Mohon tunggu...
Alan Budiman
Alan Budiman Mohon Tunggu... profesional -

Pemilik akun ini pindah dan merintis web baru seword.com Semua tulisan terbaru nanti akan diposting di sana. Tidak akan ada postingan baru di akun ini setelah 18 November 2015.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi, You'll Never Walk Alone

15 Januari 2015   13:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja Presiden tidak akan meminta rekomendasi KPK atau menyodorkan semua nama rekomendasi Kompolnas pada DPR, karena jelas bukan mereka yang dikehendaki Presiden. Namun untuk menolak begitu saja juga pasti menimbulkan reaksi. Maka jalan terbaiknya adalah mengajukan calon tunggal. Calon yang memang sangat ketara bermasalah yang sudah diketahui publik. Calon yang menjadi bidikan KPK sejak lama. Dengan begitu in the name of people power, perubahan bisa berjalan.

Saya tidak yakin KPK dan Presiden berjalan sendiri dan tiba-tiba terjebak pada Budi Gunawan. KPK yang dikenal zero mistake itupun sepertinya akan mempertahankan citra dan konsisten untuk menjerat pelaku koruptor tanpa ampun. Jelas kesalahan besar jika KPK tiba-tiba menetapkan BG sebagai tersangka hanya karena ingin Presiden membatalkan pencalonan BG, sementara mereka tidak punya bukti. Bayangkan, 9 Januari surat Presiden terbit, KPK tetapkan BG sebagai tersangka pada 13 Januari.

Betul memang ada yang aneh dengan KPK. Penetapan BG sebagai tersangka nampak tergesa-gesa, tidak seperti yang lain karena belum digelar 'ritual' pemeriksaan saksi-saksi. BG pun belum pernah melewati proses alamiah status tersangka dengan diperiksa sebagai saksi seperti halnya Ratu Atut. BG juga tidak tertangkap tangan seperti Anas, Andi Malarangeng atau Fuad. Maka wajar kalau ada sebagian kelompok yang ragu dengan sikap KPK kali ini.

Sekalipun ini adalah kebetulan, tetap saja kebetulan yang luar biasa. Jika tidak, berarti ini memang direncanakan jauh-jauh hari sebelum Jokowi dilantik sebagai Presiden mengingat penelusuran KPK sudah sejak July 2014. Tapi apa manfaatnya? Oh banyak. Dengan kejadian seperti ini opini publik sudah terlanjur terbentuk. Sejak Jokowi mulai 'nakal' mencalonkan BG sebagai Kapolri, publik sudah bereaksi. Maka pada saat KPK menetapkan sebagai tersangka, semua orang akan satu suara (kecuali DPR) menolak BG dan mendukung penuh KPK segera memproses lebih lanjut. Situasi semacam ini tidak akan menimbulkan perseteruan Cicak vs Buaya jilid 2. Tidak akan ada perlawanan dan proses panjang. Terserah Polri mau 'menyerbu' KPK dengan alasan absurd ingin menjaga gedung agar tetap aman, semua sudah terlambat.

Sepertinya kita memang sudah banyak belajar dari Cicak vs Buaya jilid 1.

Tulisan ini bisa saja salah, karena tidak menutup kemungkinan Budi Gunawan tidak bersalah. Namun untuk sekarang, dari serangkaian kejadian dan proses yang ada, bagi penulis inilah yang paling masuk akal. Tontonan politik the next politik santun setelah edisi Jokowi berhasil menemui Prabowo dan membawa beliau hadir pada pelantikanya.

Presiden yang bukan ketua umum partai dan bukan dari kalangan jenderal memang sepertinya sedang berjalan sendiri. But dont worry Mr President, you will never walk alone. Dengan cara seperti ini publik bisa mendukungmu. Terserah haters atau pendukungmu, sepertinya kami akan sepakat kalau sudah menyangkut korupsi dan KPK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun