Aroma wangimu membiusku, jurang juwitamu, sungguh membuatku tak kuasa melepas tatap mataku
Ah cantik, tatapmu sungguh
buatku tertarik...
Lihat ini hangat rindu yang dulu
kita racik..
Ayolah kita rengkuh sunyi malam bersama
riak angin yang berbisik..
Tapi jangan bilang bilang pada pemilikmu, ssst...
diamlah dalam pelukku...
Hati hati, sang angin suka mencuri rahasia..
Biarlah terlihat biasa saja, agar tak
ketahuan burung burung yang acap mengumbar cerita...
Aduhai..kau benar benar buatku hilang nalar..
Lembut sapamu, lentik jarimu seperti magnet yang menyeret hasratku
Lampai tubuhmu, busung
dadamu, buat jantungku
berdegup kencang..
Alamak..aroma wangimu, biusku..
Ayolah sayang kita meracik asmara,
sebelum penjagamu tiba..
Mari sayang kita bertukar saliva, menanak cinta, nikmati indahnya dosa..
Tanggalkan saja kain pelindung, sebab gairah kian membumbung.
Tuntaskan saja geliat hasrat di rongga dada..
Mengguyur dingin malam dengan bara asmara..
Biarkan desah nafasmu kian
memburu, kan kuredam dengan
hangat rengkuhku..
Biarkan darah
mengalir kencang, seiring gejolak mengguncang guncang bersama gemuruh gelombang..
Tak perlu kau terusik sebilah ragu..
Tak usah resah ini tak salah..
Jangan menangis, ini bukan dosa ini hanya cinta yang dulu tertundna..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H