Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pak Mentri Hanif, Kami Menantangmu!

11 November 2014   03:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:08 2652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_374078" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi (Kompas.com)"][/caption]

Masalah TKI di Malaysia sudah sampai pada psikologi putus asa. Bahkan pernah mantan ketua KBRI dan salah satu atase dengan mimik muka memelas berucap "bahkan malaikatpun mungkin akan enggan untuk mengurus TKI di Malaysia". Tak hanya di forum seminar, kalimat tersebut juga sempat saya baca dalam buku berjudul KBRI yang kalau tidak salah berjudul "KBRI Tersibuk di Dunia".

Soal TKI di Malaysia saya pernah terlibat sebuah aksi sosial dalam jangka waktu panjang, lebih dari setahun. Berada di bawah naungan dan didanai oleh salah satu partai politik tanah air.

Banyak orang sudah kami datangi, mulai dari KBRI, parlemen Malaysia sampai Imigrasi. Semua orang-orang tersebut kami ajak untuk berbicara dari hati ke hati terkait permasalahan TKI. Beharap ada solusi yang bisa ditindak lanjuti. Namun dari serangkaian pertemuan tersebut berakhir pada kesimpulan bahwa masalah TKI Ilegal, penipuan dan pemerasan TIDAK BISA DISELESAIKAN. Sampai di sini saya baru mengerti maksud bahkan Malaikatpun enggan, kenyataanya mungkin memang seperti itu.

Mungkin sebelum saya meneruskan soal wacana yang kami sampaikan, ada baiknya saya ingin sedikit memberi gambaran terkait TKI di Malaysia.

1. Banyak Jalan Masuk Malaysia

Banyaknya TKI di Malaysia dikarenakan banyaknya jalur masuk, dimana setiap titik selalu ada celah dengan 'harganya' sendiri. Ada banyak orang-orang yang berprofesi sebagai 'pengantar' tenaga kerja secara swasta tanpa membawahi perusahaan apapun.

Tarifnya disesuaikan dengan jalur mana yang dipilih. Tentu saja jalur udara atau pesawat tarifnya lebih mahal. Karena selain resikonya besar, juga karena strategi masuk sampai amplop sogokan harus direncanakan secara matang. Para pengantar ini pada umumnya punya 'link' di imigrasi untuk membantu misinya berjalan mulus.

2. Anak-Anak Tanpa Status

Salah satu dampak dari banyaknya TKI yang datang ke Malaysia adalah terjadinya pernikahan yang sah menurut agama. Semua pernikahan antar TKI pasti berlangsung sederhana dan biaya murah. Mungkin inilah sebabnya pernikahan terjadi secara massif.

Warga Indonesia perempuan terpaksa melahirkan tidak di rumah sakit, namanya juga ilegal. Sementara anak yang lahir dan besar di Malaysia sama sekali tidak memiliki dokumen. Maka masalah yang terjadi kemudian anak-anak ini tidak bisa sekolah. Ingin sekolah di sekolah Malaysia, tentu saja ga bisa karena tidak punya dokumen. Mau sekolah di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK)? mereka juga akan meminta dokumen.

3. Pengangguran Indonesia dan Kriminal

Jika kita menganggap TKI yang datang ke Malaysia semuanya bekerja, jelas saja itu salah. Karena ada juga Pengangguran Indonesia (PI). Masalah mereka ini selain karena ilegal sehingga kesulitan mendapat kerja rutin, biasanya juga karena mereka memiliki keluarga. Ada yang istrinya disuruh bekerja, karena perempuan cenderung mudah diterima bekerja di rumah makan. Ada juga karena ayah dan ibunya sudah di Malaysia sejak kecil.

Jumlah Pengangguran Indonesia ini relatif banyak. Mereka cenderung dekat dengan perjudian seperti togel atau cassino di genting highland. Menjadi menarik karena di tempat perjudian terbesar tersebut tak dibutuhkan identitas legal, semua orang bisa masuk cukup dengan menunjukkan paspor. Saya beranggapan karena banyaknya orang yang berkunjung. Dan pihak penjaga hanya concern dengan KTP lokal yang beragama islam.

Kehidupan yang seperti inilah kemudian memicu terjadinya tindakan kriminal untuk mendapat uang secara instan. Teman saya yang menaiki Bus dari arah Kajang menuju Seremban pernah kena bajak dengan perampok asal Indonesia.

Selain itu konflik sosial dengan warga lokal kerap terjadi karena persepsi rakyat Malaysia setiap melihat orang Indonesia, mereka adalah pencuri. Mereka bekerja tanpa izin, tanpa bayar pajak dan sebagainya. Dengan anggapan seperti itu, setiap ada masalah, orang Malaysia akan sok dan angkuh sementara warga yang sudah terbiasa hidup di belantara negeri tidak akan segan untuk melawan.

4. Pemerasan

Ini sudah menjadi rahasia umum. Oknum polisi yang menemukan TKI ilegal sedang berkeliaran, dengan basa basi akan menanyakan identitas. Jika tidak ada, biasanya jalan paling nyaman bagi kedua pihak (karena polisi juga malas mengurus) akan berakhir dengan sogokan selembar RM 50. Meski begitu ada juga polisi yang memprosesnya lebih serius dan memintai uang RM 500 dan kalau sudah terperangkap ke kandang imigrasi biasanya akan terkena 'pungutan' sangat besar hingga puluhan juta rupiah.

5. Birokrasi Gila Oleh Oknum KBRI

Bukan DPR saja yang ada tandinganya, KBRI Kuala Lumpur juga ada KWnya. Berada tepat di sebelah kanan gedung KBRI resmi, berdampingan.

Satu kasus yang pernah saya amati adalah, di KBRI KW ini bisa menyelesaikan masalah meski dokumen minim dan ga bakal lolos jika di KBRI resmi. Di KBRI KW ini semua masalah bisa selesai asal ada uang. Tarif ditetukan dengan durasi prosesnya. Bisa saja urusan kita selesai dalam sejam, asal mau membayar lebih mahal. Saya melihat hal ini terjadi karena aturan atau permitaan oknum KBRI yang kadang terlalu mengada-ngada (pengalaman).

6. Tidur di Hutan

Ada ribuan TKI yang setiap malamnya beratapkan langit berselimut kabut. Mereka ini umumnya adalah pekerja bangunan. Dari pagi sampai sore mereka kerja, kemudian malamnya tidur di hutan agar tidak kena razia, ada juga yang tidur di bangunan yang belum selesai.

Mereka ini tinggal di tempat yang namanya kongsi, rumah-rumah kayu dan triplek yang dibuat sendiri di sebelah lokasi bangunan. Ini dilakukan karena memang mayoritas adalah ilegal, sehingga pimpinan proyek tidak mau juga memfasilitasi pekerja. Namun kongsi ini hanya untuk meletakkan barang dan tempat istirahat saat siang.

7. Penipuan Terstruktur

Setiap tahunya ada yang namanya pengampunan atau pemutihan. Saat ini terjadi, para TKI punya kesempatan untuk melegalkan dirinya tanpa perlu keluar Malaysia dan mengikuti prosedur standar. Namun rupanya ini menjadi program 'penipuan tahunan'. Banyak agensi yang dibuka dan berjanji bisa membantu melegalkan, namun kemudian iti hanya aksi memeras TKI kita. Jumlah penipuan per orang bisa sampai 15 juta rupiah atau RM 5,000. Bayangkan saja, setiap tahunya ribuan TKI tertipu. Dan saat tertipu, yang namanya ilegal, mau lapor polisi tidak bisa. Jadilah uang yang mereka kumpulkan bertahun-tahun bahkan juga hasil jual tanah atau berhutang, raib tanpa jejak.

Tidak hanya satu dia agensi, banyak. Kalau boleh disimpulkan, memang ini adalah kebejatan rakyat Malaysia yang setau saya sampai saat ini belum satupun tertangkap. Sekalipun ada yang diproses, semuanya berakhir dengan alasan "kantor tutup, case closed". Sesederhana itu.

Alasan banyaknya TKI ilegal karena memang ada supply and demand. Warga kita banyak yang butuh kerja, orang Malaysia butuh pekerja. Warga kita kesulitan mengurus legalitas, orang Malaysia senang mempekerjakan pekerja ilegal karena tak perlu membayar asuransi dan gaji sesuai standar. Bahkan cenderung bisa membayar gaji suka-suka mereka.

Saya dan teman-teman pernah mengajak mendiskusikan nasib ratusan ribu warga kita yang berjuang hidup dengan caranya sendiri. Dari KBRI, parlemen Malaysia sampai Imigrasi namun mungkin saya datang hanya atas nama partai dan bocah kuliahan, respon yang didapat bisa dibilang nol.

Usulan saya sangat sederhana, agar Visa bekerja tidak terlalu dipersulit. Ada kuota dari imigrasi, ada syarat serta kualifikasi perusahaan yang boleh mempekerjakan TKI yang secara logika tidak masuk akal dengan kenyataan. Misal, satu bangunan hanya boleh mempekerjakan 50 orang. Sementara pihak pemegang proyek menginginkan bangunan cepat selesai dan minimal harus mempekerjakan 500 orang. Singkatnya seperti itu, tentu kalau harus saya tuliskan secara detail mungkin akan sangat-sangat panjang.

Itulah sebagian masalah yang mungkin mentri tenaga kerja Hanif Dhakiri harus tahu. Melihat beliau yang sepertinya semangat sekali blusukan, bahkan sampai lompat pagar. Berhubung ini tentang nasib ratusan ribu WNI dan sudah menjadi MASALAH ABADI, Saya ingin menantang beliau untuk blusukan ke Malaysia dan melihat kenyataan yang ada secara langsung. Tentu saja jika benar-benar ingin melihat kenyataan tersebut, beliau harus siap datang sebagai WNI, bukan sebagai mentri, dan tanpa awak media. Jika butuh bantuan guide, sepertinya kami bisa bantu. Namun tentu saja harus tetap secara rahasia yang tidak satupun orang tau agar acara blusukan tersebut berlangsung alami. Atau kalau beliau tidak sempat dan terlalu ribet, bisa mengutus staf atau perwakilan.

Terakhir yang ingin saya sampaikan adalah: masalah ini ABADI dan para elit memang tidak akan mampu menjangkau kalau hanya datang berkunjung ke KBRI. Sekali lagi ini nasib ratusan ribu jiwa, nyaris satu juta.

Kami menantangmu Pak Mentri!

Buktikan anda ga hanya berani lompat pagar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun