3. Pengangguran Indonesia dan Kriminal
Jika kita menganggap TKI yang datang ke Malaysia semuanya bekerja, jelas saja itu salah. Karena ada juga Pengangguran Indonesia (PI). Masalah mereka ini selain karena ilegal sehingga kesulitan mendapat kerja rutin, biasanya juga karena mereka memiliki keluarga. Ada yang istrinya disuruh bekerja, karena perempuan cenderung mudah diterima bekerja di rumah makan. Ada juga karena ayah dan ibunya sudah di Malaysia sejak kecil.
Jumlah Pengangguran Indonesia ini relatif banyak. Mereka cenderung dekat dengan perjudian seperti togel atau cassino di genting highland. Menjadi menarik karena di tempat perjudian terbesar tersebut tak dibutuhkan identitas legal, semua orang bisa masuk cukup dengan menunjukkan paspor. Saya beranggapan karena banyaknya orang yang berkunjung. Dan pihak penjaga hanya concern dengan KTP lokal yang beragama islam.
Kehidupan yang seperti inilah kemudian memicu terjadinya tindakan kriminal untuk mendapat uang secara instan. Teman saya yang menaiki Bus dari arah Kajang menuju Seremban pernah kena bajak dengan perampok asal Indonesia.
Selain itu konflik sosial dengan warga lokal kerap terjadi karena persepsi rakyat Malaysia setiap melihat orang Indonesia, mereka adalah pencuri. Mereka bekerja tanpa izin, tanpa bayar pajak dan sebagainya. Dengan anggapan seperti itu, setiap ada masalah, orang Malaysia akan sok dan angkuh sementara warga yang sudah terbiasa hidup di belantara negeri tidak akan segan untuk melawan.
4. Pemerasan
Ini sudah menjadi rahasia umum. Oknum polisi yang menemukan TKI ilegal sedang berkeliaran, dengan basa basi akan menanyakan identitas. Jika tidak ada, biasanya jalan paling nyaman bagi kedua pihak (karena polisi juga malas mengurus) akan berakhir dengan sogokan selembar RM 50. Meski begitu ada juga polisi yang memprosesnya lebih serius dan memintai uang RM 500 dan kalau sudah terperangkap ke kandang imigrasi biasanya akan terkena 'pungutan' sangat besar hingga puluhan juta rupiah.
5. Birokrasi Gila Oleh Oknum KBRI
Bukan DPR saja yang ada tandinganya, KBRI Kuala Lumpur juga ada KWnya. Berada tepat di sebelah kanan gedung KBRI resmi, berdampingan.
Satu kasus yang pernah saya amati adalah, di KBRI KW ini bisa menyelesaikan masalah meski dokumen minim dan ga bakal lolos jika di KBRI resmi. Di KBRI KW ini semua masalah bisa selesai asal ada uang. Tarif ditetukan dengan durasi prosesnya. Bisa saja urusan kita selesai dalam sejam, asal mau membayar lebih mahal. Saya melihat hal ini terjadi karena aturan atau permitaan oknum KBRI yang kadang terlalu mengada-ngada (pengalaman).
6. Tidur di Hutan