kabut beringsut menjadi embun
Di wajah hari waktu menjadi tahun
Sedang kita tak kemana mana
Hanya mengumpulkan rasa sakit yang menebalkan kulit
~
Pun mlmpi mimpi tlah kita lipat rapi, dalam hati paling sunyi
Menjadi setumpuk gelisah, yang diam diam beranak pinak
Lantas kita memahatnya pada tebing tebing malam
Ceritanya tetap sama, tentang perih yang tak lapuk di rendam waktu
~
Ketika hujan datang berbondong bondong
Kita tergesa mengangkutnya dengan telanjang mata
Dan di halaman rumah, kita memecahnya menjadi tawa
Di depan cermin ia menjadi cucuran air matai depan cermin ia menjadi cucuran air mata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H