Logika manusia kita tidak bisa menjangkau, bagaimana seorang Steve Jobs bisa melampaui waktu dengan tekhnologinya dalam produk Apple. Seorang Mark Z yang berhasil mempersempit dunia dengan Facebook, atau saudara kita Jim Goevedi yang menjadi programmer atau peretas yang namanya diakui dunia internasional. Betul bahwa ada pelajaram peogramming, teknologi, merakit dan sebagainya, tapi tetap ada setuhan kreasi tangan Tuhan yang membuat nama-nama tersebut berbeda.
Begitu juga dengan Bu Susi, siapa yang tidak bisa jualan bad cover saat SMA? Semua anak di usianya pasti bisa. Saya bahkan jualan es dan rumput laut sudah sejak saat masih kelas 3 SD. Tapi apakah itu menjadi otomatis membuat kita bisa menjangkau atau menyamai posisi Bu Susi? Belum tentu. Karena selain taqdir, saya rasa ada semacam chips yang Tuhan letakkan, seperti chips komputer yang bisa membedakan pentium 4 dan core i7. Dan hidup ini menjadi menarik karena Tuhan tidak membuka spesifikasi diri kita, sehingga kita bisa tetap optimis dan berusaha sekuat tenaga. Saya dan banyak remaja di luar sana tentu ingin sekali bisa melampaui garis finish yang sudah berhasil Bu Susi selesaikan.
Rupanya tulisan inipun sepertinya sudah cukup panjang. Sehigga sepertinya saya perlu membuat artikel baru lagi tentang beliau di tulisan berikutnya.
Mungkin tulisan ini akan saya tutup dengan komentar Bu Susi saat Pak Rhenald memuji kesuksesanya. Dengan rendah hati Bu Susi menjawab "Yang sukses dengan jalur pendidikan formalpun banyak". Ini memberi pesan jelas bagi kita semua bahwa belajar tidak hanya di bangku sekolah. Kita bisa belajar dari mana saja, termasuk google yang menyediakan semua materi yang kita butuhkan.
Di sekolah kita belajar. Yes it is. But its not the only way -Prof Rhenald Kasali.
Semoga bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi kita semua.