Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Fenomena Penipuan Berkedok Bisnis Online

28 November 2014   22:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:35 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum ini Indonesia dilanda penipuan berkedok bisnis online, dengan skema ponzi dan keuntungan yang luar biasa besar tanpa perlu susah payah. Contohnya saja SSS, MMM dan masih banyak lagi yang mungkin tidak saya ketahui. Anda bisa membacanya di tulisan saya sebelumnya dengan judul MMM Indonesia penipuan baru yang meresahkan, maret 2014.

Modus penipuan ini muncul setelah fenomena MLM yang sempat menjamur. Sejak sekitar tahun 2005, tak terhitung berapa jumlah MLM yang beroperasi. Kenyataanya bisnis MLM ini tak pernah bertahan lama, hanya booming di awal kemudian tak terdengar lagi.

Mohon maaf kalau saya terpaksa menyimpulkan, bahwa semua produk MLM adalah produk yang tidak percaya diri untuk bertarung di pasar bebas seperti produk lain. Faktornya adalah produk yang ditawarkan bersifat sekunder. Sehingga jumlah penjualan tidak akan selaris produk pasar bebas seperti mie instan, odol, air mineral, sabun dan sebagainya. Sekalipun produk yang ditawarkan adalah salah satu dari produk yang menjadi kebutuhan kita sehari-hari, pasti harga jualnya terlalu mahal dibanding yang lain sementara kualitasnya rendah.

Bagaimanapun perusahaan ingin mendapat keuntungan besar, tak peduli harganya kurang masuk akal atau produknya tidak berkualitas dan tidak dibutuhkan oleh orang banyak, perusahaan tetap ingin barangnya laku keras dengan harga tinggi tapi tidak mau beriklan. Maka solusinya adalah MLM.

MLM pasti memberikan bonus jika member atau konsumenya berhasil mengajak orang lain untuk bergabung. Bonus tersebut tentulah didapat dari uang pendaftaran awal -setiap MLM pasti ada biaya registrasi ini- yang kemudian bonus fee bagi membernya diambilkan dari uang tersebut.

Tentunya kita tidak bisa membayangkan jika produk konsumtif seperti sabun atau mie instan ada MLMnya? Mungkin yang miskin sudah bisa mendadak kaya. Sementara produk berkualitas seperti eigger, nike atau adidas, kenapa tidak ada MLMnya? Karena tanpa diajak pun orang mau membeli. Sekalipun harganya mahal. Karena sebanding dengan kualitas yang ditawarkan. Produk-produk seperti ini kemudian tidak akan susah payah membuat sistem MLM dan memberi membernya bonus-bonus, karena perusahaan akan lebih memilih beriklan di media secara terbuka meskipun dengan biaya yang fantastis. Dengan begitu kita mengenal dan membelinya.

Jujur sulit sekali bagi saya untuk menyatakan bahwa MLM adalah modus penipuan, tapi melihat dari mayoritas orang lebih besar modal keluar ketimbang menerima profit, tentunya ini adalah bisnis membodoh-bodohi orang kalau tidak bisa disebut penipuan.

Mungkin karena sejak sekitar 2005 masyarakat sudah dijejali dengan bisnis MLM, kita pun mulai muak dan tidak bisa menerima logika bahwa MLM ini usaha yang menguntungkan. Masyarakat mulai alergi dengan kata MLM, namun model bisnis ini tetap eksis hingga bertahun-tahun. Tentu karena faktor kelincahan member MLM yang terus kejar target member baru karena termotivasi untuk mendapat bonus.

Kini bisnis MLM ini mulai meredup dan tidak berkembang biak lagi. Mungkin masih ada sebagian, namun tidak akan seramai dulu.

Semakin maraknya gadget murah dan internet bukan lagi barang mewah, kemudian muncul bisnis-bisnis online. Awalnya bisnis online ini adalah jual beli barang namun ditawarkan secara online, dan ini benar. Yang menjadi masalah adalah penipuan berkedok bisnis online.

Mungkin sudah familiar di mata kita ada barang-barang teknhologi seperti HP dan laptop yang ditawarkan dengan harga miring. Namun saat kita membelinya, barang tidak sampai. Ini jenis penipuan lama.

Lalu muncul penipuan yang katanya bisnis online jaringan. Mirip seperti MLM tapi secara online dan tidak menjual barang. Uang hanya saling transfer antar orang dan pada bulan berikutnya member yang mentransfer akan mendapat transferan dari member lain sebesar uang yang ditransfer pada awal bulan, plus profit sekian persen. Angkanya beragam di kisaran 30-70%. Contohnya MMM, SSS dan sebagainya, seperti yang saya jelaskan di awal tulisan ini. Banyak orang menyebutnya sebagai money game.

Normalnya money game ini hanya bisa menguntungkan jika seseorang bisa hit and run. Sekali ikut dan sekali profit. Setelah itu mereka mencari money game yang baru. Karena jelas jika bertahan lama, pada akhirnya sistemnya akan kolaps karena 'pembuat' sistem sudah mendapat keuntungan yang besar kemudian menutupnya.

Bagi mereka yang lumayan berpendidikan dan mau berpikir logis, tentunya tidak akan terjebak dengan money game ini. Untuk itu kemudian muncul penipuan berkedok bisnis perpaduan MLM + produk + online.

Terus terang berat sekali bagi saya untuk menuliskan ini, karena yang akan saya bahas adalah tokoh besar dan saya kagumi dari sisi dakwahnya. Beliau adalah Ustad Yusuf Mansur melalui bisnis VSI.

VSI ini adalah software yang berisi sistem yang memudahkan kita untuk bisa bertransaksi online seperti beli pulsa, beli tiket pesawat, kereta, PLN dan semua pembayaran atau tagihan yang bisa dibayar online.

VSI menawarkan paket keanggotan beragam mulai dari 275,000 sampai 8,5 juta rupiah dengan penghitungan bonus yang berbeda. Seperti aturan MLM, bagi siapa saja yang berhasil mengajak orang untuk bergabung akan mendapat bonus, tentu saja bonus bagi perekrut diambilkan dari biaya pendaftaran member baru tadi.

Awalnya VSI ini lumayan booming, namun sepertinya sekarang mulai mereda. Teman-teman yang dulunya begitu gencar promosi, kini tidak lagi. Bisnis ini cukup menarik dan masuk akal. Setidaknya lebih logis dibanding MMM, SSS dan sejenisnya.

Namun orang-orang terlanjur terhipnotis dengan popularitas ustad Yusuf Mansur. Sehingga banyak lupa untuk melakukan kalkulasi logis terkait modal, potensi dan keuntunganya. Jika dibandingkan dengan beli pulsa di konter, memang melalui VSI ini lebih murah -setidaknya biaya admin tidak sampai seribu. Member VSI juga masih akan diberi bonus dari jumlah transaksinya. Namun berapa lama modal biaya awal itu akan balik? Lama sekali tentunya kalau mengandalkan dari bonus transaksi. Kecuali kita berhasil merekrut orang untuk bergabung.

Mungkin tidak pas kalau saya sebut sebagai penipuan, tapi bisnis VSI ini tidak menguntungkan. Belum lagi di dalamnya ada sistem MLM dimana kita mendapat bonus dari biaya pendaftaran orang yang berhasil direkrut.

Kemudian saya juga menilai bahwa VSI ini pembodohan. Karena saat ini bank sudah menyediakan pembelian pulsa, pembelian tiker pesawat dan sebagainya via online dan biaya adminya pun jauh lebih rendah dibanding VSI. Tentunya kalau di bank, kita tidak perlu repot deposit untuk beli money digital atau melakukan pendaftaran semahal VSI. Bahkan kalau di bank, pembelian pulsa harganya pas seharga pulsa tanpa biaya admin. Ini karena pulsa dari operator sebenarnya dijual di bawah harga nominal yang kita dapat. Jadi jika pulsa 50,000 dijual 50,000 bank atau konter sebenarnya sudah mendapat untung.

Lantas kenapa buat apa VSI? Ya apalagi kalau bukan jualan software mahal dan iming-iming bonus. Dengan kemasan Ustad yang sangat komersil serta menjual, maka banyak yang tertarik untuk ikut. Padahal jika mau, kita bisa menggunakan bank yang pasti mayoritas kita sudah memiliki rekening.

Setelah VSI meredup, kini muncul seminar-seminar bisnis travel. Mirip seperti VSI namun tidak memiliki sistem MLM. Nama-nama bisnis travel ini sepertinya cukup banyak, dan saya tidak akan menyebutkan nama-namanya karena pembaca bisa mencari sendiri di internet atau mungkin sebagian kita adalah salah satu peserta seminarnya?

Beberapa bulan yang lalau seorang teman bertanya tentang potensi bisnis ini, intinya ada sistem yang dijual seharga sekian juta agar kita bisa jualan pulsa, beli tiket pesawat, hotel, dan kereta. Sistem ini dijual sangat mahal dan tidak wajar. Saya beranggapan ini karena tidak ada sistem MLM di dalamnya.

Seminar bisnis travel ini diadakan maraton di beberapa kota besar secara gratis. Dalam seminar tersebut para hadirin akan ditunjukkan demo sistem untuk bertransaksi. Seperti cara membeli tiket pesawat, kereta, dan hotel secara online. Kemudian dengan sedikit tekhnik motivasi, banyak orang kemudian tertarik untuk ikut.

Peserta seminarnya bukan puluhan, tapi ratusan orang. Ramai dan megah sekali karena biasanya diadakan di gedung.

Menurut cerita teman yang baru saja pulang dari seminar tersebut, pendaftaran awal untuk menjadi member dan mendapat sistem dengan fasilitasnya seharga di atas 10 juta rupiah. Bayangkan saja bagaimana caranya kita bisa mendapatkan balik modal hanya dengan jualan tiket kereta dan pesawat?

Namun karena ini pembodohan yang terstruktur, sistematis dan massif, maka bisnis ini dibentuk semenarik mungkin. Terbukti saat saya sarankan agar belajar sendiri untuk bisa beli tiket online, teman tersebut malah menjelaskan bahwa katanya ada proses panjang sebelum kita biaa menjadi agen tiket. Harus mengajukan proposal ke maskapai, KAI dan sebagainya. Biayanyapun katanya bisa ratusan juta rupiah. Saat saya tanya dia tau dari mana? Semuanya ada dalam materi seminar.

Memang betul ada proses panjang agar kita bisa menjadi agensi tiket. Namun point penting dari sistem yang harganya di atas 10 juta tersebut hanyalah beli tiket online. Thats it! Karena saya lumayan prihatin dan kasihan jika nantinya teman ini terlanjur bergabung, saya jelaskan bahwa pembelian online tiket ini bisa kita lakukan tanpa membeli sistem.

Kita cukup menuju website maskapai atau KAI kemudian melakukan pembayaran melalui internet banking via bank-bank lokal. Saya dan mungkin banyak orang sudah biasa membeli tiket online baik kereta maupun pesawat.

Sungguh miris sekali ini terjadi di negara kita. Bisnis-bisnis yang sulit disebut penipuan, namun sebenarnya adalah pembodohan. Kita bahkan bisa bertransaksi online for free.

Di negara maju, agensi tiket pesawat, kereta dan hotel sudah punah. Kalau ada pun merupakan branch resmi perusahaan, bukan swasta. Ada juga mesin serupa ATM yang tersebar di beberapa tempat publik dan kita bisa bertransaksi di sana, jika tidak mau bertransaksi online. Kita cukup memilih penerbangan dan memasukkan identitas, kemudian melakukan pembayaran dengan memasukkan lembaran uang yang sesuai.

Fenomena seperti ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang IT masih sangat rendah. Untuk itu pemerintah harus memberi pelajaran dan membuka wawasan masyarakatnya, bahwa semuanya bisa bertransaksi online dengan mudah, semudah kita bertransaki transfer antar bank. Jika ada orang yang melakukan seminar-seminar dengan berjualan sistem hingga lebih dari 10 juta, mumpung musim tandingan, baiknya pemerintah mau melaksanakan seminar serupa yang menjelaskan cara bertransaksi online. Karena miris juga melihat fenomena seperti ini, yang hanya menguntungkan satu pihak dengan dana dari masyarakat kelas menengah yang sebenarnya sedang ingin berwirausaha.

Saya yakin ada banyak orang yang bisa mengisi seminar untuk menjelaskan pembelian online ini, bahkan saya pun bisa. Maka tidak susah rasanya bagi pemerintah agar mau sedikit menyisihkan anggaran untuk seminar atau sosialisasi guna mencerdaskan warganya, agar tidak tertipu dengan orang berjas seolah ingin membantu, padahal mengambil keuntungan besar yang sangat tidak wajar.

Semoga ke depan fenomena bisnis berkedok penipuan atau pembodohan ini bisa segera kita hentikan.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun