Mohon tunggu...
Alang Alang
Alang Alang Mohon Tunggu... lainnya -

ndeso

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu yang Tersia

22 Oktober 2011   03:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:39 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat rindu tersila pergi,dan cinta tersia mati Apakah hati tetap teguh menggenggam janji Sat layu semua bunga impian,masih adakah sedikit harapan Selingkar senyummu masih membias dalam kalbu Dalam mimpi harapku,dalam risau, dalam galau Apa kekasih adalah bayangan hari? Apa kekasih adalah diri sendiri..? Senyum itu bahasa yang menyembunyikan kisah ikekasih Bunga itu,di dasar kelopaknya tersimpan rahasia Kedap suara,di mana semua luka bermula Manis madu adalah racun kenangan yang menyiksa Kelopak bunga itu tak silau cahaya,karena ia tak bermata Tangkainya adalah duri yang menggores luka Dalam dasar hitam matamu,adalah samudra kebencian Di balik bening matamu,terjalin cerita tentangnya Lalu lamgit menggerimis,hujan ngilu yang mengguris Membanjiri lubuk hati semacam luka,serupa kesetiaan yang tersia Sesaat setelah hujan reda,basah itu ? Apa air mata..? Atau embun yang menyimpan luka..? Indahmu mempesona hingga membutakan segalanya Hati,jiwa,semua terseret  arus rahasia di balik sepasang mata Mendung masih menggelayut di pelupuk mata Denting yang menandai  sunyi Semua bunga mengunci diri,semua bunga mati Sehingga sang kupu bersalin rupa menjadi ulat berbisa Sayup sayup ia bersabda : " Saat kau kembali,bunga bunga tlah mengunci diri, saat kau datang nanti semua tlah mati.. Taman itu nanti sunyi,menutup diri mengunci mata hati karena rindu tlah tersila pergi,sebab selingkar  dusta kini yang membelenggu janji " Kau buta dan peragu,mata hatimu kosong Hatimu tak peka tak mampu merasai benih yang tumbuh  teguh menunggu janji Lukanya,perihnya,pahitnya kubalut dengan selandang lusuh yang menyimpan cerita Kusimpan dalam kotak kecil yang menyimpan  kenangan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun