“Harapan kedepan jangan sampai sumberdaya alam yang ada ini nanti tidak bisa dinikmati oleh anak cucu kita maka yang kita terapkan di sini adalah manajemen sistem nya yang berkelanjutan,” ujarnya.
Sukses mengelola air, Junaidi menggagas satu rumah satu mahasiswa artinya warga desa Ponggok wajib menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Dengan tujuan sistem yang sudah terbangun akan terus dilanjutkan ketika mereka lulus kuliah.
Ia pula berhasil mengembangkan BUMDes Tirta Mandiri yang menjadi penggerak utama roda perekonomian desa. Hampir semua usaha warga desa ditampung di BUMDes ini. Junaidi juga membangun Toko Desa yang bentuknya mirip mini market itu, ia kemudian menggagas kartu desa untuk dibagikan kepada setiap kepala keluarga yang mempunyai saham di BUMDes sehingga mereka bisa berbelanja di toko desa tersebut.
Terobosan pembangunan yang berbasis air yang dilakukan Junaidi memang telah mampu mendongkrak perekonomian desa Ponggok, keberhasilan ini kemudian menjadi inspirasi bagi desa-desa lainnya di Indonesia melalui kunjungan studi banding ke desa ini.
Junaidi Mulyono memang bukan tipe pemimpin yang senang bekerja di belakang meja, hari-harinya dari pagi hingga terkadang malam dihabiskannya bersama warga. Berbagai masalah yang muncul ia hadapi untuk segera diselesaikan. Junaidi sukses mengembangkan desanya dari desa tertinggal menjadi desa mandiri, dari pendapatan 14 juta per tahun menjadi lebih dari 4 milyar per bulan.
Kini warga desa Ponggok sudah tidak ada lagi yang menganggur, semua telah memiliki pekerjaan baik di sektor formal maupun informal.
Kita berharap akan banyak lahir pemimpin muda yang berhasil membangun desa untuk kesejahteraan warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H