Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ingin Pulang Seperti Janji di Awal

29 Maret 2021   16:26 Diperbarui: 29 Maret 2021   16:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**

Suara adzan subuh dari masjid di kejauhan mulai terdengar menyapaku yang sedang mencoba membuka mata perlahan setelah semalam kenyang oleh makanan tetangga kaya.

Dzikir Alhamdulillah yang disuarakan dengan speaker tua dari atap masjid pun mulai terdengar lantang, pertanda bahwa sholat subuh dan puja puji kepada Tuhan sudah usai. Namun, sebelum toa masjid benar-benar dimatikan, justru muncul ucapan Innalillahiwainnalillahirojiun.

Aku sebenarnya biasa saja mendengar ucapan kematian semacam itu. Namum kali ini, ucapan kematian itu seperti mobil dengan kecepatan tinggi tiba-tiba menghantam tubuhku.

Aku terkapar, dunia seakan berputar-putar. Perasaan kalut kemudian mulai berdatangan, aku meneteskan air mata, tersedu-sedu sendirian di dalam kamar, tempat yang memiliki sejuta kenangan dengan seseorang yang pernah berikrar dengan janji suci pernikahan.

Ya, wanita itu kini telah tiada. Aku mendengarnya dari toa masjid, setelah beberapa jam menikmati makanan yang tak seperti biasanya. Wanita itu adalah ibu dari perempuan muda yang biasa mengantarkan makanan padaku setiap senja akan datang. Wanita itu adalah wanita yang pernah bersamaku dalam satu kamar ini, menjalin kasih dan cinta hingga memiliki buah hati bersama. Wanita yang dulu bersumpah sehidup semati denganku apapun yang terjadi, tapi kenyataan kini, dia meninggalkanku sendiri di dunia ini.

Kejadian ini benar-benar mengoyak hidupku. Setelah sekian lama aku berjuang memperbaiki hati dan perasaan, demi merelakan dia pergi dengan pria lain untuk hidup nyaman, dan masa depan anak yang dikandungnya setelah sebulan ia tak mesntruasi, kini dia justru pergi, selamanya.

Ucapan berbela sungkawa silih berganti datang dari mulut tetangga dan rekan kerja kepada perempuan muda dan suami yang ditinggalkannya ditanah kubur milik warga.

"aku turut berduka cita. Semoga amal ibadahnya diterima," ucapku pada suami wanita yang telah tiada itu.

Aku pun berlalu, pergi meninggalkan mereka berdua, suami dari mantan istriku dan perempuan muda yang usianya masih anak SMA, anakku dari hasil pernikahanku dengan wanita yang telah pergi selama-lamanya.

"Tuhan, kenapa Kau tidak cabut nyawaku juga. Aku dan wanita itu pernah berjanji atas namaMu untuk sehidup semati di dunia ini. Kenapa? Kenapa justru hanya dia yang Kau bawa pulang setelah dia pergi dari biduk rumah tanggaku untuk suami baru? Aku juga ingin pulang, bertemu dia disana," teriakku dalam doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun