Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Benarkah Tsu Media Sosial Membayar? #ThinkAgain

9 Januari 2015   14:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:30 1693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14207716301707974551

[caption id="attachment_389569" align="aligncenter" width="600" caption="Tampilan halaman muka tsu.com/kompasiana"][/caption]

Belakangan ini ada banyak teman yang menurut saya sudah masuk kategori spamming on facebook wall. Ini karena Tsu sosial media yang baru diluncurkan pada July 2013 'menjanjikan' akan membayar penggunanya dengan dollar. Mereka mendeklarasikan hanya akan mengambil 10% dari keuntunganya untuk maintanance and their own profit sementara 90% akan dibagikan pada pengguna.

Ada yang menganggap pendiri Tsu Sebastian Sobczak sebagai orang yang berambisi 'menginjak' Facebook seperti yang dilakukan oleh Google terhadap Yahoo. Ada pula yang menganggap Tsu akan menjadikan Facebook sebagai the next Friendster. Dan masih banyak lagi kalimat positif penuh ambisi yang luar biasa menjual.

Dalam artikel ini saya tidak akan menghakimi Tsu scam atau tidak, tapi mari kita bahas dengan logika sederhana dan saya sangat berharap teman-teman mampu menyangkal pendapat saya -ini karena saya juga bermimpi Tsu benar-benar membayar.

Google vs Yahoo

Pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin memang sempat sesumbar akan mengalahkan Yahoo. Sejarah membuktikan keduanya berhasil dan saat ini menjadi search engine nomer satu di dunia. Tapi apakah Google berhasil menyingkirkan Yahoo? BIG NO.

Saat ini masih banyak orang menggunakan Yahoo Mail. Yahoo kemudian lebih populer dikenal untuk membuat email, sementara Google dikenal sebagai search engine. Meski sebenarnya keduanya sama-sama memiliki fitur tersebut.

Jauh sebelum ada BBM, Whatsapp, Line, Wechat, Facebook dan lainya, Yahoo sudah punya YM sebagai aplikasi chat pertama yang pernah ada dan bisa digunakan di handphone bebasis symbian serta dekstop.

Jauh sebelum kita mengenal facebook, Yahoo sudah punya group untuk komunitas dengan nama Yahoo Group. Di dalamnya kita bisa share sesuatu dan saling balas komentar seperti di Facebook group.

Tentunya masih banyak lagi fitur yang dimiliki Yahoo seperti news, finance, dan lainya yang lebih populer dibanding Googe. Soal YM dan Yahoo Group saya tau persis karena pernah beberapa tahun sangat dekat dengan dua produk sosial media tersebut. Jika kemudian ada orang yang menganggap Google mengalahkan Yahoo, saya rasa itu karena mereka masih bocah di jagad maya yang baru tau internet dan sosial media setelah adanya Facebook dan Twitter. Lalu masih relevan kah menyamakan Tsu dan Facebook dengan Google yang mengalahkan Yahoo? #ThinkAgain

Tsu Akan Jadikan Facebook Sebagai The Next Friendster

Ini lebih baik, setidaknya lebih masuk akal dibanding Google vs Yahoo. Tapi apakah benar-benar masuk akal? Mari kita bahas.

Friendster dan sosial media seangkatanya seperti Myspace memang harus mengakui keunggulan Facebook. Ini karena Facebook lebih mengakomodir kebutuhan penggunanya untuk bersosial media. Live chat, fanspage, group, game, video, note dan sebagainya tidak dimiliki oleh Friendster. Dengan design lebih menarik dan menjadi sosial media pertama yang memiliki apps, didukung oleh era android tebukti sangat membantu Facebook. Kesimpulanya, Facebook memiliki apa yang tidak dimiliki Friendster dan sosial media sebelumnya.

Lalu faktor apa yang akan membuat Tsu bisa mengalahkan Facebook? Tsu membayar penggunanya (logis tidaknya nanti kita bahas). Sejauh ini hanya itu yang kita tau bukan? Tapi apakah Tsu memiliki live chat? NO. Memiliki fitur sosial media yang menarik? BIG NO. Google plus saja yang merupakan anak dari raja jagad maya Google, memiliki semuanya dan menawarkan fitur baru seperti hangout, circle dan yang lainya tetap belum mampu menjadikan Facebook sebagai the next Friendster. Masih mau jadikan Facebook sebagai the next Friendster? #ThinkAgain.

Facebook Berbenah

Facebook bukanlah sosial media kemarin sore yang diam saja saat ada sosial media baru. Kita bisa lihat saat Twitter muncul dengan keunikan mention dan hastag, Facebook juga menyediakan fitur tersebut bagi penggunanya. Saat Google plus muncul dengan fitur Circle, Facebook juga langsung sigap dan menambahkan fitur serupa. Ketika Instagram muncul, Facebook langsung datang merangkulnya.

Namun Facebook sangat cerdik dalam berhitung kebutuhan penggunanya. Lihatlah sampai saat ini Facebook tidak memiliki trending topic seperti di Twitter atau tombol dislike seperti di Youtube. Facebook coba berikan satu pesan jelas bahwa mereka bisa melakukan hal yang sama jika mereka mau, namun mereka hanya melakukan sesuatu yang dirasa menguntungkan dan diinginkan penggunanya.

Facebook Tidak Membayar

Hal ini benar. Tapi ada Fans Page yang bisa dibayar atau kita jual. Sama saja seperti menulis di blog tidak dibayar, namun ada google adsense.

Di Facebook kita bersosial media dan saling terhubung dengan teman-teman memangkas jarak dan waktu memang tidak mengharapkan dibayar. Kita saling terhubung karena alasan ingin tetap dekat meski jauh. Dan Facebook memberikan layanan gratis dengan menyediakan fitur-fitur dan menyimpan semua hal yang kita inginkan.

Sosial media adalah kebutuhan kita. Sama seperti saat kita menghadiri job fair, pihak penyelenggara menyediakan semuanya dari tempat sampai perusahaaan-perusahaan pemburu pekerja lalu kita datang mencari informasi for free.

Sosial media juga sama seperti televisi, kita mencari hiburan dalam bentuk terhubung pada teman-teman di manapun kita berada. Bisa mengetahui kabarnya, aktiftas, tulisan dan sebagainya.

Jika begitu apakah logis jika kita yang membutuhkan, namun kita juga dibayar? Ibarat nonton TV kita dibayar dengan persentase 90% pendapatan iklan dan 10% untuk maintanance dan kebutuhan perusahaan? Ibarat datang ke jobfair kita dibayar dengan persentase 90% pendapatan iklan dan 10% untuk kebutuhan sewa gedung, proposal, sewa soundsystem dan sebagainya.

Hal ini logis jika stasiun televisi melalui program-programnya memberi hadiah. Masuk akal jika event seperti jobfair, car free day dan sebagainya mengadakan undian dan door prizes. Tapi membayar semua penggunanya dengan kesepakatan 10% hasil iklan untuk maintanance dan kebutuhan perusahaan lalu 90% untuk peserta, audiens dan penonton? #ThinkAgain

Tapi kan televisi atau event seperti jobfair itu berbiaya mahal! Oh...Jadi kalian kira Facebook tidak berbiaya mahal walau sekedar menampung curhatan tidak jelas kita? Facebook mempekerjakan designer, programmer, merawat server dan masih banyak lagi agar kita semakin nyaman bersosial media. Kalian kira itu murah?

Jika Tsu Membayar

Ada dua aturan menarik dari Tsu yang membuat saya tertawa geli. Pengguna diberi batasan posting, tidak bisa sebanyak-banyaknya dalam sehari. Sementara pengguna baru boleh menarik dollarnya jika sudah mencapai $100. Logika saya mengatakan bahwa ini cara Tsu untuk menahan pengguna agar tidak cepat-cepat mencapai $100. Ah tapi kan ada follower dan family tree? Semacam skema piramid dalam MLM karena kita bisa mendaftar hanya jika menyertakan refference dari user sebelumnya. Ya silahkan dikalkukasi saja, berapa bulan kita baru bisa mencapai $100?

Oke anggaplah Tsu memang membayar seperti yang dilakukan Google Adsense. Tapi apakah tidak ada kualifikasi atau syarat minimal? Semua pengguna bisa dapat dollar. Bahkan yang beberapa hari gabung saja sudah dapat sekian cent. Bandingkan dengan Google Adsense dan Facebook Fans Page, ada syarat minimal, proses eksekusi dan verifikasi.

Semua orang bisa gabung di Tsu for free. Semua orang bisa bikin email for free. Jika syaratnya hanya invitation dan email, apakah Tsu tidak berpikir nantinya ada 1 orang yang membuat 5 akun? Saya rasa tidak akan ada lagi yang kelaparan di muka bumi ini jika benar-benar terjadi. Semua bisa sejahtera dan cukup buat makan hanya dengan bersosial media.

Namun saya yakin Tsu sudah memikirkanya. Itulah alasan logis mengapa ada fitur transfer fund, karena memang sengaja membiarkan satu orang memiliki banyak akun dengan tujuan saling follow dan transfer agar cepat mendapat $100, bahkan saya rasa sudah masuk kategori memotivasi setiap orang untuk aktif. Ini memang dimaksudkan supaya Tsu nampak memiliki banyak pengguna sehingga nantinya memiliki nilai ekonomi bagi pendiri Tsu.

Kompasiana Paling Logis untuk Membayar Membernya

Di Tsu katanya kita harus menuliskan konten yang bermanfaat dan bernilai. Tapi kita juga perlu berpikir bagaimana admin mengerti status yang kita tuliskan itu bagus atau tidak jika untuk mengerti bahasanya saja tidak bisa? Belum lagi jika penggunanya benar-benar mencapai sejuta, kita bayangkan bagaimana mereka menilai konten setiap penggunanya? Menilai apakah akun kloningan, copy-paste dan sebagainya.

Berbeda dengan Kompasiana. Setiap member di sini menuliskan konten yang memang dibaca oleh admin. Itulah kenapa ada HL, Highlight dan TA sebagai apresiasi terhadap tulisan kita. Jika Kompasiana membayar penggunanya, hal ini lebih masuk akal dibanding Tsu karena kita memang menuliskan sesuatu yang bernilai. Di Kompasiana kita tak perlu jadi publik figur agar tulisan kita dibaca dan dishare ribuan orang. Bukankah ini bernilai? Namun menjanjikan 10% iklan untuk maintanance dan kebutuhan perusahaan kemudian 90% bagi penggunanya, jelas tidak masuk akal. Tanyakan saja pada admin. Hehe

Sebelum ini kita memiliki Freez yang numpang keren bersama koran harian Kompas. Lalu berencana merubahnya dengan ide yang lebih besar menjadi majalah. Kemudian baru-baru ini muncul KompasianaTV meski masih numpang di Kompas seperti halnya Freez. Ragam lomba berhadiah jutaan rupiah begitu banyak terselenggara.

Di facebook ada fans page, google punya adsense, televisi/event dengan undian-undianya dan Kompasiana dengan Freez serta lomba-lomba di dalamnya. Memang harus ada standar atau syarat mininal untuk mendapatkan suatu nilai. Tidak bisa seenak-enaknya daftar modal email and got paid.

Mengapa Kompasiana saya sebut paling masuk akal? Karena dalam setiap tulisan kita tertera jumlah hits and share. Jika nantinya Kompasiana bernilai tinggi, bisa saja setiap tulisan kita dibayar sesuai isi konten dan jumlah hits. Tentu ini lebih logis dari sekedar nulis status di Tsu bukan? Tapi memang tidak akan 90% for us dan 10% untuk admin. BIG NO. Kang Pepih, Mas Isjet dan admin yang lain pantas untuk dibayar mahal karena sudah menyediakan fasilitas sosial media alternatif. Dan sekali lagi, biaya maintanance sebuah website sosial media tidak murah, mana cukup 10%?

So masih mau spamming all day long with Tsu on facebook? #ThinkAgain

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun