Mohon tunggu...
Alang Alang
Alang Alang Mohon Tunggu... lainnya -

ndeso

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Segelas Teh dan Kental Sunyi

1 April 2016   19:57 Diperbarui: 1 April 2016   20:06 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lewat aroma teh aku melihat jantung malam
Sunyi yang tajam merobek dalam rahim malam
Siapa yang menyanyikan sunyi itu..
Perlahan ia menyinggahi dadaku

Lantas beranjak ke bibir jendela
Mendengar samar kabar dari keheningan  
Katanya kesunyian itu tlah sampai ke langit kota
Dab berseru tentang sejarah mulai terlupa..

Dan semua membaur di sela sela udara
Menyingkap secuil kisah yang katanya kuno
Mengingatkanu pada segelas teh yang hampir beku, begitu tajam mentapku
Memarahiku seperti ibu,..

Dan berkisahlah ingatan tentang pria di timur desa
 Kubayangkan ia sebagai teduh pohon
Tempat seorang bocah berlari memohon pengharapan
Di mana ia bayangkan kelak ia tumbuh tinggi
Dan menaungi pangaharapan bocah bocah berlari di bibir zaman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun