Mohon tunggu...
Alang Ilalang
Alang Ilalang Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa Ponggok, dari Desa Tertinggal Menjadi Desa Mandiri

12 Januari 2017   04:59 Diperbarui: 12 Januari 2017   05:12 5280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Junaidi memang sudah hobi dengan hal-hal yang berhubungan dengan ikan dan ketika ia didorong terus sebagai kepala desa oleh warganya maka kesempatan untuk membangun mimpinya membangun desa Ponggok melalui air semakin terbuka.

“Dulu pengelolaan di desa Ponggok sifatnya masih pribadi-pribadi dimana manajemen nya belum tertata dengan baik maka didalam pengelolaan ini dikelola oleh BUMDes dimana sistem manajemen farming nya nanti akan mengena. Secara tata kelola air, manajemen air, dan pola tanam untuk pertanian masih perlu digalakkan lagi. Di Ponggok, mencari petani muda sangat sulit karena pertanian bukan suatu hal yang menjanjikan saat ini maka dari itu kita akan merubah sistem ini menjadi sistem manajemen yang mana petani itu bukan menjadi petani tapi karyawan nya BUMDes,” demikian Junaidi menambahkan.

Sejak menjabat tahun 2006 berbagai program pembangunan pun ia gagas. Untuk memperkuat program-program nya itu, ia mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada tahun 2009. Melalui BUMDes itulah ia membenahi Umbul Ponggok dari kondisi yang terkesan kumuh menjadi bentuk permandian yang modern dengan berbagai peralatan berenang dan menyelamnya.

Wisata air Ponggok merupakan objek wisata yang menjadi daya tarik utama di desa Ponggok. Saat masuk ke lokasi permandian, selain tiket ada bonus makanan ringan yang dihasilkan oleh ibu-ibu yang tergabung dalam salah satu UKM di desa Ponggok.

Pengunjung bisa snorkling, bisa selfi ria di dalam kolam air dalam berbagai aksi. Untuk menambah keindahan foto, pengunjung disediakan fasilitas kursi, sepeda motor dan lain sebagainya yang kesemuanya berada di dalam air.

Wisata air Umbul Ponggok ini pun sukses, berbagai masyarakat dari penjuru tanah air pun berdatangan. Tiap bulan tiket yang terjual di permandian ini mencapai 40 ribu lembar dengan harga Rp. 15.000,- per orang. Penghasilan terbesar untuk PAD datang dari permandian ini.

Sukses membenahi wisata air, ia pun membenahi masalah budidaya perikanan khususnya ikan Nila. Pada tahun 1980 budidaya ikan Nila ini belum berkembang dan setelah bekerjasama dengan Balai Benih Ikan, mendorong peternak ikan lebih serius mengelola budidaya ikan Nila ini dengan memberi bantuan mulai dari pakan hingga pemasaran maka pada tahun 2010 budidaya ikan Nila pun mulai berkembang. Hingga kini dalam setiap 1 meter kolam ikan bisa diisi sekitar 400 ekor ikan dan setiap 4 bulan sekali bisa menghasilkan 10 ton ikan. Jadi sekali panen bisa menghasilkan uang Rp. 300 juta.

Kedepan Junaidi ingin mengembangkan budidaya ikan Hias. Di bidang pertanian, Muliadi sedang mempersiapkan gagasannya tentang asuransi. Ia merasa asuransi untuk petani ini perlu dan mendesak.

Budidaya ikan Nila adalah salah satu potensi perikanan yang ada di Ponggok, dimana salah satu sumberdaya air itu digunakan untuk budidaya ikan air tawar.

“Ikan ini dipasarkan ke seluruh Solo, Semarang, dan Jogja digunakan untuk konsumsi ikan air tawar,” ujar lulusan Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Surakarta tahun 2001 itu.

“Rencana kedepan dari BUMDes ini sudah berkembang untuk ber-investasi dari potensi-potensi yang belum kita olah dan kita gali ini kita olah untuk investasinya BUMDes termasuk kita bikin Water Park, Hotel, Tempat Pemancingan, Resto yang akan dikelola oleh BUMDes,” tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun