Cerita lainya soal Jokowi yang masih menggunakan pesawat ekonomi beberapa waktu lalu. Ini mengingatkan kita pada gambar saat kampanye lalu. Muncul gambar Jokowi dan Anis Baswedan sedang berada di pesawat pribadi (sewaan). Pendukung prabowo mengolok-olok bahwa Jokowi hanya menang pencitraan, sok mau naik kelas ekonomi. Padahal nyatanya?
Nah saat ini beliau sudah menjadi presiden, apakah beliau masih berminat untuk pencitraan dengan menggunakan pesawat kelas ekonomi? Saya rasa keterlaluan kalo masih dibilang pencitraan. Ini lebih kepada naluri seseorang. Karena banyak juga pengusaha yang mampu membeli tiket kelas eksekutif namun tetap memilih kelas ekonomi. Bukan karena pelit atau ga mampu, tapi lebih kepada arti sebuah kebutuhan. Ini sejalan dengan apa yang sering kita baca dari orang terkaya dunia Warren Buffet "beli barang ga harus bermerk. Pakailah sesuatu yang menurutmu nyaman digunakan"
Untuk kasus pesawat ekonomi ini, (kalau ga salah menuliskanya di status Fan Page) Luhut Panjaitan yang kebetulan bertemu di bandara sudah menyarankan agar Jokowi mau menaiki pesawat bisnis bersama dirinya, karena itu juga untuk keselamatan dirinya dan keluarga. Beliau hanya manggut-manggut saat diberi nasehat. Namun saat boarding, Jokowi tetap menuju pintu pesawat ekonomi dan Luhut ke jalur kelas bisnis. Coba kita telaah, apa iya yang seperti ini masih disebut pencitraan?
Saya sebagai warga agak bingung atau sempat juga khawatir. Takut nantinya Jokowi diserang teroris atau orang yang benci lahir bathin pada beliau dan membahayakan nyawanya seperti di film-film. Haha lebay sih, tapi cerita di film bisa saja terjadi di dunia nyata kan?
Sempat juga saya berpikir, apakah Jokowi harus belajar jadi presiden? Tak perlu membungkuk kepada orang yang lebih tua darinya. Ah tapi mana bisa? Sudah nalurinya begitu. Soal pesawat, nantinya beliau kan sudah bisa menggunakan pesawat kepresidenan, jadi tak perlu khawatir nanti beliau ngeyel naik pesawat kelas ekonomi.
Ke depan sepertinya kita akan memiliki presiden yang nampak seperti rakyat biasa. Ngomongnya ga pake ehem ehem, tetap senyum dan mau bergurau, berdirinya ga ditegak-tegakin dan mukanya ga diset bak raja rimba. Ga sungkan menghormati yang lebih tua meskipun beliau presiden, tetap sungkem pada orang tuanya, dan sepertinya akan tetap dituduh pencitraan atas beberapa sikapnya. Pencitraan? Ya pencitraan. Meski sampai di sini saya juga bingung Jokowi mau pencitraan buat apa? Toh dirinya sudah jadi presiden. Sementara pemilu masih 5 tahun lagi. Masa iya mau kampanye dari sekarang? Ya beda lah sama pemimpin yang mendadak blusukan pas mah pemilu *oops you know who!
Semoga Pak Jokowi tetap sehat dan mampu membawa bangsa ini lebih maju. Tetaplah gunakan naluri bapak seperti yang sebelumnya kalau itu membuat bapak lebih nyaman. Karena kami yakin (setidaknya saya) dengan nalurimu rakyat Indonesia akan diperlakukan manusiawi. Seperti yang pernah bapak lakukan di Jakarta dan Solo. Biarin orang mau bilang apa, ga usah dimasukin hati, tapi kalo diarahkan paspampres jangan ngeyel ya pak. Itu demi kebaikan dan keselamatan presiden kami, rakyatmu.
Maaf ga bisa hadir di syukuran salam 3 jari, nanti kita ketemu saja di istana ya pak (jiaah kayak orang penting aja haha)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H