan kuda Asia. Oops hehe
Kita sebagai pendukung Jokowi hanya fokus pada perubahan bangsa Indonesia menuju ke arah yang lebih baik. Kita sedang menanti aksi dan manuver seorang Jokowi dalam lingkup nasional dan internasional.
Saya sebagai rakyat terhomat, tentu tidak terlalu perduli dengan DPR yang cuma bisa buat surat undangan (undang-undang) si gedung 'belahan'.
Meski begitu, sebagai penonton yang terlanjur berada di stadion, tentu tetap menyaksikan pertandingan antara KMP melawan KIH. Karena tiket (pajak) sudah terlanjur dibeli, maka sayang rasanya kalau walk out dari stadion hanya karena pertandingan tidak seimbang karena salah satu kubu hanya memiliki stok pemain terbatas.
Berhubung ini adalah pertandingan liga politik di mana tidak ada aturan baku, maka semuanya masih mungkin terjadi. Pemain KMP bisa saja tiba-tiba mencetak gol ke gawangnya sendiri dan menjadi striker KIH, begitu juga sebaliknya.
Lihatlah pada pertandingan di stadion MPR pemain berinisial PPP tukar posisi menjadi gelandang serang kubu KIH karena selama ini PPP hanya dijadikan pemain cadangan. Karena KIH kebetulan bermain dengan 9 orang sudah tidak ada lagi pemain cadangan, maka PPP bisa langsung masuk ke lapangan. Namun pertandingan semalam masih dimenangkan KMP dengan skor tak setelak ketika pertandingan berlangsung di stadion DPR.
Pertandingan antar dua kubu menjadi semakin menarik karena komposisi pemain yang diturunkan lumayan lucu. Gerindra yang menjadi kapten KMP rupanya harus merelakan posisi ketua DPR pada Golkar yang sebelumnya hanya sebagai pemain cadangan. Sementara sang kapten hanya menjadi wakil, setara dengan wakil kapten PAN dan pemain cadangan lainya PKS serta Demokrat.