Kunjungan Presiden Jokowi ke Malaysia rupanya dimanfaatkan oleh partai pemerintah Barisan Nasional (BN). Dalam fans page resminya (terverifikasi) admin menampilkan beberapa gambar pesawat kepresidenan milik Republik Indonesia dari berbagai angle yang menampakkan elitnya pesawat resmi RI 1 ini. Namun dalam keteranganya ditulis "pesawat peribadi Presiden Indonesia".
Kata peribadi tersebut menimbulkan pro kontra bagi kalangan rakyat malaysia sendiri. Sudah sejak lama rakyat malaysia terbagi menjadi dua kubu pemerintah dan oposisi, atau dalam bahasa mereka oposisi = pembangkang.
Menarik sekali melihat banyak komentar yang masuk. Membaca beberapa komentar sudah menjadi kebiasaan saya untuk melihat dari berbagai sisi pemikiran masyarakat. Namun pagi ini saya cukup lama membaca komentar yang ada. Ini dikarenakan bahasa slank malaysia sangat lucu, dan entah kenapa rakyatnya lebih kreatif dalam menyindir. Nyaris tidak ada perdebatan opini, hanya saling sindir. Ya begitulah nature rata-rata rakyat malaysia.
Dan untuk aktifitas tak disengaja ini saya tertawa berkali-kali pagi ini. Berikut rangkuman komentar yang sudah saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (sebab jika men-screenshot rasanya percuma, bahasa mereka terlalu unik).
● ini kalau kak Rose (upin-ipin) tau pasti seneng
● istri Presiden ikut, rakyat Indonesia ga berisik, beda sama pembangkang yang demo sampe guling-guling (menyindir oposisi)
● untung pesawatnya ga dipake istrinya buat shoping (menyindir istri PM malaysia)
● rakyat Indonesia lebih patriotik (komentar ini lumayan banyak saya temukan, entah maksudnya bagaimana)
● seperti air force one (komentar ini paling banyak)
● in pasti modus, najib pengen beli pesawat juga. Terus stempel muka dia dan istri di badan pesawatnya. Haha
● sebentar lagi kan diterapkan GST (Good and Services Tax), najib pasti sudah rencana mau pakai duit itu buat beli pesawat.
Oke dari sekian komentar sindiran tersebut, ada juga yang cukup serius menanggapi. Ada yang heran, bagaimana bisa Indonesia membeli pesawat yang jika di-ringgitkan mencapai 330 juta? Emang mampu? Haha.
Namun mari kembali pada pro-kontra kata 'peribadi' yang memunculkan perdebatan. Entah bagaimana seharusnya kata tersebut ditempatkan, namun melihat komentar yang masuk sepertinya semua orang juga sepakat bahwa kalimat pesawat peribadi presiden dengan pesawat resmi presiden itu memiliki perbedaan. Meski secara logika, saya bisa saja menerima dua kalimat tersebut tanpa menyalahkan salah satunya.
Pesawat peribadi Presiden, berarti pesawat yang hanya boleh digunakan oleh Presiden.
Pesawat resmi Presiden, artinya pesawat resmi milik Presiden.
Tuduhan saya bahwa partai pemerintah malaysia, Barisan Nasional, sedang memanfaatkan momen ini dengan membuat sedikit propaganda tentunya memiliki alasan logis. Orang awam malaysia bukanya tidak tau bahwa pesawat kepresidenan milik Indonesia ini sudah ada sejak pemerintahan SBY. Kini pertanyaanya kemudian, mengapa partai BN mengekspose secara khusus pesawat ini? Apalagi media nasional yang semuanya dibawah kontrol pemerintah, salah satu media cetak menurunkan kolom khusus yang membahas spesifikasi pesawat hingga harganya.
Secara sepihak saya menyimpulkan bahwa ini bagian dari materi psikologi politik pemerintah. Dari pengamatan saya selama beberapa tahun berada di malaysia dan mengikuti perkembangan politik hingga sosial budaya, semua media nasional yang harus sesuai dengan pantauam pemerintah, hanya akan memberitakan berita baik kinerja pemerintah dan partai BN yang menguasai suatu wilayah, kinerja buruk oposisi yang menguasai wilayah tertentu (bisa dibilang gubernurnya), dan yang terakhir adalah berita buruk negara tetangga.
Psikologi politik ini dilancarkan agar rakyat malaysia merasa puas dengan pemerintahanya dan memandang buruk negara tetangga. Indonesia adalah target paling prioritas karena sistem pemerintahan Indonesia adalah impian dari mayoritas rakyat malaysia (melihat jumlah pemilih partai oposisi pada pemilu terakhir jauh mengungguli partai pemeritahan. Namun karena yang bisa menjadi Perdana Menteri adalah karena hitugan kursi -kalau di kita DPR- maka partai Barisan Nasional tetap memenangi pemilu dan membentuk pemerintahan untuk Perdana Menteri dan kabinetnya. Di malaysia tidak ada pilpres).
Jadi jangan heran kalau Jakarta banjir atau kasus korupsi di Indonesia pasti akan tayang di media mereka. Mereka mencari bahan berita (karena kekurangan dan tidak mau memberitakan keburukan pemerintah) sekaligus membentuk persepsi publik agar tidak tertarik dengan sistem pemerintah Indonesia.
Psikologi politik ini selain menggunakan kabar buruk negara tetangga, mereka juga menjejali rakyatnya dengan prestasi pemerintah. Tidak cukup hanya di koran, radio dan televisi, di semua transportasi umum seperti kereta dan bus pun mereka sediakan media yang menayangkan pencapaian pemerintah. Dikemas dalam lagu-lagu pop yang diperdengarkan secara berkala. Jika menjelang pemilu, lagu-lagu tersebut akan diputar tanpa henti dari menit ke menit.
Dieksposenya pesawat kepresidenan Indonesia ini saya bisa pastikan karena beberapa waktu lalu Jokowi sempat menggebrak dengan memakai pesawat komersil saat menghadiri wisuda anaknya di Singapore.
Sebelumnya malaysia sudah kecolongan dengan salah satu tulisan warganya yang begitu memimpikan pimpinan baru seperti Indonesia. Sangat detail diceritakan bahwa Jokowi bukanlah pimpinan atau elit partai, bukan koglomerat, bukan anak pejabat dan bisa dibilang lahir sebagai rakyat biasa. Ini kemudian dibandingkan dengan pimpinan malaysia selama ini. Jelas saja ini membuat 'terhenyak' plan psikologi politik yang dibangun oleh pemerintah malaysia. Semua media yang dikontrol oleh pemerintah memang semakin tergerus dengan maraknya media sosial dan website. Rakyat malaysia sudah semakin susah dikontrol dan belakangan mungkin tidak bisa dikontrol lagi sekalipun media massa masih dikuasai pemerintah.
Saat Jokowi dengan santainya menggunakan pesawat komersil (selang beberapa bulan opini tersebut dipublish), rakyat malaysia semakin memimpikan reformasi. Begitu juga dengan rakyat Singapore yang banyak warganya mengatakan "import him here" (sesuai dengan tagline non formal Singapore yang akan mengambil orang berpotensi untuk menjadi warga negaranya, di semua bidang).
Efek Jokowi ini sangat ketara di kalangan masyarakat malaysia. Maka buat teman-teman yang kebetulan mengikuti media malaysia, harap maklum dengan fenomena 'menjelek-jelekkan' ala malaysia. Ini sudah dimulai dengan lebih memilih kalimat "pesawat peribadi Presiden Indonesia" ketimbang "pesawat resmi Presiden Indonesia". Ke depan, mungkin masih banyak lagi media malaysia yang akan menjelek-jelekkan Presiden Jokowi dengan berbagai cara. Bukankah sebelumnya Presiden Jokowi sudah menjadi headline media cetak saat beliau menginstruksikan untuk menenggelamkan kapal nelayan asing yang melakukan illegal fishing? Lantas politisi malaysia banyak yang kebakaran jenggot dan ikut menggunakan momen tersebut untuk membentuk persepsi publik bahwa Presiden Jokowi tidak belajar sopan santun.
Semoga bermanfaat dan tetap kalem menghadapi malaysian, mereka memang begitu. Hehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H